Part 16

48.8K 2.4K 53
                                    

Bangun pagi, gosok gigi, cuci muka main lagi haha

Thanks For 25K Readers
Makasih udah sabar nungguin akoh cmiiw


Aku lagi ngerintis usaha baru, doain aku ya supaya lancar. Karna kita gatau dari mulut siapa doa kita akan di ijabah oleh yang maha kuasa cmiiww

Doain juga ceritaku kelak bisa nangkring di gramedia hehe, mimpiku sejak dulu semoga terwujud aamiin.

Selamat apa? Selamat membacak!!

***

           Dario dengan lahap menjilat ice cream yang ada ditangannya, sedangkan Disha mendengus kesal sembari membawa beberapa belanjaan adiknya.

Kalian tidak salah dengar, yang dia bawa adalah barang milik adiknya bukan miliknya.

"Disha! Disha itu Lo kan?"Teriakan seorang pria yang jaraknya tidak terlalu jauh dari tempat Disha berdiri membuat gadis itu menolehkan kepalanya,

Disha kaget, dan langsung menyuruh adiknya untuk berjalan lebih cepat, "Dek ayo buruan! Jalannya lelet banget sih ayo lari!"

"Apasih Kak? Aku gak bisa makan Es krim sambil lari-lari! Nanti keselek gimana?!"Kesal Dario,

Disha tak memperdulikannya, gadis itu tetap bersih keras mendorong adiknya agar ia  berjalan lebih cepat.

Bruk

Dario terjatuh dengan Ice cream yang sudah meleleh di lantai, Dengan segera Disha pun  menolong adiknya.

"Duh tuyul, maafin gue ya. Nanti gue ganti oke?"Ucap Disha sembari membantu adiknya berdiri,

Dario menyunggingkan senyumnya, tangan Disha dicekal oleh pria yang tadi mengejarnya.

"Lo ngehindarin gue Dis?"Tanya faris saat berhasil menggapai tangan gadis pujaannya,

Disha menatap adiknya sinis lalu beralih menatap faris, "Enggak lah!"

"Terus kenapa lo tadi malah pergi pas gue panggil?" Tanya Faris dengan heran, jujur saja pria ini tidak percaya terhadap apa yang barusan di ucapkan oleh gadis pujaannya.

Disha melepas pelan tangan Faris yang sedari tadi mencekal pergelangan tangannya, "Gue lagi buru-buru," setelah itu Disha pun melangkah pergi meninggalkan Faris.

Pria itu menghela nafas jengah, "Dis"

Panggilan dari arah belakang membuat gadis itu kembali menolehkan kepalanya ke belakang. Menatap kearah pria yang memang di hindarinya belakangan ini.

"Gue tau, perasaan gabisa dipaksa. Tapi seenggaknya kalau emang lo ga ada rasa sama gue mendingan jujur sekarang." Setelah Faris mengucapkan itu tak ada jawaban yang keluar dari mulut Disha, gadis itu hanya diam.

"Digantung sama perasaan yang gak pasti itu sakit Dis. Bisa aja gue ber-ekspetasi berlebihan dan itu nantinya yang bikin gue susah buat nerima semuanya."Lanjut Faris, pria itu pun menatap lamat Disha yang masih setia menundukkan kepalanya dan menatap kosong ke arah lantai.

"Nerima kalo emang Lo ga pernah bisa suka sama gue."Ucap Faris menahan semua perasaan sakit  hati yang menikamnya.

Sungguh, sedari lama dia menantikan jawaban dari gadis pujaannya. Berharap Disha akan menerimanya, tapi percuma saja.

Masa lalu, tetap menjadi pemenangnya.

Faris kalah, walau sejak dulu dia lah yang selalu menemani Disha. Pergi ke Bali saat pekerjaannya menumpuk dan tubuhnya merindukan kasur, hanya untuk bertemu dengan Disha. Benar, hanya untuk gadis yang memang selamanya tidak akan pernah menjadi miliknya.

Move On (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang