•|Do You Think I'm Fragile?

1.6K 195 136
                                    


Chapter ini masih satu cerita setelah arc Gentar
=======================================

Gelap. Dingin. Sempit. Gentar menatap ruangan yang ada disekitarnya. Entah mengapa ia merasa familiar dengan ruangan sempit tersebut.


Ia menatap ujung kamar, terdapat seorang remaja di sana. Ia menatap kaca yang ada hadapannya. Mata terlihat kosong. Gentar terus menatap remaja itu, bibirnya kelu tidak bisa berbicara, badannya kaku tidak bergerak.


Anak itu mengangkat cutter yang ada di genggamnya. Perlahan remaja itu mengarahkan cutter nya ke arah lehernya, dan menyayat lehernya hingga membuat luka sayatan memanjang.



Terdengar suara ringisan dari mulut remaja itu. Remaja itu menatap kaca, ia memperhatikan darah yang mulai mengalir dari luka sayatan yang tadi. Lagi-lagi tangannya mengarahkan cutter itu ke arah leher lagi.



Secara jelas Gentar bisa melihat remaja itu berkali-kali menyayat lehernya, sesekali meringis pelan. Akan tetapi ia tidak berhenti menyayat daerah leher sampai pundak, bahkan dadanya.


Hingga akhirnya di sayatan yang terakhir, remaja itu menjatuhkan cutter nya. Ia menatap kaca yang terpantul wajahnya, lalu ia meringis pelan.



"Aku lelah.. Sakit.. Aku ga sanggup..." Gumaman seperti itu terus terdengar dari mulut remaja tersebut.


Ia menyender kearah tembok di dekatnya. Perlahan mulai menangis, ia terus menangis sesengukan, dengan darah terus mengalir dari luka sayatan yang ia buat.



Melihat hal itu entah kenapa leher Gentar tiba-tiba saja terasa sangat sakit. Hampir di semua bagian leher Gentar terasa perih dan nyeri.

Rasanya seperti ia habis disayat oleh sesuatu dan...








.



.



.
"HAAH!"

Gentar terbangun dari tidurnya, keringat mengucur deras di pelipisnya. Ia menatap ke sekitar, ia berada di kamarnya.

Ia menghela nafas pelan, lalu menyentuh lehernya.


"Diantara semua mimpi kenapa harus yang itu?"

⚫✂️

















Siang itu ketika sedang pelajaran kimia. Ketika Bu Yanaari tengah menjelaskan sesuatu. Tiba-tiba saja Pak Tarung datang.


Pak Tarung pun berbicara dengan Bu Yanari, setelah berbicara dengan Bu Yanaari, Pak Tarung pun mendekati meja Gentar.


"Gentar.. Ikut saya ke ruang BK"


Gentar terdiam dan akhirnya mengangguk. Sopan yang ada di sebelahnya juga kebingungan. Bukannya kasus Gentar udah selesai? Kenapa masih harus ke ruang BK lagi?
.


.


.
Dijalan terasa hening, Gentar terus mengikuti Pak Tarung dari belakang. Dan akhirnya masuk ke ruang BK, lalu terlihat Bu Kuputeri tersenyum kearah Gentar.


"Selamat siang Gentar.. Maaf mengganggu waktu belajarnya ya.. Silahkan duduk" Ucap Bu Kuputeri.


Gentar mengangguk dan segera duduk di depan Bu Kuputeri.


"Begini nak.. Soal kasus kamu kemarin, karena ini melibatkan sekolah lain, jadi mau tidak mau kita harus adakan pertemuan antara kedua belah pihak sekolah dan wali murid"


Gentar Want To be O(r)dinaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang