“Ini sudah empat minggu tapi perutmu masih terlihat kecil,” kata Aisha melihat pantulan perut Gratia di depan cermin. “Bahkan masih kalah besar dari perut wanita yang kebanyakan makan,” imbuhnya membuat Gratia menoleh ke arahnya dengan wajah cemas.
“Menurutmu ini buruk?”
“Aku tidak tahu.” Aisha menyentuh perutnya. Memang terasa berisi dan padat. Tapi terlihat kecil. “Kita tanyakan saja kepada Breanna,” putusnya lalu mengambil ponselnya yang tergeletak di kasur untuk menelpon direktur rumah sakit Gloria agar mempertemukannya dengan Breanna hari itu juga.
Breanna memperhatikan layar monitor sambil tangannya terus memeriksa perut Gratia dari berbagai sisi. “Tidak perlu khawatir. Bayi kalian sehat,” ujarnya tersenyum kepada Aisha dan Gratia. “Dan ukurannya juga normal.”
Aisha menghela napas lega seraya mengangguk. “Aku tidak mengerti tentang kehamilan. Tapi syukurlah kalau baik-baik saja,” ungkapnya tersenyum.
Breanna menambahkan, “Berat badan Mrs. Tyler juga tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Masih ada enam bulan lagi. Nanti pasti akan membesar seiring dengan berjalannya waktu.”
“Itu membuatku lega.” Aisha mengangguk lagi dan tersenyum. “Terimakasih.”
Mereka berjalan menuju mobil sambil dikawal oleh pengawal. Begitu sudah berada di dalam dan duduk di kursi penumpang, Gratia bertanya, “Kita berangkat ke kantor?”
“Tidak. Aku akan mengantarmu pulang,” jawab Aisha membuatnya seketika cemberut.
“Ya, sudah.”
Aisha sangat tidak bisa melihatnya merajuk.“Kita lihat nanti, ya. Mungkin aku bisa pulang lebih awal,” ucapnya menenangkan sang istri. Dengan manis ia menggenggam tangannya. Membuat Gratia tersenyum.
***
Aisha sedang melamun di balik meja kerjanya saat Emma masuk ke dalam ruangannya. Ia berjalan mendekat untuk menyampaikan jika ada seorang klien dari Korea Selatan yang menelepon ingin berbicara dengannya.
“Ma'am, kenapa kau melamun siang-siang begini?” tanyanya heran.
Aisha terkejut. “Oh, kau rupanya.” Kemudian menghela napas seraya menyenderkan punggungnya di kursi. “Aku sedang memikirkan sesuatu,” jawabnya.
“Aku bisa memberikan solusi jika kau membutuhkannya,” kata Emma duduk di kursi. Menyampingkan niat awal kedatangannya.
“Sebentar lagi kehamilan Gratia memasuki usia tiga bulan. Kupikir ini waktu yang tepat untuk memberitahu orang-orang. Bagaimana menurutmu?"
“Itu bagus,” jawab Emma tersenyum. “Penggemarmu pasti juga menunggu kabar dari pernikahanmu. Mereka pasti senang mengetahuinya.”
“Oke ...” Aisha tersenyum. Mengangguk kecil. “Jadi untuk apa kau kemari?”
“Mr. Song tadi menelepon ingin berbicara denganmu.”
“Sambungkan panggilannya.”
“Baik.”
Emma kembali ke mejanya untuk menelpon Mr. Song dan menyambungkan panggilannya ke telepon yang ada di meja Aisha.
Aisha segera mengangkat teleponnya saat berdering. Senyumnya merekah meski si penelepon tak bisa melihatnya. Itu adalah etika dari pekerjaannya agar suaranya bisa terdengar lebih bersemangat. “Selamat siang Mr. Song. Bagaimana kabarmu?”
Ia menganggukkan kepalanya mendengar jawabannya. “Kabarku juga baik. Ada perihal apa Anda meneleponku? Apakah ada hubungannya dengan pekerjaan?”
Kali ini jawaban yang diberikan Mr. Song membuatnya ingin melompat kegirangan.
Baca selengkapnya chapter 20 sampai 22 di KaryaKarsa atau klik link di bio :)
KAMU SEDANG MEMBACA
She and Her Sexy CEO (KaryaKarsa)
RomanceAisha Tyler, wanita gila kerja yang lebih bergairah dengan uang daripada cinta. Memiliki obsesi pada kekayaan lantaran trauma menjadi orang miskin saat masih kecil. Hingga diusianya yang ke-35 tahun, dirinya belum juga berkeinginan untuk mencari pas...