Setelah di seret paksa oleh para orang suruhan Luke, sekarang Khai berakhir di ruang bawah tanah yang pencahayaannya remang-remang. Di sana dia hanya sendiri saja, ya mungkin Luke akan memberinya luka fisik dan batin lagi itulah yang di pikirkan Khai.
Tapi anak itu saat ini malah sedang anteng ayem menghitung semut yang sedang menaiki dinding menuju sarangnya.
"Si Tio gimana ya sekarang? tadi kan dia di tahan karena berusaha mau nolongin gue. Semoga aja dia gak bonyok, kalau sampai bonyok gue bakalan balas mereka." ujar Khai memecah keheningan di ruangan itu.
Suara pintu terbuka dan tapak kaki yang mendekat tak membuat Khai teralihkan.
"Ku pikir jika kau di kurung di sini kau akan meringkuk di pojok ketakutan. Tapi apa yang ku lihat? Kau malah sedang menghitung semut, tak ada kerjaan sekali. Atau kau memang sudah tidak waras?" Luke terkekeh sinis
"Yang tidak waras di sini itu adalah kau. Seenaknya saja melakukan kekerasan pada anak kandung sendiri sampai anaknya memilih mati," lanjut Khai dalam hati
"Berani sekali kau menjawab ucapanku," geram Luke
"Ya berani lah, kan kita sebagai manusia itu harus mengeluarkan saran dan pendapat kita. Apa salahnya?" Khai sebenarnya memberanikan diri saja, padahal dia aslinya sedikit takut karena aura Luke sangat membuatnya terasa tercekik di ruangan ini. Ingat hanya sedikit.
"Setelah membuat Putraku babak belur dan masuk Rumah Sakit kau masih bisa bersenang-senang dengan temanmu itu hah!?"
"Dih, lu jangan sok tau ye. Anak kesayangan lu dulu yang nyari perkara sama gue. Dia nyiram gue terus malah ngata-ngatain teman gue. Gimana gue gak emosi, gue lagi diam dia malah ganggu. Salahin tuh anak lu." ujar Khai tak terima
"Cih, tetap saja kau membuat Zhai terbaring lemas di brankar Rumah Sakit. Aku tak terima jika Putraku di perlakukan seperti itu olehmu." kata Luke
"Apa kau lupa? aku ini Putramu juga. Aku bahkan sejak kecil di perlakukan buruk oleh saudara kembar ku sendiri. Apa kau merasa tidak terima atas apa yang dia lakukan padaku?" tanya Khai lirih
Luke terdiam sejenak, "Tentu saja tidak. Aku tak pernah menganggap mu sebagai Putraku."
Khai merasa hatinya sangat sakit mendengar ucapan Luke. Mungkin ini adalah perasaan milik Khai asli.
"Aku harap kau tak menyesal setelah mengetahui bahwa Putramu telah pergi." ucap Khai pelan namun Luke dan mendengarnya.
Seketika dia kebingungan apa yang di maksud Khai.
"Diam di sini selama 5 hari, itu hukumanmu."
Luke langsung pergi meninggalkan Khai. Ntah kenapa dia tiba-tiba merasa tidak tega harus menghukum Khai setelah mendengar ucapan terakhir anak itu. Hatinya menjadi tak karuan, apakah perlakuan dia selama ini salah?
Karena tak mau makin terpikirkan, Luke pergi ke Rumah Sakit untuk menemui Zhai yang katanya sudah siuman.
"Arghh anjing, kalo ngurung orang tuh yang elit kek. Kasih makan minum terus kasih tempat tidur yang layak. Dasar aki-aki." gerutu Khai
"Gue harus bisa kabur dari sini. Ogah banget gue diem di sini selama 5 hari. Bisa mati kebosanan gue."
Khai mengedarkan pandangannya dan berakhir pada sebuah jendela kecil yang mungkin bisa menjadi tempat pelariannya.
"Untung badan gue kecil mungil, yaa walaupun minusnya badan gue pendek tapi gue tetep bersyukur kok."
Setelah berusaha keras, akhirnya Khai dapat keluar dari ruangan sekaligus Mansion milik Luke.
"Alhamdulillah Ya Allah."
"Nahh sekarang gue cari makan dulu deh, laper banget gue." ucapnya sambil mengusap perut
Khai berjalan menyusuri jalan dengan masih memakai seragam Sekolahnya.
"Wahh ada yang jual bakso nih, beli ahh."
Dengan langkah riang Khai menghampiri pedagang bakso itu.
"Mang baksonya satu porsi yaa." ujar Khai kemudian duduk di bangku
"Siap Den."
Pedagang itu dengan sigap membuat pesanan Khai. Setelah pesanannya siap, Khai memakan bakso itu dengan lahap karena memang dia saat ini sedang lapar sekali. Dia tidak pusing memikirkan jika Luke di rumah mengamuk jika mengetahui dirinya kabur dari sana.
"Beuh mantep banget."
Khai bersendawa lalu merogoh sakunya, namun seketika raut wajahnya menjadi panik.
'anjing, duit gue yang 20 ribu kemana ini?' batin Khai
Karena seingat dia tadi menyimpan uang 1 lembar bernilai 20 ribu.
"Masa iya duitnya jatuh, perasaan saku celana gue gak bolong deh." gumamnya
"Udah den? semuanya jadi 15 ribu." kata si pedagang bakso itu
Khai menatapnya sambil tersenyum lebar, "Duh Mang, bentar ya. Uang saya tiba-tiba gak ada."
"Gimana sih dek, kalo gak ada uang mending gak usah beli. Rugi saya ini."
"Atuh mang, suer tadi uangnya ada di saku saya." bela Khai
Mereka sempat cekcok sebentar sebelum suara seseorang memghentikan perdebatan mereka berdua.
"Biar saya saja yang membayarnya."
TBC
hai? maaf ya baru bisa update sekarang. kira-kira udaa beraa hari saya ga update ya, hehe. maaf banget saya lagi sibuk, jadi belum bisa update setiap hari lagi. nanti saya bakalan usahain deh buat sering update.
kalo ada typo harap maklum ya, soalnya ga saya revisi lagi langsung pub takut kalian pada nunggu.
jangan lupa vote dan komennya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Khaindra Zyandru Oliver [END]
Teen Fiction5 Rasya, seorang Pemuda yang bertransmigrasi ke tubuh seorang Khaindra yang kehidupannya bernasib sama sepertinya. Akankah dirinya bisa bahagia di kehidupannya yang kedua ini? cuss langsung baca aja yuk. jangan lupa follow akun saya juga biar ga ke...