Chapter 14 - Surprise!

1.4K 83 2
                                    

Bulan demi bulan telah berganti. Namun keinginan Aisha untuk segera memiliki anak masih belum terpenuhi. Empat bulan ia berusaha membuat benih tapi belum juga berhasil. Lambat laun hubungannya dengan Gratia juga semakin dekat. Meski mereka masih tidur secara terpisah, tapi kedekatan mereka tak terbatasi. Hanya saja, Aisha tak menyadarinya.

Megan berjalan ke ruangan Aisha sambil membawa berkas yang dibutuhkan. Ia terus berjalan tanpa menoleh sedikitpun ke arah Gratia yang sedang bercengkrama bersama Emma.

Emma dan Gratia menatap kepergiannya.

Megan meletakkan berkas yang diminta Aisha ke atas meja. “Jadi ini kehidupanmu yang baru?”

Aisha menatapnya sekilas sebelum mengambil berkas tersebut dan membacanya. “Apa maksudmu?”

“Istrimu berada di sini sepanjang hari.”

“Apa itu mengganggumu?” Aisha menaruh berkasnya kembali setelah membacanya sepersekian detik dan menatap Megan.

“Tidak.” Megan mengedikkan bahu acuh sebelum keluar dari ruangan tanpa pamit.

Aisha hanya bisa menghela napas mendapatkan perlakuan dinginnya. Berbeda dengan hubungannya dengan Gratia, hubungannya dengan Megan semakin renggang.

Wanita itu masih merasa terkhianati oleh pilihannya.

Lagi-lagi Emma dan Gratia menatap kepergiannya.

“Kurasa dia tidak menyukaiku,” ucap Gratia melihat Megan menghilang di balik pintu lift.

“Banyak orang yang tidak menyukaimu.” Emma membalas tanpa pikir panjang. Sebelum akhirnya tersadar dengan ucapannya sendiri. “Tidak—maksudku, banyak orang iri yang tidak menyukaimu,” koreksinya agar Gratia tidak tersakiti oleh kalimatnya.

“Aku tahu.” Gratia mengangguk. Tersenyum kecil. “Aku bukan gadis desa yang tidak mengerti teknologi,” sambungnya.

Yang dimaksud Gratia adalah komentar penuh ujaran kebencian yang dilontarkan di kolom komentar media sosial milik Aisha. Itu menyakitkan meski tidak diucapkan secara langsung.

“Aku minta maaf.” Emma menatap iba. “Kau tidak pantas mendapatkannya.”

“Terimakasih.” Gratia kembali mengulas senyum. “Aisha berjanji akan menjamin keselamatanku. Dia bilang akan melaporkan mereka yang berkomentar jahat jika aku merasa tersakiti. Tapi aku tidak pernah mengadu padanya, karena meladeni mereka hanya membuang-buang waktu saja.”

“Benar sekali.” Emma mengangguk setuju. “Lagipula kita tidak bisa melenyapkan semua orang yang membenci kita. Pasti akan muncul lagi dan lagi.”

Gratia tersenyum kecut. “Resiko menikah dengan primadona.”

Mereka berdua tertawa.

”Tapi kalau aku boleh tanya.” Gratia mencondongkan tubuhnya agar ucapannya tidak didengar orang lain. “Apa hubungan istriku dengan Megan?”

Emma langsung tersenyum miring penuh kerlingan jahil.

“Kau cemburu?”

Gratia terkekeh. “Sedikit.”

“Banyak juga tidak apa-apa. Dia istrimu.” Emma tersenyum. “Sayangnya aku hanya tahu kalau mereka berteman sejak masih kuliah.”

“Mereka satu universitas?”

“Yap.” Emma menganggukkan kepalanya. ”Kenapa tidak tanyakan langsung kepada Bu Bos?”

Gratia menggigit kecil bibir bawahnya. “Aku penasaran. Tapi aku tidak ingin mencampuri urusannya.”

“Itu tidak benar.” Emma menepuk tangannya pelan. “Kau istrinya. Kalian sudah menikah empat bulan.”

Empat bulan tidak terasa. Gratia baru menyadarinya.

Baca selengkapnya chapter 14 sampai 16 di KaryaKarsa atau klik link di bio :)

She and Her Sexy CEO (KaryaKarsa)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang