Bagi banyak orang, hari Senin adalah hari yang menyebalkan. Tapi kali ini tidak untuk Aisha. Wajah cerahnya menyita perhatian pegawai di perusahannya. Kaki jenjangnya berjalan penuh percaya diri menuju lift.
Kebetulan sekali Megan juga sedang menunggu pintu lift terbuka.
“Kau terlihat sedang bahagia,” ujarnya begitu Aisha berdiri di sampingnya. Berucap tanpa menoleh. Hanya melirik singkat.
“Ya.” Aisha tak dapat membendung rasa bahagianya. Senyumnya terus merekah sejak kemarin. “Gratia setuju untuk memiliki anak.”
Kalimat lanjutan itu membuat Megan seketika menoleh tidak percaya. “Secepat ini?” takjubnya. Mereka berdua baru menikah seminggu.
Pintu lift terbuka, mereka melanjutkan pembicaraan di dalam. Megan menekan tombol angka 15, tempat di mana ruangan Aisha berada alias lantai paling tinggi.
“Terimakasih,” kata Aisha. Kemudian menjawab pertanyaan Megan sebelumnya. “Kami sudah mendiskusikannya sejak dua hari yang lalu.”
“Di Maldives?” tebak Megan.
“Ya.” Aisha mengangguk lagi. Senyumnya kembali merekah di bibir seksinya. “Nanti siang kami akan ke rumah sakit untuk periksa kandungan.”
Megan bergumam lirih, “Bagus untukmu.”
“Ya ...”
Keadaan di lift cukup canggung. Aisha merasakan adanya perubahan suasana hati pada Megan. Untungnya tak lama mereka sampai di lantai 15. Dan Aisha melenggang tanpa mengucapkan apapun.
Megan menatapnya sejenak sebelum menekan tombol angka 10. Pintu lift pun tertutup.
Emma memamerkan cengirannya begitu melihat kedatangan bosnya. Dia ikut masuk ke dalam ruangan mengikuti Aisha.
“Kalau kau ke sini hanya untuk mengacaukan pagiku. Lebih baik jangan.”
Emma terkekeh. “Aku hanya ingin bertanya, bagaimana liburanmu—maksudku bulan madumu?”
Oke, dia memang—sedang ingin—menjahili Aisha.
Aisha mendudukkan pantatnya di kursi kerjanya, lalu menjawab singkat, “Menyenangkan.”
“Itu saja?”
Emma berdiri di depan mejanya dengan ekspresi tak puas akan jawaban yang diberikan.
Aisha mencondongkan tubuhnya dan melipat kedua tangannya di atas meja. “Kau mau jawaban yang seperti apa?”
Emma menatap wajah Aisha sesaat sebelum menjawab sambil tersenyum miring. “Tidak perlu menjawab apa-apa, aku sudah tahu semuanya. Karena ...”
Kening Aisha mengernyit melihat Emma mengeluarkan ponselnya. Menunjukkan sebuah foto kepadanya. Foto bulan madunya bersama Gratia di pantai Maldives yang berbeda dari yang dia unggah di Instagram.
“Foto yang bagus,” lanjut Emma cekikikan.
Aisha melotot ngeri. “Kau ... sejak kapan kau bertukar nomor dengan istriku?”
Emma mengedikkan bahu ringan. Menyimpan ponselnya kembali ke saku blazer. “Bukan salahku kalau kau tidak menyadarinya, Ma'am.”
Baca selengkapnya chapter 11 sampai 14 di KaryaKarsa atau klik link di bio :)
KAMU SEDANG MEMBACA
She and Her Sexy CEO (KaryaKarsa)
RomanceAisha Tyler, wanita gila kerja yang lebih bergairah dengan uang daripada cinta. Memiliki obsesi pada kekayaan lantaran trauma menjadi orang miskin saat masih kecil. Hingga diusianya yang ke-35 tahun, dirinya belum juga berkeinginan untuk mencari pas...