22. PUTUSIN SEKARANG, BANG!

110 6 2
                                    


"Dan setiap umat mempunyai kiblat yang dia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah kamu dalam kebaikan. Di mana saja kamu berada, pasti Allah akan mengumpulkan kamu semuanya. Sungguh, Allah Mahakuasa atas segala sesuatu." (QS. Al Baqarah: 148)

💦💦💦

Fokus remaja beda usia itu sama-sama tertuju ke layar smart ponsel. Matahari yang condong ke barat, menimbulkan kesan oranye beradu dengan biru langit,  yang anehnya digemari banyak manusia. Katanya waktu itu tepat untuk dinikmati. Waktu yang menyihir penyukanya jadi pandai berpuitisi. Datangnya sebelum langit sempurna menggelap. Orang bilang peristiwa singkat nan indah itu adalah senja.

Namun agaknya, baik Arya dan Raffa tidak memedulikan senja. Sangat serius pada game ML di depan mata.

Arya akui Raffa ternyata bukan kaleng rongsokan, adik satu-satunya itu semangat empat lima ditambah lima puluh lima, alias kondisi seratus persen semangat sekali untuk tanding mabar dengan Arya. Arya akui sedikit kewalahan!

" CK! Bego! "umpat Arya bergumam.

Raffa justru berjingkrak girang. Tangan kanan remaja menengah pertama itu terkepal kuat, teracung tinggi, sangat mendramatisir suasana kemenangan.

" YES! GUE MENAAAAANG! LO KALAAAH,BANG HAHA! "

Arya berdecih, melempar handuk basah yang mulai berkurang kandungan basahnya di kursi, ke arah Raffa. Sukses meredam tawa Raffa. Berganti gumaman sok jijih milik Raffa, seraya meraup jauh handuk kecil yang semula untuk mengeringkan rambut Arya. Wangi semerbak sampo head and solders, cuma ya basah, kasihan muka tampan Raffa!!?

" RESEK LO, BANG! "

" LO LEBAAAY! "

Raffa berdecak, menggeleng dramatis. " Kalah, terima dengan lapang dada. Bukan malah nimpuk muka tampan gue ... Aset gue, nih! "

Arya yang menerima handuknya balik. Menyabet handuk itu ke arah Raffa. Pakai sok bijaksana segala. Pakai bilang muka dia aset, cih Arya yang pacarnya banyak aja diem. Tahu diri, tak perlu sesumbar!

" Udah gue temenin mabar! Dah, sono lo pergi! "Usiran meluncur dari mulut Arya. Sudah mulai resek adik laknatnya itu. Kesal juga Arya, kok bisa-bisanya kalah sama bocah ingusan semacam Raffa?! Meski cuma permainan, gengsi Arya tinggi. Padahal dari awal Arya yang angkuh, yakin mengalahkan Raffa. Malah sebaliknya?

" Bentar, Bang! Kayaknya ...  kalau menang belum SAH! Lo harus terima gue perintahin apapun! " Alis Raffa bermain, menantang Arya. Mata Arya menusuk tajam. Itu sama sekali tidak dikatakan Raffa dari awal.

"  LO GAK BILANG PAKAI BEGITUAN, RAF! "

Tangan Raffa terangkat, menyuruh Arya untuk jangan membantah. Senyuman culas Raffa terbit. Memikirkan sebersit tantangan ke Arya. Mengabaikan ekspresi horor lelaki di depan. Seakan bilang, gue hajar lo sampai mampus kalau aneh-aneh!

" Nyantuy, Bang! "

" Yaudah! Cepetan! "suruh Arya.

Tawa receh Raffa menguar. Andai prinsip Arya yang didapat dari sang papa tidak ia tegakkan, kalau misal jadi lelaki itu harus berani --gentle!. Bogeman mentah sudah Arya layangkan ke Raffa, tak peduli sekalipun itu adiknya. Namun untungnya pas apes, Arya juga terlanjur kalah. Jadi, yaudah terima saja walau hati terpaksa! Dongkol!

Assalamualaikum AnisaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang