27-Meminta izin?

11K 659 33
                                    

Sesuai dengan permintaan Fira. Gus Zafi membawa Fira ziarah ke makam Ahza di pagi ini. Sebelum sampai di makam seperti biasa gus Zafi membeli bunga kesukaan Ahza.

"Ka, kenapa mba Ahza sangat suka dengan bunga daisy? " tanya Fira sambil melihat ke arah bunga daisy yang ada di hadapannya.

"Dia bilang karena makna bunga daisy itu sangat dalam, jadi dia suka bunga itu, kalau kamu suka bunga apa? " tanya gus Zafi sembari menoleh ke arah Fira sebentar.

"Mawar putih, " sahut Fira sembari tersenyum.

"Owalah, emang bagus juga sih mawar putih, " gus Zafi menganggukkan kepalanya sembari fokus menyetir.

Beberapa saat kemudian akhirnya mereka sampai di makam Ahza. Fira duduk di samping batu nisan Ahza sambil menaruh bunga daisy yang ia bawa.

"Assalamu'alaikum, mba, "

"Aku izin datang ke makam mu ya mba, "

"Kedatangan aku ke makam mba, aku hanya ingin meminta restu mba untuk pernikahan kami, aku harap mba merestui ya, "

"Mba, aku janji bakal jaga ka Zafi sebaik mungkin, ingat lah janji ku ini mba, "

"Mba tenang aja, aku ga akan nyuruh ka Zafi untuk melupakan mu kok, karena aku tau betul mba itu adalah cinta pertama ka Zafi, " Fira tersenyum sembari menaruh bunga di atas makam Ahza.

"Emm, ka Zafi ga mau menyampaikan sesuatu? " tanya Fira kepada gus Zafi berada di sampingnya.

"Saya tidak tau harus ngomong apalagi selain hanya mengatakan saya sudah ikhlas dengan kepergian nya, " gus Zafi menundukkan kepalanya sembari menahan tangis.

"Yasudah, kalau begitu kita doa dulu yok! " ajak Fira kepada gus Zafi.

Gus menganggukkan kepalanya kemudian memulai membaca doa untuk Almarhumah istrinya dengan suara bergetar.

Saat selesai berdoa gus Zafi dan Fira kembali masuk ke dalam mobil. Gus Zafi menghadapkan wajahnya ke arah jendela karena sudah tak kuasa menahan tangis.

"Ka, nangis lah! Ga ada yang melarang mu untuk menangis, " tutur Fira sembari menghadapkan wajah gus Zafi ke arahnya.

"Ayo nangis! Keluarin semuanya, kamu ga perlu ga enak dengan ku, " ucapan Fira membuat gus Zafi menangis semakin kejer dan langsung memeluk Fira.

Tubuh gus bergetar hebat, suara tangisan gus Zafi begitu memilukan untuk siapa saja yang mendengar. Fira hanya terdiam membiarkan gus Zafi nangis sepuasnya di pelukannya.

"Mengikhlaskan bukan berarti melupakan, jadi tidak apa-apa sesekali kamu masih menangisi mba Ahza ka, " tutur Fira sambil memusut punggung gus Zafi.

Hampir setengah jam gus Zafi menangis di pelukan Fira, bukan gus Zafi tidak menghargai Fira yang sudah merupakan istrinya, tapi memang gus Zafi tidak kuasa menahan tangis itu, karena ini sangat menyakitkan bagi gus Zafi.

"M-maaf Fir, saya kelepasan, " tutur gus Zafi merasa tidak enak hati karena menangisi Ahza di hadapan Fira.

"Saya janji ini terakhir kalinya saya menangisi Ahza di hadapan mu, " ucap gus Zafi yang sudah melepas pelukannya.

"Jangan bilang seperti itu ka, aku sama sekali tidak apa-apa, aku paham betul perasaan yang ka Zafi hadapi sekarang, karena aku juga pernah kehilangan ka, " Fira membantu menghapus air mata gus Zafi dengan tisu.

"Ah iya, terimakasih ya! " gus Zafi tersenyum tipis sembari mengelap air matanya.

"Sama-sama ka, ka Zafi boleh menangis karena rindu, tapi jangan sampai berlarut, oke? " Fira memberikan senyum hangatnya kepada gus Zafi.

Dou Z(End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang