Chapter 26 - It's Called Love

991 34 0
                                    

Hari ini waktumu periksa kandungan. Aisha akan mengantarmu.”

Asik menyantap buah-buahan, Gratia menoleh cepat menatap Clarissa. “Kenapa harus dia?” protesnya keberatan. ”Aku tidak mau!” tolaknya sambil merengut.

“Apa salahnya? Dia juga ingin melihat perkembangan anaknya,” jawab Clarissa tenang. Masih menunduk menatap ponselnya, berbalas pesan dengan Aisha. Kali ini rencananya harus berhasil dan sebaiknya wanita itu tidak mengacaukannya. Dirinya gemas melihat hubungan mereka yang tidak ada perkembangannya.

“Kenapa bukan kau saja?” Gratia masih mencoba menawar. Jantungnya berdebar memikirkan akan menghabiskan waktu dengan Aisha. Setelah pelukan mereka tadi pagi, pikirannya terus berputar kepadanya.

“Tidak apa-apa.” Clarissa mengusap kepalanya seraya tersenyum. “Tidak perlu malu dengan istri sendiri.”

”Aku tidak malu!” elak Gratia tapi rona merah di pipinya berbanding terbalik dengan ucapannya. Clarissa tertawa geli, semakin membuatnya merengut kesal. Dengan gemas mencubit pipinya.

“Lagipula kenapa aku harus periksa kandungan setiap minggu. Ini melalahkan sekali,” keluh Gratia.

“Kau tahu,” kata Clarissa mulai memberikan penjelasan lagi. “Hubungan kalian itu masih baru untuknya. Baik dari percintaan, pernikahan atau kehamilanmu. Dia hanya bingung harus melakukan apa.” Senyumnya merekah lembut. “Kau harus banyak bersabar. Dia sedang berusaha menjadi istri dan ibu yang baik untuk kalian.”

Hati Gratia terhenyak. Mendadak merasa bersalah. Semenjak hubungan mereka merenggang, Aisha selalu berusaha untuk mendekatkan diri. Tapi ia selalu menyuruhnya pergi.

“Menurutmu aku keterlaluan?”

Clarissa menatap sepersekian detik sebelum menjawab dengan sebuah pertanyaan juga. “Menurutmu?”

“Aku tidak tahu.”

“Apa yang dirasakan oleh hatimu?”

Tentu saja hatinya menginginkan Aisha. Hatinya sejak lama mencintai wanita itu. Tubuhnya pun sama menginginkannya. Kehangatan dari dekapannya ataupun aromanya yang menenangkan. Hanya pikirannya yang dapat dikendalikan. Itupun segala penolakan yang ia rencanakan membuatnya sakit.

“Kau tidak mengerti,” balas Gratia memalingkan wajah. “Kau tidak tahu seperti apa hubungan kami yang sebenarnya.”

Pikirnya Clarissa pasti tidak mengerti tentang kontrak pernikahan mereka. Tapi ternyata dugaannya salah.

“Aku tahu.”

Jawabnya membuatnya menoleh dengan cepat. “Apa?” tanyanya tersentak tidak percaya.

Clarissa terkekeh. ”Sepuluh tahun aku bekerja dengannya. Hubungan kami lebih dekat dari apa yang kau lihat. Tidak mungkin dia tiba-tiba menikahi gadis tak dikenal tanpa sebab,” ungkapnya. “Aku tahu niat awal pernikahan kalian itu untuk membalas dendam kepada Paul. Tapi lihatlah kalian sekarang. Kalian sudah seperti pasangan sungguhan. Kau tidak lihat dia begitu bingung saat kau menjauh darinya?”

“Aku tahu.” Gratia menjawab pelan. Memahami semua yang dikatakan olehnya. Tapi selalu menganggap reaksi Aisha tak lebih sebagai rasa bersalah. Bukan karena adanya perasaan lain.

“Sebagai orang yang tidak pernah menginjakkan kaki di dunia percintaan, dia pasti merasa bingung dengan perasaannya sendiri. Jadi beri waktu kepadanya untuk menyadarinya.”

“Tapi bagaimana kalau ternyata dia hanya merasa bersalah? Dan perasaannya yang kita duga sebenarnya tidak ada?” tanyanya cemas. “Aku tidak ingin terikat dengan orang yang tidak mencintaiku. Pasti menyakitkan melihatnya bersama orang lain.”

Senyum lembut Clarissa merekah setelah mendengar pengakuannya. “Jadi itu yang membuatmu takut? Yang pada akhirnya membuatmu memilih untuk menjauh?”

Gratia mengangguk pelan.

“Keputusanmu adalah suatu tindakan yang sia-sia,” kata Clarissa tertawa kecil. “Bagaimana kau berpikir bisa menjauh darinya kalau kalian tinggal satu rumah? Apalagi sekarang keadaanmu sedang mengandung anaknya. Dia pasti akan mengejarmu kemanapun kau pergi,” lanjutnya masih tertawa geli.

Gratia merengut menahan malu. “Berhenti tertawa,” pintanya memaksa. “Kau membuatku malu.”

“Maaf.” Clarissa memang berhenti tertawa, tapi bibirnya masih membentuk senyum geli. “Kau tidak perlu melakukannya. Percayalah aku lebih mengenal Aisha daripada dirimu. Apa yang terjadi sekarang, bisa berubah di kemudian hari. Kau bahkan tidak bisa menebak akhir hubungan kalian saat anak kalian lahir,” ujarnya memberitahu. “Jadi izinkan hatimu mengambil kendali,” pintanya tersenyum lembut. “Menahan perasaanmu hanya akan membuatmu sakit.”

Tepat setelah mengatakan itu, orang yang mereka bicarakan muncul.

Baca selengkapnya chapter 26 sampai 28 di KaryaKarsa :)

She and Her Sexy CEO (KaryaKarsa)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang