47. White Dress Cinderella

10.5K 1.2K 58
                                    

47. White Dress Cinderella




       "Paket kiriman?"

Mataku mengerjap-ngerjap. Menatap uluran kotak berwarna merah muda dengan pita putih yang Ganes berikan padaku.

Ganes mengangguk. "Dari Ceisya katanya." Lanjut Ganes membuatku reflek melotot.

"W-wait... kenapa paket dari Ceisya dikirim ke elo? Lo kenal adiknya Pak Adnan?" Tanyaku tak percaya.

Ganes melengos. "Kagak elah... jadi ceritanya itu si Ceisya mau ngirim itu ke lo lewat Pak Adnan tapi Ceisya tau pasti Pak Adnan bakal ngeribetin ini jadi Ceisya kirim ke Vera. Karena Vera gak bisa tinggalin babynya jadi Vera kirim lah ke gue dan gue kirim ke lo. Untungnya sesuai dugaan gue, lo masih siap-siap dan pusing tujuh keliling jadi paketnya bisa sampai di waktu yang tepat. So... here i am. Tugas gue sekarang jadi ibu peri." Katanya sambil berputar-putar layaknya ballerina.

Fix.

Ganes pasti habis kebanyakan minum kopi.


"Hah? Lo ngomong gini gue beneran jadi pusing 7 keliling Nes." Kataku memijat pepilis dahi yang mulai berdenyut.

Ganes mendecak. "Ck. Pokoknya intinya gue kesini mau kasih ini paket. Kata Vera dari Ceisya suruh dipakai buat ke acara pesta peresmiannya." Kata Ganes kemudian menyodorkan kotak merah muda itu paksa padaku.

Aku mengernyit. "Lah? Emang apaan?" Tanyaku sambil mendudukan diri di sisi tempat tidur. Membuka kotak merah muda dari Ganes dengan hati-hati dimulai dari menarik tali putih disana yang bertuliskan nama brand merek terkenal.

Mataku mengerjap-ngerjap. Setengah bingung namun juga terkejut saat melihat sebuah dress putih cantik yang terlipat rapih disana.

"L-loh? Ini dress??"  Aku menoleh pada Ganes. "Maksudnya, gue suruh pake ini?" Tanyaku menunjuk pada isi kotak dalam pangkuan.

Ganes mengangguk. "Gue gak yakin tapi kayaknya gitu sih."

"Enggak enggak, gue gak mau pake...." tolakku sambil menjauhkan kotak merah muda itu dari pangkuan.

Ganes mendelik. "Lah kenapa? Bagus banget gini." Katanya sambil mengeluarkan dress putih di dalam kotak kemudian memamerkannya padaku.

"Keramaian Nes... gak cocok sama gue." Aku menggeleng tak mau. Ragu bahwa potongan dress panjang yang jatuh hingga semata kakiku itu akan cocok saat ku kenakan.

"Gak cocok apaan orang belum juga dicoba. Cepet sana coba pake dulu. Lagian emang lo ada alternatif lain selain pake ini?" Tanya Ganes membuatku menunjuk kecil pada setelan baju yang ku gelar di atas tempat tidurku.

Ganes menepuk dahinya. "Ya Raabbb Alumaaa, lu disana mau jadi tamu atau ngelamar jadi pramusajinya?"

"Sembarangan lo!" Tunjukku pada Ganes yang melengos.

"Ya masa lu dateng pake baju putih batik begini! Lu mau ke pesta peresmian yang isinya manusia-manusia penting Aluma!! Yang kalo lewat bau wanginya bukan malaikat subuh lagi tapi Valentino, Channel, Dolce & Gabbana, dan sejenisnya. Lu mau jadi amis sendiri diantara bunga-bunga harum di taman?!" Racau Ganes sudah macam ibu-ibu kalau sedang tawar menawar di pasar yang berisik ditambah celetukan tak jelasnya.

"Tapi dressnya rame gini, Nes..." Aku menggeleng tak mau.

"Rame apaan? Emang ada pasarnya? Lu gak liat ini elegant cakep begini?" Kata Ganes sambil menunjuk gaun ditangannya dari atas ke bawah.

Aku mendecak. "Ck, lu jangan bercanda dulu..."

"Elu yang serius dikit!" Sahut Ganes mendadak galak.

Virago ✔ (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang