Chapter 10 - Revision

2.5K 126 4
                                    

“Indah sekali ...”

Gratia bergumam takjub menatap langit yang dipenuhi oleh hamparan bintang yang berpendar terang. Mereka benar-benar berkemah di pinggir pantai sembari menyalakan api unggun.

“Benar, kan, apa kataku?” Aisha tersenyum bangga. “Maldives akan lebih indah jika dilihat di malam hari.”

Gratia mengangguk setuju. Matanya berbinar cerah. Aisha tertawa melihat istrinya yang bertingkah seperti anak kecil. Menggemaskan sekali.

“Sekarang aku benar-benar percaya kalau kau sering menghabiskan waktu di sini,” kata Gratia bergurau seraya tertawa kecil.

Aisha ikut tertawa. “Ini bukan yang pertama kalinya aku menyewa pulau ini.” Ia juga menengadah menatap langit. “Aku sangat menyukai tempat yang sepi,” gumamnya. “Karena di sanalah, aku bisa mengungkapkan keluh kesahku tanpa takut dilihat oleh orang lain.”

Dihadapan api unggun, di bawah rembulan malam, dari samping, Gratia bisa melihat keindahan Aisha dengan sangat jelas. Mata birunya berpendar seindah samudra. Bagaimana seorang wanita bisa seindah ini?

Asyik menikmati ciptaan Tuhan paling indah, tiba-tiba Aisha menoleh.

“Terpesona, eh?”

Terpergok telah memperhatikan, Gratia terlonjak, berkedip cepat dan buru-buru mengalihkannya tatapannya. Jantungnya memburu. Wajahnya memanas. Ia yakin Aisha akan menertawakan wajah merahnya.

Aisha mengulurkan tangan kanannya untuk menarik dagu Gratia agar menatapnya. Tatapannya melembut. “Jangan malu. Tidak apa-apa jika kau ingin memperhatikan istrimu.”

Gratia menelan ludah gugup. “Kenapa kau terus menyebut istrimu dan istriku berulang kali? Aku pikir kau hanya memanggilku dengan sebutan itu ketika di hadapan orang lain.”

“Karena aku ingin membiasakan diriku.” Aisha melepaskan sentuhannya. “Dan kau, cobalah untuk lebih rileks lagi. Orang-orang mungkin akan curiga saat melihat gelagat anehmu.”

“Ugh ...” Gratia melenguh. “Aku tidak pandai berakting.”

“Hei, aku juga.” Aisha terkekeh. “Mungkin jika kita saling mengenal, itu bisa menghilangkan rasa canggung diantara kita. Masa aku tidak mengenal pasanganku sendiri? Tidakkah itu sangat aneh.”

“Benar juga.” Gratia menganggukkan kepalanya. “Karena aku adalah penggemar beratmu, sepertinya aku sudah cukup tahu sedikit tentangmu.”

“Itu bagus.” Senyum Aisha merekah. “Sekarang ceritakan apa saja tentangmu,” ujarnya kemudian menggigil saat angin kencang mengenai kulitnya yang hanya dibalut gaun putih. “Sebentar, aku ambil selimut dulu.”

Aisha merangkak ke dalam tenda untuk mengambil selimut dan dua kaleng bir untuk menghangatkan tubuhnya. Lalu menyerahkannya satu kepada Gratia yang diterima dengan senyum lebar.

“Sebenarnya aku tidak terlalu kuat meminum alkohol,” ucap Gratia jujur. Dirinya masih berusia 22 tahun, pengalamannya dengan alkohol bisa dihitung jari.

“Tidak apa.” Aisha membalas dengan senyuman. Memakaikan selimut di tubuhnya seperti kepompong. “Kita bisa tidur di tenda jika kita terlalu mabuk untuk berjalan.” Kemudian mereka berdua tertawa sembari membuka kaleng bir.

“Jujur saja, hidupku tidak terlalu menyenangkan. Dan kita memiliki nasib yang mirip.”

Gratia mulai bercerita.

Baca selengkapnya di KaryaKarsa atau klik link di bio :)
Chapter 11 dan 12 juga sudah dipublish. Selamat membaca!

She and Her Sexy CEO (KaryaKarsa)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang