33. BASEBALL RULES (part 1)

11.1K 1K 92
                                    

33. BASEBALL RULES (part 1)





       Aku menghembuskan nafas kasar. Menekan keybord laptop kuat-kuat sampai berbunyi nyaring di ruangan kantor.

Mataku belum bisa lepas dari ruangan Pak Adnan yang transparan dibatas oleh dinding serta pintu kaca. Pria itu terlihat begitu serius membaca laporan dan belum bangkit dari tempat duduknya sejak kami kembali dari jalan pagi sambil membahas schedulle daily-nya.

Aku menutup laptop. Entah untuk yang keberapa kalinya, suara Vera sore itu kembali terngiang di kepalaku.

"Kejadian di Semarang. Perjodohan si Pak Boss lah. Gery cerita katanya dia bingung karena seharian itu si Adnan ditahan di atas gara-gara budenya bawa kenalan teman-teman putrinya. Emang lo gak tau?"

Aku merengek pelan. Menggoyangkan kaki dibawah meja dengan kesal karena seharian ini hampir tidak bisa fokus berkerja.

Sial sial siaaaall!!

Kenapa aku jadi mendadak begini?!!!

Kenapa aku jadi mendadak kesal dan kepikiran dengan kalimat Vera mengenai Pak Adnan?!

Mengenai kejadian di Semarang. Mengenai perjodohannya. Sampai urusan pribadi Pak Adan yang harusnya tak membuat aku gusar atau ikut campur peduli.

Kenapa mendadak aku jadi tidak tenang begini?!


Aku mengehembuskan nafas berat. Melirik jam tangan melihat waktu sudah menunjukan pukul 5 lewat.

Aku buru-buru meraih tas, memutuskan membereskan barang-barang untuk bergegas pulang. Kulihat sekali lagi Pak Adnan, pria itu belum juga bergerak dari tempat duduknya.

Sesaat kutarik nafas panjang. Membenarkan letak hijabku sebelum berdiri dan bersiap pamit pada Pak Adnan.

Sampai baru saat aku mengetuk pintu ruangan pria itu, Pak Adnan tiba-tiba lebih dulu bangkit dan berjalan cepat keluar membukakan pintu.

Pak Adnan tersenyum lebar. Guratan ekspresi seriusnya tadi saat sedang berkutat dengan kertas laporan yang ia periksa mendadak hilang.



"Kamu mau pulang Aluma?" Tanya Pak Adnan entah kenapa mendadak terlihat antusias.

Mataku mengerjap-ngerjap. Bisa mencium aroma-aroma bahaya disekitarku.

"I....ya Pak." Jawabku mengangguk ragu-ragu.

Pak Adnan tersenyum. "Do you have any plan for tonight?" Tanya Pak Adnan lagi semakin membuatku curiga.

Aku mengulum bibir. "Saya rasa enggak Pak." Kataku membuat pria itu bersorak kecil.

"Then come with me!" Ajaknya dengan kilatan binaran polos kekanak-kanakan dari matanya.

"Kemana pak?" Tanyaku bingung.

Melihat kerandomannya yang begitu tiba-tiba sore ini. Setelah seharian pria itu begitu diam di dalam kantornya, bahkan tak seperti biasanya, Pak Adnan hanya memintaku untuk berjalan santai saat membahas jadwal hariannya pagi tadi.

Pak Adnan berdehem. "Saya pernah bilang kan saat di Bandung, setelah waktu jam kerja selesai. I want you to see me as a man." Katanya dengan bersemangat. "Mulai detik ini, kamu bukan lagi bawahan saya, bukan juga teman saya, saya mau kamu lihat saya sebagai seorang pria. Can you do it?" Tambahnya membuatku tak bisa menahan diri untuk tak melebarkan mata sangking terkejutnya.

"S-sekarang banget Pak?" Tanyaku entah kenapa malah melirik jam tangan.

Pak Adnan mengangguk. "Ya, and btw... kita sudah hampir terlambat. Kamu bisa minta Pak Bowo untuk tunggu saya lima menit dulu? Saya harus membereskan beberapa barang-barang." Katanya menyebutkan nama supir pribadi Pak Adnan yang biasa mengantarkan pria itu saat berdinas.

Virago ✔ (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang