03. CV Online

21.9K 1.7K 55
                                    

03. CV Online



      Aku menarik nafas panjang, mengetatkan pegangan erat pada box kardus berisikan barang yang ku kemas karena hari terakhirku selama berkerja di perusahaan ini.

Semuanya telah selesai. Aku siap menutup rapat perjalanan yang berakhir karena rasa tak kuat harus melihat atasanku yang tersenyum semakin cerah setiap hari.

Melepas kesempatan besar hanya karena perkara cinta memang konyol. Tapi kalau belum tahu rasanya ditinggal menikah dengan pria yang menghabiskan 5 tahun bersama dan memilih untuk menikah dengan atasannya sendiri. Ini jelas bukan perkara mudah setiap kali aku melihat Rendi mengantar jemput Nia ke kantor atau makan siang bersama dan mengajak kami sebagai satu tim hanya untuk memuji mereka karena saling suap sendok.

Aku lebih baik harus terkena magh karena tak makan siang daripada harus melihat pemandangan dua orang itu.

Biar berat, kuseret paksa kakiku untuk tetap melangkah menuju parkiran mobil. Tapi rasanya semesta masih tak membiarkanku untuk tenang sendiri biarpun sehari. Kini kedua mataku harus melihat kemesraan Rendi yang memeluk Nia saat atasanku itu baru saja keluar dari kantor.

Rendi, pria brengsek yang tak pernah melakukan hal manis padaku itu selama kami bersama kini membukakan pintu mobil untuk Nia dengan senyum lebar nan manis. Melempar godaan picisan yang membuat Nia tertawa malu dan tersipu karena ulahnya.

Pria itu bahkan melindungi kepala Nia agar tak terkena benturan saat atasanku masuk ke dalam mobilnya. Rendi yang tak mengerti hal romantis. Rendi yang tak mengerti bagaimana cara memperlakukan wanita dengan manis. Semua berubah hanya dalam waktu seminggu setelah pria itu lebih memilih Nia ketimbang diriku.

Kemudian saat mata kami bertemu. Jauh dari seberang lurus sana tak membuatku lupa bagaimana reaksi pria itu menatapku.

Rendi mengalihkan wajahnya cepat. Berlari memutar memasuki mobilnya tanpa peduli bahwa ada aku disini. Yang dengan tololnya masih berdiri menatap nanar hampir saja dendam.

Jadi pada sore itu, dengan kepalan tangan kuat hingga membuat gigiku hampir gemelutuk.

Aku berdoa... pada Sang Penciptaku, pada pemilik hatiku, pada Tuhan yang atas izinnya semua ini akhirnya terjadi. Aku berdoa dengan lirih,


"Ya Tuhan... bantu aku. Bahwa pada akhirnya nanti, aku benar-benar tidak akan akan menyesal dan bersedih karena ditinggalkan olehnya. Bahwa pada akhirnya nanti, aku benar-benar dipertemukan dengan sosok yang membuatku sadar. Bahwa Rendi memang bukanlah orangnya. Bahwa sebentar lagi kau kirimkan takdirku yang membawaku menuju ketenangan diiringi kebahagiaan. Semoga sedih ini tidak akan berlarut lama Ya Tuhan."

Aamiin.



**




"ORANG GILAAA!!"

Aku melempar tas ke atas sofa, lagi-lagi berteriak kesal setelah baru saja kembali dari kantor untuk berkemas barang-barang dan memutuskan untuk membanting stir kini menghampiri Vera di rumahnya.

"Apalagi sih Alumaaa... gak cape apa lu tiap balik kerja ngomel gak jelas gini mulu. Darah tinggi yang ada lo hati-hati!" Tunjuk Ganes karena sebal setiap hari kutarik setelah pulang kerja untuk menemaniku bermain di rumah Vera.

Selain karena Ganes tidak mau ditinggal dan ngambek kalau aku jalan berdua hanya dengan Vera. Ganes rupanya masih tak tega melihatku masih suka kambuh depresi pada waktu-waktu tertentu. Terurama saat jam pulang kantor.

"Dibukain pintu mobil astaga Nes!! Seumur-umur gue jalan sama tuh jin iprit gak pernah dia bukain pintu mobil buat gue!! Gimana gue gak jijik ngeliatnya!" Ucapku mengebu-ngebu.

Virago ✔ (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang