24. Family Oriented

12.6K 1.3K 63
                                    

24. Family Oriented





     "Pokoknya gue mau pulang!"

Ucapku begitu panggilan telfon grup 'Avengers bebek' tersambung pada 3 orang penghuninya disana.

Tak memperdulikan waktu yang masih berada di angka 5 pagi. Aku benar-benar tidak kuasa untuk mengeluarkan uneg-uneg yang sejak kemarin sore terpendam.

"Apalagi sih ini ya tuhaaan...." Suara serak Ganes terdengar lebih dulu menjawab panggilanku.

Panggilan pagi buta di jam 5 subuh karena efek kemarin sore yang membuatku hampir gila semalaman. Alhasil, aku benar-benar tak dapat menutup mata setelah kalimat kurang hajar yang dilontarkan oleh atasanku.

"Al, lo gila yah nelfon orang pagi buta gini. Lo mau buat perut gue kontraksi lebih awal?!" Sambung Vera yang terdengar lebih sadar. Dari pemilihan diksi kata ibu hamil itu terdengar jelas Vera dalam kondisi sudah cukup lama bangun dari tidurnya.

Sedangkan Arka yang biarpun sudah tersambung masih tak ada suara. Hanya ada samar suara orokan pelan terdengar entah milik Ganes atau memang milik Arka.


Aku melengos. "Pak Adnan nembak gue!"

"APAAAA?!?!" kali ini tiga suara itu langsung kompak bersahutan.

Aku menangis tergugu dibuat-buat. "Mau pulaaaanggg." Ucapku membuat ketiganya langsung heboh bukan main.

"Nembak gimana sih astaga? Kapan nembaknya lu becanda yah!" Ini suara Vera yang panik tak percaya.

"Gak mungkin husband sholeh material gitu nembak elu Alumaaa, lo balik tidur deh ih jangan bikin emosi gue pagi-pagi." Kali ini gantian Ganes yang marah-marah.

"Al... lo boleh nge-halu tapi jangan ganggu waktu tidur gue. Gue semaleman di dapur capek banget." kata Arka dengan suara serak beratnya.

Aku mendecak kesal. "Veraaaa, pokoknya gue gak mau tau, lo bilang sama Gery suruh dia yang gantian nemenin agenda Pak Adnan sampai besok minggu. Gue mau balik duluan! Bali gak baik buat kesehatan gue!!" Rengekku tak mau tau.

"Kenapa sih Al?? Cerita dulu yang jelas jangan buat orang bingung. Ini gue gak ngerti beneran nih, kemarin perasaan baik-baik aja gak ada masalah kenapa mendadak mau pulang." Kata Vera mencoba menenangkanku.

Aku merengek. Tak menjawab justru mengeluarkan suara aneh sampai membuat Ganes disebrang mengomel lagi.

"Wait...... tunggu bentar, tadi barusan lo bilang apa? Bali? Lo lagi di Bali?" Tanya suara Arka kali ini terdengar jauh lebih tersadar. Bahkan hampir sama sadarnya denganku.

"Iya."

"Lah... kapan berangkatnya?" Suara pria itu naik satu tingkat.

Aku melengos. "Kepo lu, gak usah kepo kalau udah gak peduli sama gue." Jawabku sinis.

Arka berseru keras. "Astaga Al... gue lagi di Bali!!" Katanya langsung membuatku yang sebelumnya duduk langsung meloncat bangkit.

"HAH?!" Aku berseru tak percaya. "LO DIBALI?!"

"Lo dimananya? Nanti kalau sempet gue nyusul." Tanya Arka membuat kepalaku manggut-manggut tanpa sadar. Antara terharu juga bahagia mengetahui akhirnya ada seseorang yang bisa menemaniku disini.

"Di vila Pak Adnan."

"DIMANA?!!!" Suara Ganes, Vera dan Arka bersahut keras.

Aku yakin kalau rupa ku dihadapan mereka bisa kupastikan Vera dan Ganes akan mengeroyokku hingga aku lebam biru ungu.

Virago ✔ (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang