52. I Love Being Around You
"Gak usah bapaaakk..." ucapku menghentikan Pak Adnan sekali lagi yang bersikeras agar mengantarkanku pulang.
Setelah acara uji adrenalin selesai dengan kedua orang tua Pak Adnan, Bu Anita sempat memintaku untuk makan malam bersama demgan keluarga besar Rhaendra yang hadir malam ini. Tapi dengan sopan, aku harus menolak karena waktu yang tidak memungkinkan serta kesiapan diriku pula yang belum 100 persen kembali sadar.
Aku tidak ingin menyapa keluarga besar Pak Adnan dengan terburu-buru apalagi tepat setelah aku bertemu dengan orang tua pria itu.
Namun sepertinya Pak Adnan memang masih belum puas hingga bersikeras untuk memintaku berisitirahat di Bandung atau setidaknya diantarkan oleh dirinya sendiri hingga ke Jakarta.
"Tapi saya gak tenang, Aluma." Kata Pak Adnan sama keras kepalanya denganku.
Aku merapatkan bibir. Mengetahui akan sia-sia berdebat dengan Pria yang menjadi atasanku selama 4 bulan.
"Tapi Ganes udah nungguin saya Pak... kasihan kalau dia pulang sendirian." Jelasku mencoba membujuknya sekali lagi.
"Makanya saya bilang kamu istirahat saja dulu di hotel. Nanti saya bisa minta carikan kamar. Kalau kamu pulang besok pagi saat sudah terang dan istirahat saya janji gak akan ganggu atau nahan kamu lagi." Katanya serius.
Aku merenggut. Memasang wajah protes karena keras kepalanya namun tak digubris oleh pria itu.
"Yaudah saya coba bilang dulu sama Ganes." Balasku akhirnya menyerah. Membuat Pak Adnan langsung tersenyum lebar penuh kemenangan.
Aku merogoh ponsel. Mencari kontak Ganes kemudian menelfon wanita itu yang ternyata sudah menunggu di parkiran hotel. Aku menyuruhnya agar lebih dulu masuk dan menungguku di lobi.
"Padahal saya tuh sama Ganes udah bukan pertama kalinya pulang jam segini Bapak. Kalau abis main dari villa Vera yang di Bogor juga biasa balik jam segini." Kataku masih sempat mendumel sambil mengetikkan pesan pada Mamah karena terpaksa menginap dan pulang besok pagi.
"Kalau ada cara yang lebih aman kenapa harus malah cari yang lebih besar konsekuensinya sih Aluma. Lagipula kamu juga belum istirahat dari kantor dan langsung siap-siap kesini kan?" Tanya Pak Adnan menebak membuatku yang mendengar itu diam-diam mengulum bibir.
Aku melengos panjang. "Saya gak enak ngerepotin Bapak terus." Ucapku jujur. "Bapak juga sibuk kan dari pagi? Bukan saya doang yang capek. Bapak pasti lebih capek lagi." Kataku saat sebelumnya melihat garis guratan tanda-tanda kelelahan di wajah pria itu.
Pak Adnan tiba-tiba tersenyum. "Tadi sih emang capek. Tapi waktu lihat kamu dateng, capek saya langsung hilang." Balasnya membuatku menoleh dengan delikan.
Aku mencibir. "Bapak jangan ngomong manis gitu deh Pak. Bahaya. Udah malem." Kataku memperingatinya dengan gaya serius. Secara halus memintanya untuk tidak memberikan bualan manis yang membuat malamku nanti harus overthinking karena ulahnya.
Pak Adnan mengernyit. "Eh? Saya ngomong bener kok. Lagian bahaya kenapa?" Tanya Pak Adnan mengerutkan alisnya.
"Nanti saya minta dinikahin sekarang juga loh Pak. Jam segini KUA udah tutup. Besok aja kalau mau gombalinnya." Jawabku cepat. Diam-diam menahan malu setengah mati karena efek kopi makan malam beberapa saat lalu.
Pak Adnan mengulum bibir. Pria itu kelihatan menahan senyum yang hampir lolos dari bibirnya. "Sekarang saya juga siap, Aluma. Apa perlu kita ketemu Pak Burhim sekarang?" Balas pria itu membuatku ketar-ketir.
"Saya yang gak siap, Pak!" Ucapku cepat.
"Lah... tadi kamu yang ngajak." Kata Pak Adnan dengan raut wajah kecewa yang sengaja dibuat-buat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Virago ✔ (REVISI)
Storie d'amoreAluma bersumpah bahwa kaum lelaki semuanya setara. Setara dengan aligator bermuka dua. Diputuskan seminggu sebelum menikah oleh mantannya membuat Aluma tersadar. Bahwa sejak awal harusnya Aluma tak mempercayai para pria. Yang lebih menjengkelkan, s...