13. Pesona Pak Bos

13.9K 1.3K 38
                                    

13. Pesona Pak Bos




       Aku menggigit bawah bibir. Sekali lagi mencoba memastikan penampilan diri di cermin setelah hampir 10 kali aku berkaca.

Aku mengusap-mengusap tangan mencoba untuk menetralisir rasa gugup. Mengalihkan fokus untuk menganggumi bangunan luas dan minimalis dari rumah kediaman milik keluarga Pak Adnan.

Rumah yang di dominasi dengan material kayu dan kaca ini tak henti-hentinya membuatku berdecak kagum karena kehangatan juga keanggunan arsitektur yang mewakili sang pemilik rumah.

Pak Adnan, pria yang tumbuh besar dirumah ini jelas memiliki satu garis selera yang sama dengan kedua orang tuanya. Kulihat dari barang-barang serta gaya boss ku itu sehari-hari, Pak Adnan jelas memiliki citra sosok simple nan berkelas bagi siapapun yang melihatnya.

Dan hari ini, tepat detik ini. Semua yang kuyakini hampir goyah. Saat sosok pria yang kuyakini boss ku itu melangkah keluar dari dressroom dengan tuxedo hitam bak putra Raja dengan gagahnya.

Sumpah.....

Aku yakin 200 persen.

Adnan ini pasti jelmaan pangeran disney yang kabur dari dongengnya.

Aku hampir melongo. Terpesona setengah mati saat melihat dahi paripurna boss ku itu terpampang nyata di depan mataku sendiri. Rambutnya yang biasa ditata rapih jatuh mengikuti bentuk kepalanya itu kini terangkat membentuk gelombang dahsyat hampir saja tsunami.

Rambut hitam klinis dengan tuxedo dan dasi kupu-kupu dikerahnya.

Siapa itu Tom Holland?!

Pokoknya Adnan Raendra yang paling tampan.

Nah kan,

Tunggu dulu.....


Aku menampar pipiku sendiri. Memukul kepala pelan mencoba menyadarkan segala bentuk sihir yang hampir membuatku lupa dengan rapalan mantra pagi hariku.

'SEMUA LAKI-LAKI ITU SAMA. JANGAN BODOH DAN JANGAN LENGAH!"

Lihat???

Dari kalimat mantranya saja sudah ada peringatan untuk jangan lengah. Aluma harus kuat. Aluma pasti kuat.




"Aluma..."

Enggak, enggak!!

Ini enggak adil!!!

Kalau mendengar Pak Boss manggil namaku saja hatiku sudah berantakan tak karuan gimana mau gak lengah!

Mulai detik ini aku harus mulai cari mantra baru!!




"Ya Pak?" Jawabku merespon secepat mungkin. Lebih cepat dari kecepatan kilat.

Adnan tersenyum. Senyum yang membuatku reflek menahan nafas karena serangan jantung mendadak.

"Maafkan saya sekali lagi harus membuat kamu kerepotan. Wawancara interview ini harusnya dihadiri oleh adik saya, namun sekarang dia masih berada di Dubai. Penerbangannya tertunda hingga pagi ini." Jelas pria itu tanpa sama sekali berniat melunturkan senyumannya dari wajah.

"Bagaimana dengan Ibu Anita?" Tanyaku mencoba untuk membuat isi kepalaku tetap sibuk untuk melupakan rasa detak jantungku yang kian kecentilan ini.

"Ah... Mamah saya baru saja berangkat pergi ke Bandung. Ada masalah internal yang perlu di selesaikan mengenai perihal Rumah Sakit. Gery juga kesana untuk membantu. Gery sebelumnya sudah berbicara dia akan Bandung bukan?" Pak Adnan bertanya memastikan.

Virago ✔ (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang