Mika telah tiba di samping rumah dari arah yang berbeda, setelah mengambil jalan memutar. Ki Yoga tampak sedang berdiri dan tengah menantang Ziva serta Raja. Pria itu tampaknya sangat marah karena merasa ritual teluh kain kafan yang dilakukannya diganggu oleh Ziva.
"Kamu pikir akan semudah itu, Pak Tua? Memberi kami pelajaran jelas bukan perkara yang mudah. Lagi pula, kalau ritual teluh kain kafan yang kamu lakukan itu memang handal, maka seharusnya ritual itu tidak akan dengan mudah aku hancurkan sampai sejauh ini. Mungkin kamu harus meralat ucapanmu tadi. Bukan ritual yang paling handal, tapi ritual yang mudah sekali tertebak cara pematahannya," ejek Ziva, sengaja ingin menyulut emosi Ki Yoga.Benar saja, Ki Yoga pun langsung terlihat sangat marah setelah mendengar kalimat mengejek yang Ziva ucapkan. Kedua tangan Ki Yoga mengepal sangat erat, dan semua orang pun bisa melihat hal tersebut dengan sangat jelas.
"Oh ya, apakah tadi yang kamu ucapkan adalah ancaman untuk kami berdua?" tanya Raja. "Berhati-hatilah, jangan sampai malam ini kamu yang akan menerima pelajaran dari kami berdua."
"Tidak semudah itu, jahanam!!! Sebelum hal itu terjadi, kalianlah yang akan aku buat meminta diampuni lebih dulu!!!" balas Ki Yoga, benar-benar tak bisa menahan amarahnya.
Ki Yoga langsung mengeluarkan parang yang sejak tadi ia selipkan di balik pakaian, lalu menghunusnya seakan sudah terlatih untuk bertarung. Ziva dan Raja pun segera ikut menghunus pedang jenawi yang mereka simpan di balik punggung, sehingga Ki Yoga akhirnya tahu bahwa dua orang lawan yang dihadapinya itu juga memiliki senjata seperti dirinya. Faris tampak sangat tegang di tempatnya, saat tahu kalau Ziva dan Raja akan melakukan pertarungan dengan dukun tua yang mereka hadapi.
"Ya Allah ... apakah bertarung juga bagian dari pekerjaan mereka selama ini?" tanya Faris.
Federick menoleh ke arah Faris dengan cepat.
"Ya, itu benar sekali, Pak Faris. Menurut Pak Faris, kenapa Mika memiliki dua buah samurai pendek yang salah satunya tadi aku pakai untuk mengancam Bu Arlita? Tentu saja samurai itu selalu digunakan oleh Mika agar bisa bertarung bersama Ziva dan yang lainnya untuk melawan musuh," jawab Federick, agar Faris semakin memahami pekerjaan anak-anak mereka.
"Aku sudah siap pada posisi," ujar Mika, melapor pada Raja melalui earbuds yang kini terhubung pada ponsel milik Raja.
"Laksanakan tugasmu, Mik," bisik Raja, memberi perintah.
Mika pun segera berjalan mengendap-endap kembali seperti tadi dan mendekat pada apa yang diincarnya sejak awal. Wadah ritual yang tadi dibawa dan dijaga oleh Ki Yoga harus dihancurkan oleh Mika, agar teluh kain kafan itu benar-benar terpatahkan. Ki Yoga pun mulai menyerang ke arah Ziva dan Raja. Ziva dengan cepat menangkis serangan dari Ki Yoga agar Raja bisa menghindar ke arah lain. Dengan bantuan dari Ziva, Raja kini lebih leluasa menyerang ke arah Ki Yoga yang teralihkan perhatiannya melalui kerja sama tim tersebut. Ki Yoga jelas tidak bisa menghindari serangan dari Ziva dan Raja secara bersamaan. Hal itu membuatnya mulai terlihat kewalahan karena harus membagi fokusnya pada dua orang sekaligus. Sayangnya, keadaan itu tak juga menyurutkan niat Ki Yoga untuk mengalahkan Ziva dan Raja. Ki Yoga menyerang terus menerus tanpa mempedulikan tubuhnya yang sudah mulai tidak sanggup akibat kehilangan banyak tenaga.
Saat baju Ki Yoga terkena tebasan pedang yang tadi ia ayunkan, Raja kini bisa melihat suatu benda yang terselip pada bagian pinggang laki-laki tua tersebut. Raja tahu kalau itu adalah pegangan yang selalu dijaga oleh Ki Yoga, demi mempertahankan ilmu dan ritualnya, meski keadaan sudah sangat genting. Benda itu tampak berbentuk kotak yang dilapisi kain berwarna hitam. Raja harus mendapatkan benda itu, agar bisa membuat Ki Yoga tak lagi bisa melanjutkan ritual teluh kain kafan yang sedang berjalan.
"Aku melihat sesuatu yang harus kuambil, Ziv. Serang dia terus dan jangan berhenti. Buat dia lengah terhadap diriku, agar aku bisa mengambil benda itu darinya," bisik Raja, saat mereka berdua mundur untuk beberapa saat.
"Oke. Akan aku serang dia terus menerus," tanggap Ziva.
Ziva pun mulai berusaha menyerang secara brutal ke arah Ki Yoga. Ki Yoga tampak sangat kaget dengan kelincahan Ziva yang terus memberi serangan terhadapnya. Raja kini berkonsentrasi untuk menempatkan diri berada di belakang Ki Yoga, sehingga dirinya bisa mengambil benda yang terselip tersebut. Apa yang Raja lakukan seiring dengan tibanya Mika pada lokasi di mana wadah ritual yang kedua berada. Pria itu segera membuka tutup botol yang dibawanya, lalu mulai menuangkan air ke dalam wadah ritual tersebut.
"A'udzubillahi minas-syaitanirrajim. Bismillahirrahmanirrahim. Bismillaahilladzhii laa yadhurru maa ismihi shaiun fil ardhi wa laa fissamaai wa huwassamii'ul 'alim," lirih Mika.
SREETTTT!!!
Benda berlapis kain hitam itu berhasil diambil oleh Raja, tepat pada saat Mika selesai menghancurkan wadah ritual yang kedua. Ziva menyabetkan pedang jenawi miliknya dengan cukup keras, sehingga parang yang dipegang oleh Ki Yoga terlempar sangat jauh bersamaan dengan sosoknya, usai parang itu terlepas dari pegangan tangan laki-laki tua itu. Raja melemparkan benda berlapis kain hitam itu kepada Ziva, dan Ziva pun dengan cepat membakarnya hingga benar-benar menjadi abu.
"ARRRGGGHHHHHHHH!!! PANAS!!! PANAS!!!"
Gani dan Arlita berteriak-teriak dengan kompak pada dua tempat berbeda. Hal itu disaksikan oleh semua orang yang berada di teras, namun mereka sama sekali tidak berani mendekat kepada salah satu dari kedua orang tersebut. Teriakan-teriakan itu akhirnya mereda seiring dengan tubuh mereka yang mengejang tanpa henti. Keduanya sama-sama mengalami sakaratulmaut, sesuai dengan konsekuensi dari ritual teluh kain kafan yang mereka lakukan.
CTASSS!!! CTASSS!!!
BRUBBBHHHH!!!
Dua benang terakhir yang terdapat pada benda berbentuk pocong di atas meja rumah Keluarga Adinata terputus sekaligus dan kemudian terbakar dengan sendirinya. Semua orang--kecuali Rasyid, Hani, dan Tari--terlihat sangat kaget dengan apa yang baru saja terjadi. Rere kini sudah benar-benar terlepas dari teluh kain kafan. Tidak ada lagi yang akan menyakitinya karena Gani dan Arlita sudah benar-benar meninggal dunia.
Federick memanggil Polisi untuk mengurus semuanya. Jasad Gani dan Arlita kini diurus oleh para Polisi yang datang ke rumah Keluarga Jatmiko. Ki Yoga juga diringkus oleh Polisi, sehingga laki-laki tua itu kini akan mendekam di penjara dalam waktu yang sangat lama. Tomi sama sekali tidak mengatakan apa-apa saat akhirnya jasad Arlita dan Gani dibawa oleh ambulans. Faris menatap ke arah Ziva yang saat itu sedang memeluk Raja usai mengakhiri pertarungan dengan Ki Yoga. Ia benar-benar tidak menyangka akan melihat bagaimana tangguhnya Ziva secara langsung. Ia juga tidak menyangka bahwa Ziva dan yang lainnya akan benar-benar berhasil mematahkan teluh kain kafan yang menyerang Rere serta hampir membunuhnya.
"Ini malam yang sangat panjang, Pak Faris. Dan ini adalah malam yang tidak akan pernah aku lupakan dalam sejarah hidupku," ujar Ramadi, yang tampaknya juga tengah memikirkan hal yang sama seperti yang Faris pikirkan.
"Ya, anda benar. Malam ini memang tidak akan pernah bisa terlupakan," balas Faris, yang kemudian segera beranjak mendekat pada putri dan menantunya.
* * *
KAMU SEDANG MEMBACA
TELUH KAIN KAFAN
Horor[COMPLETED] Seri Cerita TELUH Bagian 5 Ziva panik setengah mati saat Rere diserang dengan teluh oleh seseorang tepat di depan matanya. Ia dan yang lainnya berusaha keras untuk membuat Rere terlepas dari teluh itu. Keadaan yang kacau itu membuatnya...