Chapter 17 - Maura's Anger

1.3K 80 3
                                    

Semenjak positif hamil, Gratia menjadi lebih lesu dan sering muntah-muntah hampir tiap hari. Karena saking lemahnya kondisi tubuhnya, Aisha belum sempat mengadakan perayaan untuk mengumumkan kehamilan istrinya.

Sudah empat minggu Gratia banyak menghabiskan waktunya di kamar. Tiduran berbalut selimut karena merasa tidak enak badan. Bangun hanya untuk makan dan minum susu.

Pintu kamarnya diketuk. Clarissa masuk membawa nampan berisi makan siang dan segelas susu stroberi khusus ibu hamil.

“Kau baik-baik saja?” tanyanya seraya menaruh nampan ke atas nakas. Lalu duduk di tepi ranjang memandang Gratia.

Gratia mengubah posisinya menjadi bersandar. “Masih terasa mual,” keluhnya meminum susunya.

Clarissa menatap penuh rasa simpati. “Kau juga masih terlihat pucat.”

“Di mana Aisha?” Gratia menaruh gelasnya. Tak langsung menyentuh makanannya karena tidak nafsu.

“Sedang bertemu klien. Hari ini aku yang mengantarmu lagi untuk periksa kandungan.”

“Meski kondisiku seperti ini, dia masih lebih suka berkencan dengan pekerjaannya.” Gratia mengeluh lagi sambil cemberut. Kembali membungkus dirinya dengan selimut.

Clarissa tersenyum, mengerti perasaannya. “Makan makanannya. Aku akan ganti pakaian lalu kita berangkat.”

Maura yang kebetulan baru selesai makan siang bersama rekan kerjanya dan hendak kembali ke ruangannya melewati ruangan Breanna, tersenyum hangat melihat kehadiran pasien kesayangannya.

“Bagaimana kondisimu? Masih sering muntah-muntah?” tanyanya perhatian, menarik Gratia ke pelukannya. Kemudian menatap wajahnya. “Lihat wajahmu, pucat sekali. Kau terlihat buruk.”

Gratia hanya membalasnya dengan anggukan kepala. Bibirnya mengerucut seperti anak kecil. Entah kenapa belakang ini sifat manjanya sering muncul.

“Di mana Aisha?” Maura mencari keberadaannya. Tapi hanya menemukan keberadaan Clarissa. “Dia tidak mengantarmu lagi?” ujarnya tidak percaya.

Gelengan lemah Gratia membuatnya menghela napas. ”Wanita itu ...,” gumamnya kesal. “Aku akan memarahinya nanti. Tidak usah khawatir,” ucapnya menenangkan sambil tersenyum. “Breanna pasti sudah menunggumu.”

Maura menghela napas, duduk di kursi kerjanya. Menelpon sahabatnya, di dering ke-tiga Aisha menerima panggilannya.

“Kau di mana?” Begitu mendengar suaranya, Maura langsung menyerangnya dengan pertanyaan bernada ketus.

“Kenapa degan suaramu?” Aisha terheran. “Aku baru saja bertemu klien. Sedang perjalanan kembali ke kantor.”

“Jangan ke kantor. Datanglah ke rumah sakit sekarang. Ada yang ingin ku bicarakan.”

“Ada apa?” Nada suara Aisha berubah cemas. “Apa terjadi sesuatu pada istriku?”

“Jika kau menganggapnya demikian, ya. Pokoknya datang saja ke sini,” putusnya tanpa menunggu Aisha menjawab lagi.

Baca selengkapnya chapter 17 dan 18 di KaryaKarsa atau klik link di bio :)

She and Her Sexy CEO (KaryaKarsa)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang