24. PUSAT MATA

43 3 0
                                    

 Stok yang kayak gue emang limited, Cha! So, I know! "

-ARYA

...


" Lo suka payung gue, Anisa? "

Mulut Arya gatal berkomentar. Pasalnya sejak ia dengan ringan dan santainya menjejakkan langkah, menginjaki lantai-lantai bersih SMA Angkasa. Tanpa beban berarti, meski sekeranjang penuh bungkusan roti dibawa oleh tangan. Gadis yang beriringan langkahnya dengan jarak semeter di sebelahnya  sibuk berjalan tanpa sekalipun berani mengangkat wajah. Payung army yang sebetulnya sudah Arya perintahkan untuk Anisa masukkan balik ke tas, entah difaktorkan karena apa hingga Anisa tetap setia mempertahankan payung tersebut. Malah digenggam begitu erat. 

" Santai aja kali, Anisa ... bahkan kalau lo suka sama pemilik aslinya malah bagus! " Tentu selayak biasanya Arya tidak merisaukan apapun mengenai perkataan entengnya itu. Lagian, baginya memang itu harapan yang ingin ia segerakan. 

" Lagian gue enggak masalah kok, lo mulai akui hal itu. Enggak usah malu-malu, " ledeknya menyengir.

Namun demikian sama sekali tidak ada balasan setimpal. Langkah Anisa tetap dengan posisi yang serupa. Malah kecepatan yang Anisa berikan yakni mulai mengambil dua langkah lebih cepat dari Arya.  

" Yaelah, serius amat sih lo Sa nanggepin omongan gue, "kekeh Arya sembari menyamakan langkah.

Anisa masih mengeratkan genggaman. Melirik menggunakan ekor matanya untuk merespon tingkah Arya yang tak mau menyerah, turut menyamakan langkah di sebelah. Anisa menghembuskan napas lirih. Menaruh harapan kejadian ini bisa secepatnya ia lewati. Akan tetapi bagaimana? Bahkan keranjang miliknya dibawa Arya, kesannya seakan ia dan Arya begitu dekat hingga Anisa dibantu seterang ini oleh Ararya Saguna Althaf. Astaghfirullah, entah apalagi yang ada di benak teman-teman se-SMA N ANGKASA yang sedari berpapasan dan menyaksikan langsung ia berjalan beriringan dengan Arya meskipun berjarak semeter ini. 

Anisa tiba-tiba menyudahi langkah. 

Degup jantungnya sudah bertalu-talu tak karuan itu makin berdebar melempar arah ke sekeliling. Di lorong kelas, hampir beberapa meter sampai di kantin itu terasa lebih ramai yang menyaksikan keberadaan Anisa dan Arya yang kini malah menoleh ke wajah Anisa tanpa sungkan. Anisa kikuk, berusaha mengatur keberanian yang ia miliki. Yang mau tak mau juga terpaksa ia pandangi Arya agar lelaki jangkung itu mendengar jelas suara miliknya. Meski memalingkan wajah sebentar, Anisa sukses meluncurkan perkataan.

" Arya sampai sini saja, biar rotinya saya yang bawa. Kamu ... emm kamu bisa ke kelasmu saja langsung."

Sayangnya, Anisa lupa berhadapan dengan siapa. Arya malah tak langsung menuruti permintaan tersebut. Lelaki dengan gelar raja playboy itu malah merogoh saku, menyungging senyum. Secepat kilat tanpa bisa Anisa menyuara, beberapa jepretan justru membalas permintaan tersebut. Anisa menegang atas tindakan Arya. Apa yang Arya lakukan barusan?

" Jam masuk lima belas menit lagi kok, Anisa. Jadi, aman dong gue bantu lo, " ujar Arya tersenyum penuh kemenangan.

Anisa menunduk. Melirik sekeliling kembali. Lirih menyuarakan keberatannya  sembari menatap sekilas ke depan, kepada Arya. " Kamu tadi cuma melihat jam saja kan? " 

Arya pura-pura terheran. Mengangkat benda pipihnya yang belum sempurna dimasukkan. " Ya iya, Sa. Memang apalagi? " tanya balik Arya. 

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 05, 2024 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Assalamualaikum AnisaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang