Pesawat yang ditumpangi Aisha telah mendarat di Bandara Internasional Eleftherios Venizelos pada dini hari. Disertai senyum geli ia menuntun Gratia yang masih sangat mengantuk untuk berjalan dari kursi first class ke pintu keluar. Kerlip bintang ditengah langit petang langsung menyambut mereka.
“Udaranya dingin,” ungkap Aisha merapatkan jaketnya dan menggandeng tangan mungil Gratia untuk berkumpul dengan Clarisa, Maura dan Damian—suaminya.
“Langitnya terlihat cerah. Udara di sini pasti sangat bagus.” Maura mendongak menatap hamparan bintang dengan takjub.
Damian menyahut, “Artinya tidak ada penambangan batu bara.”
Aisha tertawa kecil. “Aku suka kalau kalian menikmati.” Kemudian melihatnya istrinya yang kembalikan memejamkan mata.
Suara derap langkah sepatu mengagetkannya disusul suara laki-laki. “Ma'am, mobil yang Anda pesan sudah tiba,” kata salah satu pengawal pribadinya. Aisha lupa tak hanya mengajak teman-temannya tapi juga pengawalnya. Ia masih belum terbiasa dengan keberadaan mereka.
“Bawa koperku ke mobil,” perintahnya sebelum kembali menuntun Gratia ke dalam SUV yang akan mengantar mereka semua ke hotel. Yang lain berada di mobil yang berbeda, Gratia langsung terlelap begitu tubuhnya menyentuh sandaran kursi.
Dengan hati-hati Aisha memasangkan sabuk pengaman karena sepertinya istrinya sedang tertidur. Namun sayangnya ia harus membangunkannya lagi saat mobil mereka sudah sampai di depan hotel. Tangannya dengan lembut menepuk pelan pipinya yang chubby. “Hei,” disusul suaranya yang halus. “Kita sudah sampai di hotel. Kau bisa tidur lagi nanti.”
Seraya mengeluh keberatan, Gratia membuka mata. “Aku capek,” keluhnya.
“Kerjaanmu cuma tidur sejak kemarin.” Aisha terkekeh. Lagi-lagi ia harus menggandengnya agar tidak oleng karena berjalan dengan kondisi setengah sadar. Menaiki lift ke lantai atas, pegawai hotel tersebut menuntun mereka ke kamar yang dipesan.
Usai berterimakasih kepada pegawai hotel dan pengawal yang membawakan barang-barangnya, Aisha mengunci kamarnya. Ia melihat Gratia menjatuhkan tubuhnya ke kasur membuatnya terpaku beberapa detik sebelum menghela napas. Dua kali mengabaikan larangannya.
Karena langit juga masih gelap, Aisha ikut berbaring dengan nyaman di sebelahnya. Ajaib sekali gadis itu langsung tertidur pulas.
Beberapa jam kemudian pagi tiba. Sarapan datang tepat setelah ia selesai mandi. Membukakan pintu, beberapa pegawai masuk membawa troli berisi berbagai macam hidangan dan menatanya di meja makan. Dua menit kepergian mereka, Aisha pergi untuk mengambil pakaian dan ternyata Gratia sudah terbangun.
“Bau makanan membuatmu tersadar?” guraunya terkekeh geli.
Gratia terduduk, melepas jaket yang semalaman ia pakai. “Lebih karena bau sabunmu,” jawabnya menatap Aisha yang memakai baju handuk kemudian menguap lebar.
Sebelah alis Aisha terangkat mendengar ungkapan yang terkesan menggodanya itu. “Bahkan setelah tertidur seharian kau masih merasa mengantuk?”
Baca selengkapnya chapter 29 - 31 di KaryaKarsa atau klik link di bio :)
KAMU SEDANG MEMBACA
She and Her Sexy CEO (KaryaKarsa)
RomantikAisha Tyler, wanita gila kerja yang lebih bergairah dengan uang daripada cinta. Memiliki obsesi pada kekayaan lantaran trauma menjadi orang miskin saat masih kecil. Hingga diusianya yang ke-35 tahun, dirinya belum juga berkeinginan untuk mencari pas...