48. Permainan Mencari Gaun
Aku membetulkan letak hijabku sekali lagi. Mengepalkan tangan menahan rasa gelisah saat melihat antrian mobil yang berderet hingga keluar pintu masuk hotel 50 meter panjangnya.
Terpampang dengan megah tulisan 'GRAND RHAENDRA HOTEL' di depan taman menuju pintu masuk yang diterangi cahaya dan air mancur besar.
Aku meneguk ludah begitu melihat pemberhentian pemeriksaan kedua setelah melewati pintu masuk. Keamanannya begitu ketat. Aku rasa tamu undangan malam ini jelas bukan main-main.
"Permisi, selamat malam." Sapa pria dengan jas hitam yang mengetuk kaca mobil Ganes.
"Selamat malam." Sapa Ganes tersenyum begitupula denganku yang duduk dengan gelisah.
Ganes sempat bercakap sebentar menjawab tujuan kedatangan kami kemari untuk memenuhi undangan peresmian. Kami dipersilahkan kembali lewat setelah menunjukan undangan yang kusimpan dan diberikan oleh Pak Adnan beberapa saat lalu.
"Gue drop off lu di depan lobi aja ya? Kalau parkir dulu nanti kelamaan malah gak bisa keluar. Macetnya udah sampe ke jalan." Kata Ganes saat melihat lautan mobil yang memasuki parkiran khusus tamu undangan.
"Lah... lo gak ikut aja Nes? Gue udah bilang Gery katanya gak papa kok lo ikut nemenin gue." Kataku membujuknya.
Ganes menggeleng. "Kagak elah. Lagian gue kagak ada kepentingan juga disini nemenin lo. Gausah manja, hadepin sendiri. Lu Aluma, bukan anak SMA yang baru lulus kemarin." Kata Ganes tajam. Kalimatnya jelas konsisten. Tidak ramah bintang satu biarpun sahabatnya sudah menahan mules setengah mati.
"Lagian lo udah kenal keluarga si Adnan nanti juga ada yang nyamper. Gue mau ngopi cantik aja. Deket situ kata google ada minum kopi tempat hits. Nanti gue jemput kalau acaranya dah kelar." Kata Ganes santai. Menepikan mobilnya tepat di depan lobby yang kelihatan ramai.
Aku mencibir. Membasahi bibir kemudian merapihkan hijab sekali lagi lewat kaca sun vissor mobil.
Aku menoleh pada Ganes. "Udah rapih kan?" Tanyaku pada Ganes yang mengangguk.
"Hm. Rapih kece. Bling-bling parah pokonya." Jawabnya membuatku mengulum bibir.
Aku menarik nafas. "Keputusan gue datang kesini udah bener kan Nes?" Tanyaku pada Ganes yang melengos.
"Kan udah minta petunjuk. Kalau mengarahnya kesini. Insya Allah berarti jawabannya beneran yang ini. Kita liat aja malam ini hati sama takdir bawa lo kemana." Kata Ganes membuatku mengangguk meyakinkan diri.
"Semangat!!" Sorak Ganes sebelum aku menutup pintu mobilnya yang tak lama melaju pergi meninggalkanku di depan lobi hotel sendirian.
Aku menarik nafas panjang sekali lagi. Menguasai diri sambil mengucap doa yang sama yang selalu aku lakukan setiap hatiku gelisah dan meragu.
'Ya rabb... mudahkanlah. Bantu aku. Engkau Yang Maha Tau dari segala kemungkinan yang tidak siapapun ketahui. Jika memang ini jawaban yang terbaik, bantu aku menyadarinya ya rabb. Kata Ganes aku suka denial orangnya.'
Aku memantapkan diri melangkah. Disambut oleh beberapa staff hotel yang dengan ramah menunjukan jalan menuju tempat acara berlangsung.
Tepat saat diriku berhenti di depan pintu ballroom yang tertutup. Suara pesan dari ponselku membuat langkah kakiku terhenti. Aku lebih dulu membuka ponsel untuk melihat apakah ada jawaban dari boss ku yang seharian ini sibuk sampai tak bisa menghubungiku. Alisku terangkat tinggi begitu melihat notifikasi pesan yang muncul dengan nama Pak Adnan yang membalas pesan beberapa detik lalu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Virago ✔ (REVISI)
RomanceAluma bersumpah bahwa kaum lelaki semuanya setara. Setara dengan aligator bermuka dua. Diputuskan seminggu sebelum menikah oleh mantannya membuat Aluma tersadar. Bahwa sejak awal harusnya Aluma tak mempercayai para pria. Yang lebih menjengkelkan, s...