18 | Tertebak

1.1K 126 0
                                    

Mendengar apa yang Hani ucapkan, membuat Ziva segera bangkit dari posisinya dan segera kembali menghampiri Rere. Hani masih menatapnya dan berharap Ziva tidak akan marah setelah tahu tentang nama siapa yang ia dan Mika sembunyikan. Rere sudah tahu bahwa Ziva akan melanjutkan proses ruqyah kedua tersebut agar segera tuntas. Kali ini hanya tinggal bagian kedua telapak kaki dan juga jari-jari kakinya yang perlu diusap oleh Ziva. Jika tiga benang terakhir sudah benar-benar tersisa, maka Ziva akan langsung mendatangi orang yang telah mengirimkan teluh kepada Rere. Rere benar-benar mengingat semua urutan yang disebutkan tadi, sehingga ia paham bahwa Ziva tidak ingin terlalu lama menunda-nunda.


"Aku langsung lanjutkan ya, Re. Bismillahirrahmanirrahim," ujar Ziva.

Telapak kaki kanan Rere pun diusap perlahan oleh Ziva. Rere mengerang sambil menggigit bibir bawahnya kuat-kuat. Ia sudah lelah berteriak-teriak terus sejak tadi. Kali itu ia mencoba bertahan sekuat tenaga agar dirinya tidak perlu lagi mengeluarkan teriakan yang membuat orang lain gelisah. Mika kembali bangkit dari lantai saat Santi kembali menunjuk ke salah satu arah di ruang tengah tersebut. Mika dengan sigap langsung menyiram sosok pocong kiriman yang muncul, sehingga bekas hangus kembali terlihat jelas pada dinding rumah tersebut.

CTASSS!!!

Satu benang lagi telah terputus. Raja dan Rasyid terus berdzikir tanpa henti meski mereka sedang menjaga benda berbentuk seperti pocong yang tersimpan di atas meja.

"Benang yang tersisa pada benda ini tinggal lima," lapor Rasyid.

"Ya, dua titik lagi dan hanya akan tersisa tiga benang," balas Tari.

"Yang artinya Rere akan segera memasuki fase ruqyah ketiga," tambah Hani.

Semua orang mendengar hal itu dari ambang pintu menuju ruang tengah. Clarissa masih berada di sofa yang sama, tepat di sisi Rere.

"Bagus, Re. Bagus sekali, Sayang. Tahan, ya. Tahan," Clarissa membantu mengarahkan perasaan Rere.

Rasa sakit yang Rere rasakan pun berhenti, tepat setelah Ziva selesai mengusap telapak kaki kanannya. Rere langsung berhenti menggigit bibir bawahnya dan menatap ke arah Clarissa.

"Sakit, Tante. Sangat sakit meski hanya di bagian telapak kaki," adu Rere, dengan nafas terengah-engah.

Clarissa pun mengusap rambut Rere dengan lembut.

"Iya, Nak. Sabar, ya. Hanya tinggal dua usapan lagi, Nak. Kamu harus kuat. Sedikit lagi," bujuk Clarissa.

Ziva pun kembali mencelupkan handuk ke dalam wadah dan memerasnya. Clarissa terus memperhatikan Ziva yang tampak sangat tidak ingin menyerah meski di tubuhnya sudah banyak tenaga yang hilang.

"Ziva masih sanggup, Nak?" tanya Clarissa.

Ziva pun tersenyum ke arah Clarissa saat mendengar pertanyaan tersebut.

"Iya, Tante. Insya Allah aku masih sanggup. Aku harus tuntaskan, agar Rere bisa benar-benar terlepas dari teluh kain kafan itu," jawab Ziva.

Clarissa pun mengangguk-anggukkan kepalanya. Ziva kini mulai mengusap telapak kaki kiri Rere, dan Rere pun kembali berusaha menahan rasa sakitnya sekuat tenaga.

"EEERRRRRGGGHHHHHH!!!"

Rere tetap memilih mengerang sambil menggigit bibir bawahnya kuat-kuat. Mila dan Faris masih menatap Rere dengan rasa khawatir yang tidak bisa mereka sembunyikan. Santi pun tampak sangat lemas ketika melihat tempat di mana pocong kiriman selanjutnya muncul. Ia menunjuk ke arah tangga menuju lantai dua lagi, padahal dirinya tahu kalau Mika sudah kepayahan.

"Berikan saja padaku, Mas Mika. Biar aku yang siram pocong itu. Mas Mika sudah terlalu lelah," ujar Santi.

"Tidak, Suster Santi. Insya Allah aku masih baik-baik saja sampai detik ini. Aku enggak mau kamu merasakan ketakutan karena harus dibebani dengan tugas yang seharusnya dikerjakan oleh anggota timku. Jadi kamu sebaiknya tunjukkan saja dan aku yang akan menyiramnya," balas Mika, berusaha meyakinkan Santi.

Santi pun harus kembali membiarkan pria itu pergi menaiki tangga menuju lantai atas. Mika langsung menyiram tempat munculnya pocong kiriman itu, sesuai dengan arahan dari Santi.

CTASSS!!!

Rasyid dan Raja tampak sangat bersyukur di tengah-tengah dzikir yang mereka lakukan. Satu benang lagi sudah terputus, tepat setelah Mika melenyapkan pocong kiriman dan tepat setelah Ziva selesai mengusap telapak kaki Rere. Hanya perlu memutuskan satu benang lagi, dan benda berbentuk seperti pocong itu akan menunjukkan siapa nama pengirim teluh yang terbungkus di dalamnya.

Nafas Rere benar-benar sulit dikendalikan jika saja tidak ada selang oksigen yang terpasang pada hidungnya. Hani mengendurkan pegangannya dari tubuh Rere, setelah Rere kembali tenang usai selesai diusap oleh Ziva.

"Sekarang hanya tinggal jari-jari kaki, sebagai titik terakhir yang harus diusap," ujar Tari.

"Apakah rasa sakitnya akan tetap sama dengan rasa sakit di bagian tubuh Rere yang lain, Nak?" tanya Clarissa.

"Iya, Tante. Rasa sakitnya tetaplah sama," jawab Tari.

"Ini memang masih akan terasa sakit. Nanti akan masuk ke fase ruqyah terakhir dan caranya pun berbeda," ujar Ziva.

"Lakukan, Ziv. Apa pun yang kamu lakukan tetap aku akan ikuti sampai selesai," lirih Rere.

Ziva mengusap wajah Rere yang terlihat begitu lelah, lalu mengecup keningnya.

"Setelah semuanya selesai, kamu harus istirahat total selama satu minggu. Jangan pulang. Tetap tinggal bersamaku, biar aku bisa mengurus kamu sepenuhnya. Kamu mengerti, 'kan?" tanya Ziva.

Rere pun tersenyum tipis sambil menganggukkan kepalanya. Pertanda bahwa ia setuju dengan apa yang Ziva inginkan. Ziva kembali menatap kedua kaki Rere, lalu mulai mendekatkan handuk yang sudah diperasnya barusan.

"Bismillahirrahmanirrahim."

Handuk itu pun diletakkan melebar, sesuai dengan jari-jari kaki Rere yang terlihat oleh Ziva. Rere kembali mengerang hebat seperti tadi dan tubuhnya kembali ditahan oleh Hani, sementara tangannya ditahan oleh Clarissa. Pocong kiriman selanjutnya muncul tepat di hadapan Santi dan Mika, membuat Santi segera menarik Mika dari posisi mereka berdiri saat itu. Mika jelas kaget dengan apa yang Santi lakukan, namun disaat bersamaan, pria itu tahu bahwa yang Santi lakukan adalah untuk kebaikan mereka berdua.

BYYUUUURRRR!!!

CTASSS!!!

Rere langsung menarik nafas sedalam-dalamnya, lalu mengembuskan nafasnya begitu panjang setelah rasa sakit sepenuhnya menghilang dari tubuhnya.

BRAAAKKKKK!!!

Pintu depan kembali terbuka dengan sendirinya dan angin kembali bertiup sangat kencang seperti tadi. Namun kali itu, hal tersebut terjadi seiring dengan terbukanya benda berbentuk pocong yang ada di atas meja. Kini, Raja dan Rasyid bisa bangkit dari posisi mereka dan melihat nama pengirim teluh yang terdapat di dalamnya.

"Nama pengirim teluhnya terlihat!" seru Raja.

"Ya, sangat terlihat," tambah Rasyid, tampak tidak bisa mempercayai penglihatannya saat itu.

"Jangan sebutkan. Biar aku tebak," ujar Ziva.

Semua tatap kini mengarah kepada wanita itu, sementara tatapan Ziva hanya jatuh pada Mika--yang baru saja tiba di ruang tamu--dan Hani--yang masih berada di belakang sofa.

"Gani Jatmiko," sebutnya. "Benar, 'kan?"

* * *

TELUH KAIN KAFANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang