Langkah Farhan terjeda. Satu suara menginterupsi, kini badannya ia balikkan menghadap sumber suara. Rupanya ulah Iza. Gadis tomboy itu memanjangkan langkah, seakan ingin cepat sampai menghampiri Farhan. Benak Farhan bertanya, ada perlukah gadis itu?Disebelah Iza, Anisa juga terlihat mengikuti gadis tomboy itu. Farhan rasa kedua gadis itu cukup dekat. Sejak kedatangan Anisa menjadi siswa siswi baru di sekolah, rasa-rasanya sosok Iza tidak lepas, ada saja terlihat bersama dengan Anisa.
" Nih jam tangan lo! Ketinggalan. Untung gue lihat, " sodor Iza.
Jam tangan berdominasi warna hitam itu diacungkan ke arah Farhan. Farhan tersenyum sekilas, dirinya baru sadar sempat meletakkan jam tangan di lantai mushola. Sebenarnya Farhan berniat memakai jam tangan tersebut selepas dirinya selesai memakai sepatu. Ternyata Farhan terkalahkan oleh tabiat lupa.
" Eh iya, terima kasih Iza. Maklum, kelupaan, "sahut Farhan mengambil alih jam tangannya.
Iza berdecak. " Sama-sama. Orang sepinter lo bisa lupa juga ya Han? "cetusnya.
Farhan tersenyum, dipakaikannya pergelangan tangan dengan jam tangan tersebut. Lantas setelah selesai ia masih mempertahankan senyuman tenangnya. Melirik sekilas Anisa yang langsung menunduk, menggenggam mukenah.
" Habis dhuha juga? "tanya Farhan.
Iza melanjutkan langkah. Alhasil membuat Anisa dan Farhan juga melakukan hal sama. Ketiganya berjalan beriringan. Posisi Fahri dengan dua gadis di sebelah, meski agak memberi jangka jarak. Terbilang sedang, tidak jauh ataupun terlalu dekat.
" Heem, ketular Anisa gue, " jujur Iza.
Anisa melirik Iza, menggeleng pelan.
Farhan mengangguk menanggapinya. Walau alasan Iza begitu, Farhan dalam benaknya cukup bersyukur. Ikut senang, bisa melihat mushola sekolah ramai. Ramai dengan diisi teman sekolah untuk beribadah. Senang juga, yang mendirikan ibadah tak hanya dari kalangan anak rohis saja.
" Lagian kalau habis dhuha, jujur ngerasa adem gue, " imbuh Iza.
" Alhamdulillah. Semoga istiqomah, Za, "sahut Farhan.
Iza menggaruk tengkuk. " Emm istiqomah, istiqomah itu konsekuen kan ya?! Kalau enggak salah sih, " ujarnya agak ragu.
Maklumlah. Iza pernah dengar kata itu, pas mata pelajaran Agama Islam. Tapi dia lupa-lupa ingat soal materi itu. Menurutnya kalau tidak salah ya sesuai tebakannya itu. Baru sekarang Iza agak menyesal. Pasalnya dulu sejak di bangku menengah pertama, dirinya suka menguap di kelas jika dijelaskan lebar-lebar oleh guru khusus mapel tersebut.
" Benar kok, kamu tidak salah Za. Istiqomah artinya itu sesuatu usaha yang kita lakukan, kita jaga secara konsekuen, rutin dan tidak berubah-ubah, "ujar Farhan.
" Dalam islam, konteksnya usaha yang dimaksud, usaha dan perbuatan yang baik, yang diridhai Allah swt. "imbuh Farhan.
Iza manggut-manggut, matanya seakan berbinar. Mencerna baik-baik penjelasan Farhan. Sekejap ia baru sadar, di seberang itu Farhan, jabatannya ketua rohis. Pantas saja, gaya menjelaskan Fahri ia akui mirip ustadz atau guru agama. Meski cuma secuil, soal istiqomah saja.
" Gue baru inget lo siapa Han. Waduh! malu gue enggak tahu istiqomah apaan, " sahut Iza terkekeh lirih.
" Malu kenapa? Malah bagus, kita sama-sama belajar. Kamu jadi paham, aku jadi berbagi sedikit yang kutahu juga, "jelas Farhan menenangkan.
" Hehe ya deh calon ustadz, "cetus Iza.
Farhan mengaminkan, tersenyum selepasnya. Ia tersadar sudah menginjakkan kaki di lantai lorong kelas. Akal Farhan sepintas juga terlintas kepada Anisa yang sedari tadi tidak membuka suara. Asyik menyimak obrolan yang diisi oleh ia dan Iza.
KAMU SEDANG MEMBACA
Assalamualaikum Anisa
SpiritualitéBerawal dari taruhan antara Arya cs yang melibatkan seorang gadis berjilbab bernama Anisa.Arya menerima taruhan tersebut dengan entengnya dan percaya diri berkali lipat.Namun sepertinya kali ini tak semudah angannya. "Hai,gue Arya." "Assalamualaikum...