KZO #01#

25.3K 1.2K 65
                                    

hai selamat datang di cerita baru sayaaa
buat pembaca baru, halloo selamat datang juga.

kali ini saya ada bawa cerita yang genrenya masih sama, buat kalian yang suka sama genre brothership boleh mampir baca cerita saya yang lain, ada di akun saya okey. jangan lupa vote dan komennya :)

selamat membaca

~•~•KZO•~•~

Seorang pemuda menatap kosong pada kertas yang ada di tangannya. Kertas itu berisi nilai ulangannya minggu ini, dan nilainya pun tak seperti harapannya. Padahal dirinya sudah belajar dengan keras agar nilai ulangannya sempurna. Namun, sepertinya dia kurang berusaha lagi.

Pemuda itu perlahan membuka pintu rumahnya, dapat dia dengar suara tawa dari ruang tamu. Dapat dia lihat Mama, Papa, dan juga saudara kembarnya yang duduk di sofa. Mereka tampak bahagia sekali tanpanya.

"Pulang juga kamu, mana nilai ulanganmu minggu ini?" kata Teo, Ayah mereka.

"Kenapa diam saja cepat berikan pada kami kertas ulangan itu Rasya." ketus Rindi, sang Ibu.

Pemuda yang memegang kertas ulangan itu bernama Rasya, lebih tepatnya Rasya Tarendra. Pemuda berusia 18 tahun yang memiliki saudara kembar yang berbeda 5 menit dengannya bernama Kasya Tarendra.

Meskipun kembar, mereka berbeda. Kasya adalah laki-laki yang pintar, multitalent, dan menjadi kebanggan Orang tuanya. Sedangkan dirinya? Orang tuanya saja bahkan tak pernah memuji jika dirinya mendapat penghargaan jika mengikuti lomba.

Rasya dan Kasya di perlakukan berbeda, Kasya yang di limpahkan kasih sayang oleh Orang Tuanya dan sangat dijaga. Sedangkan Rasya, dirinya bahkan tak pernah di beri kasih sayang lebih tepatnya Teo dan Rindi tak mempedulikan keberadaannya. Mereka bahkan tak segan bermain fisik pada Rasya.

Teo dan Rindi selalu menuntut agar nilai Rasya selalu sempurna bahkan mereka menyuruh Rasya agar terus belajar hingga tak ada waktu untuk bermain bagi pemuda itu. Dan sampai sekarang Rasya bahkan tak mempunyai teman.

Rasya memberikan kertas ulangannya pada Teo. Sedangkan Kasya saudaranya hanya melihat Rasya sambil tersenyum miring. Sejujurnya dia tak menyukai saudara kembarnya itu, ntah kenapa tapi dia tak suka akan kehadirannya.

"APA INI RASYA!? KENAPA NILAINYA HANYA 95!?" bentak Teo

Rasya hanya menunduk tak menjawab ucapan Teo. Baginya sudah biasa di bentak, karena dari dulu Teo atau Rindi selalu saja membentaknya.

"Kamu membuang-buang uang saya Rasya,"

"Kamu membuat saya malu,"

"KENAPA DIAM!? JAWAB!!"

"Kalau pun Rasya jawab, Papa pasti gak mau dengerin. Rasya udah berusaha belajar biar Papa sama Mama bangga. Tapi kemampuan Rasya cuman sampai sini, Rasya harap Papa sama Mama ngerti. Rasya bukan robot, Rasya manusia. Rasya juga pengen kayak anak-anak lain gak terus di tuntut buat belajar terus. Rasya juga pengen kalian bisa sayang sama Rasya seperti kalian sayang sama Kasya." ujar Rasya sambil memandang mereka dengan tatapan putus asa

"Berani berbicara seperti itu pada Orang tua mu?" tanya Rindi

Rasya berdecak, salah lagi? bukankah Teo tadi menyuruhnya untuk menjawab? jadi ya sudah dia jawab saja perkataan Papanya itu. Kenapa malah marah.

"Kamu harua di beri pelajaran agar sadar,"

Teo menyeret Rasya yang masih mengenakan seragam Sekolah itu ke Gudang. Tempat dimana Teo akan memberikan Rasya sesuatu yang berhasil membuat hati anak itu terluka.

Teo menjatuhkan secara kasar tubuh anak itu ke dinding, kemudian mengambil cambuk yang ada di sana. Rasya hanya bisa meringis sambil menahan rasa sakit yang ada di punggungnya. Kemudian menatap Teo yang kini sudah memegang cambuk di tangannya, Rasya hanya bisa tersenyum miris. Bekas cambukan kemarin saja masih belum kering, dan pria tua itu malah ingin menambahnya?

"Berdiri kamu, lalu hitung dan jangan sampai jatuh. Jangan lupa buka seragamnya."

Rasya kemudian berdiri setelah membuka seragamnya, dan terpampanglah tubuh atletis Rasya yang terdapat 6 kotak-kotak di perutnya walaupun masih samar. Namun tubuh atletis itu penuh akan luka yang dibuat Teo.

Teo langsung saja mencambuk Putra Sulungnya itu.

"S-satu,"

CTASS

"dua,"

Rasya masih bertahan sampai cambukan ke 10, namun saat cambukan ke 11 dirinya ambruk ke lantai yang dingin. Punggungnya sudah sangat terluka karena cambukan itu.

Teo melemparkan cambuk itu asal, kemudian menatap dingin Rasya.

"Lemah."

"Jadilah seperti adikmu Kasya dan banggakan Orang tua mu,"

Setelah mengatakan itu, Teo langsung meninggalkan Rasya yang terbaring lemas di lantai.

"Rasya udah berusaha buat Papa sama Mama bangga, tapi kalian gak pernah hargain usaha Rasya. Rasya harus apa kalau Orang Tua Rasya sendiri yang suka main fisik dan buat mental anaknya rusak. Rasya cape."

Tangis Rasya mengisi keheningan di gudang. Perlahan dirinya bangkit dan mengambil seragam kemudian memakainya. Dia berjalan dengan pelan keluar dari sana, ah tidak lebih tepatnya Rumah yang seperti neraka baginya.

Rasya memutuskan untuk pergi saja dari rumah ini, karena percuma dirinya tidak di anggap. Lagi pula Orang tuanya masih mempunyai anak kesayangan kan. Jadi, jika dirinya pergi sekali pun dari sini itu tak menjadi masalah besar bagi mereka.

"Mau kemana kamu?" tanya Rindi

"Tentu pergi dari rumah ini," jawab Rasya tanpa menghentikan langkahnya.

"Jangan pikir kamu bisa pergi dari sini Rasya. Tangkap dan bawa dia ke kamar, rantai kakinya." suruh Teo pada Bodyguard yang ada di sana.

Rasya langsung saja berlari menghindari kejaran mereka meskipun tubuhnya terasa sangat remuk. Sampai akhirnya dia berhasil keluar dari sana, namun dirinya salah.

Rasya malah berhenti di tengah jalan, dan tanpa sadar dari sisi kanan ada sebuah mobil sedan yang melaju kencang ke arahnya. Dan di sebelah kiri ada sebuah motor yang melaju kencang juga.

BRAKK

Tanpa bisa di hindari Rasya tertabrak oleh dua kendaraan dari sisi kanan dan kirinya yang membuat tubuhnya terpental dan menghantam aspal dengan keras.

Teo, Rindi, dan Kasya yang melihat itu terdiam seperti patung. Sedangkan Rasya menatap mereka dengan bibir yang mengulas senyuman tulus.

"Sekarang lu bisa dapat kasih sayang Mama sama Papa seutuhnya tanpa harus berbagi sama gue. Gue harap lu bisa ngejar cita-cita lu Kasya. Banggain Mama sama Papa," batin Rasya sambil menatap Kasya

Rasya kemudian beralih menatap Teo dan Rindi, "Makasih Ma Pa udah rawat Rasya, meskipun yang Rasya dapatin itu cuman luka. Semoga kalian semua sehat selalu, Rasya sayang kalian semua. Dan Rasya udah maafin kalian," batinnya

Remaja yang sudah bersimbah darah itu pun perlahan menutup kedua matanya dan detik itu remaja bernama Rasya Tarendra menghembuskan nafas terakhirnya. Meninggalkan Keluarganya yang kini menyesal dengan perbuatan mereka selama ini.





TBC

udah part pertama nih, gimana tanggapan kalian?
mau coba up part ini dulu, kalau kalian pada suka sama cerita saya yang ini, saya bakal lanjutin :)

jangan lupa vote dan komennya 💙

Khaindra Zyandru Oliver [END]  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang