31. Alasan Bertahan

11.1K 1.1K 61
                                    

31. Alasan Bertahan




          Irene menarikku begitu acara dimulai. Wanita itu membawaku ke dalam rumah dan memintaku berganti baju dengan warna dan gaya senada yang dikenakannya. Tidak hanya sampai disitu, Irene bahkan benar-benar tak melepaskan diriku dan menggandengku pergi kemana-mana selama acara berlangsung.

Setelah hampir setengah jam kami berkeliling, aku dan Irene memutuskan untuk memilih duduk manis sambil menjaga salah satu stand bagian makanan dan mengikuti acara. Kami duduk dibagian belakang sambil mendengarkan pengajian bersama yang kemudian dilanjutkan dengan adanya sesi ceramah salah satu ustadz terkenal yang Ayah sering lihat di youtube.

Aku mendadak jadi anteng. Ikut khidmat mendengarkan ceramah sambil diam-diam memperhatikan situasi sekitar.

Tadi aku sempat melihat Gery juga sudah berganti baju dengan koko warna senada yang kukenakan. Tapi Pak Adnan dan sepupunya belum terlihat sejak kami berpisah. Aku beberapa kali sempat menyapa anggota keluarga Rhaendra saat berkeliling bersama Irene. Namun sepertinya dari keluarga Pak Adimas, hanya Pak Adnan sendiri yang mewakilkan. Ceisya, adik sulung yang sering kulihat hanya dari foto keluarga Pak Adnan pun belum juga kelihatan.

Setelah adzan Ashar terdengar acara sempat terhenti sesaat. Aku memutuskan untuk mengikuti sholat ashar berjamaah bersama Irene di halaman bagian ujung belakang yang sudah disediakan. Setelahnya acara kembali dilanjutkan ke sesi penyantunan anak yatim dan piatu.

Irene mengajakku untuk kembali menuju stand makanan karena acara makan bersama akan dilanjutkan setelahnya. Aku sebelumnya sempat takjub sekaligus terkejut dengan banyaknya stand makanan yang tersedia di bagian area halaman taman area samping. Dibuat dengan konsep prasmanan, ragamnya makanan yang tersaji membuatku melongo ditempat beberapa saat lalu.

Dari mulai makanan pembuka, dessert bahkan sampai  sushi dapat kutemukan dibagian prasmanan.

Irene menyenggol lenganku, tersenyum melihatku yang menganga saat melihat nasi goreng babat yakni salah satu khas makanan Semarang itu baru saja dimasukan ke dalam buffet.

"Kamu mau Al?" Tanya Irene tertawa begitu aku mengangguk cepat.

Irene manggut-manggut. "Aku minta orang dapur simpenin yah? Nanti pulangnya biar bisa kamu sekalian bawa." Katanya membuatku langsung tersenyum lebar senang.

Aku melirik melihat beberapa ibu-ibu yang mulai berdatangan menuju prasmanan. Suara dari arah panggung tempat acara juga sudah tidak terdengar lagi menandakan acara telah selesai.

Beberapa orang mulai berbaris rapih mengambil antrian untuk makanan. Aku beranjak bangkit, bersiaga untum membantu bagian memberikan minum bersama Irene.

Suasana sempat hectic karena ramainya orang-orang. Beberapa ibu-ibu terlihat menyapa Irene dengan ramah dan bersahabat seakan sudah saling mengenal.

Aku menyenggol lengan Irene kecil. Melihat sudah mulai luangnya antrian kini orang-orang sudah saling mengambil tempat duduk dan menyebar mengobrol satu sama lain.

"Jadi ini lebih tepatnya acara apa sih Ren?" Tanyaku pada wanita yang baru saja duduk menghabiskan satu gelas jus jeruknya. Setelah sebelumnya sempat ditolak mentah-mentah karena kupanggil dengan embel-embel Mbak di depan, kami akhirnya memutuskan untuk saling memanggil nama karena lahir ditahun yang sama.

Irene tersenyum. "Ulangtahunnya Om Juandra. Sekaligus perayaan pembukaan toko oleh-oleh cabang baru di kota." Kata Irene membuatku manggut-manggut mendengarnya.

Mataku mengerjap-ngerjap. Baru teringat dengan kalimat Gery beberapa saat lalu di Bandara. Mengenai Gyuma dan Pak Juandra yakni ayah sekaligus adik Pak Adimas sendiri.

Virago ✔ (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang