Chapter 22 - Cinderella

1.1K 61 0
                                    

Megan menaruh kasar sebuah surat di meja Aisha. "Untuk apa kau memberikan surat peringatan padaku?" ujarnya tidak terima. "Jika kau melakukan ini karena kesalahpahaman istrimu padaku, maka itu bukan kesalahanku," ujarnya lagi membela diri.

Aisha yang sedang bekerja dengan tenang, mendongak menatapnya. Ia memang marah kepadanya, tapi meluapkan kemarahannya tidak akan menyelesaikan masalah.

"Bukan, itu peringatan karena kau memakai pakaian seksi di kantorku," jawabnya.

"Apa?" Kening Megan mengernyit. "Tidak ada peraturan seperti itu di sini. Dan apa yang menentukan suatu pakaian seksi atau tidak?"

"Ada. Aku sudah meresmikan peraturan itu tadi pagi." Aisha menjawab tenang. "Dan kau cukup pintar untuk memahami maksudku."

Megan masih merasa tidak terima. "Ini menggelikan."

"Jika merasa keberatan, kau boleh keluar dari pekerjaanmu," balas Aisha. Kembali menenggelamkan perhatiannya pada dokumen yang tadi dibaca.

Karena kedudukannya hanya sebagai pegawai, Megan terpaksa menerimanya. Melenggang tanpa pamit sambil menahan kesal.

Aisha lalu menghembuskan napas berat selepas kepergiannya. Sejujurnya pikirannya tidak bisa fokus karena otaknya lebih dulu bingung memikirkan bagaimana caranya memperbaiki hubungan dengan Gratia.

Beranjak dari tempat duduknya dan merapikan meja, ia keluar dari ruangannya hendak pergi makan siang.

"Mau makan siang bersama?" ajak Emma tapi langsung ditolak.

"Terimakasih tapi aku mau makan di rumah saja."

"Aku tahu kenapa." Emma terkikik. "Kalau begitu semoga berhasil. Semoga istrimu cepat memaafkanmu."

Aisha mengetuk pintu di depannya. "Ayo makan siang bersama. Aku meluangkan waktu makanku di rumah," ajaknya namun tak direspon oleh Gratia.

"Grat," panggilnya. "Kau harus makan."

"Jangan khawatir," sahut Gratia dari dalam. "Aku akan merawat anakmu. Jadi kau tidak perlu bingung."

"Ini bukan tentang anakku, tapi kau," balas Aisha. "Tubuhmu sedang lemah. Kau harus makan supaya lebih bertenaga."

"Aku masih mengingat semua ucapanmu," kata Gratia. "Kau bilang akan selalu berusaha membuatku bahagia karena kau ingin anakmu terlahir sehat."

Aisha diam mendengarkan.

"Jadi pada dasarnya kau hanya peduli dengan anakmu bukan aku," lanjutnya.

"Itu tidak benar," elak Aisha. Dadanya kembali terasa sesak mendengar ucapannya. "Aku peduli padamu."

"Kalau kau benar-benar peduli maka pergilah. Melihatmu membuatku sedih."

Aisha menghela napas. Terpaksa menurutinya. "Oke, aku akan pergi. Jangan lupa makan."

Baca selengkapnya chapter 22 sampai 24 di KaryaKarsa atau klik link di bio :)

She and Her Sexy CEO (KaryaKarsa)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang