17. KETUA ROHIS

96 8 4
                                    

Menyiakan-nyiakan waktu justru akan membuat kita merugi bukan?

~FARHAN~

💦💦💦


" Lo mending terima aja,Sa. Balikin semua uangnya ke si Buaya ... "

Anisa menggeleng. Tentu saja ia keberatan dengan apa yang dilakukan Iza.

Iza menyuruhnya mengembalikan uang milik Arya. Padahal uang hasil dagangannya kemarin sudah ia serahkan kepada sang ayah. Tentu saran Iza, tak bisa Anisa lakukan.

Tak berhenti disana, Iza juga memberikan opsi lanjutan. Menyodorkan uang miliknya sebesar nilai uang milik Arya kemarin kepada Anisa. Membujuk Anisa menerima uang tersebut lantas segera, dengan ditemani Iza, Anisa menyerahkan uang tersebut kepada Arya. Dan urusan selesai.

Namun Anisa menolaknya. Cukup dengan Anisa yang bimbang menyerahkan uang Arya kepada sang Ayah, berkata sebagian saja, jika dagangannya habis terjual. Tidak perlu dengan Iza yang harus merelakan uang demi dirinya. Anisa merasa sungkan.Mengingat terlalu banyak Iza membantu dirinya selama ini.

" Terima aja, Sa. Lo jangan keberatan, gue gak masalahin ini kok .... "ucap Iza jujur.

Anisa tetap menggeleng. Tersenyum.

" Gue malah masalah kalo lo nolak, apalagi masih berhubungan dengan buaya itu... "sangsi Iza.

Iza mendengus kasar. Tidak peduli dengan tatapan bertanya dari teman kelas XI IPA 01 yang baru masuk ke kelas, menyaksikan langsung usahanya. Iza cukup bersyukur dari teman kelas yang masuk diam saja, walau ingin tahu tetapi mereka memutuskan abai saja dulu. Atau ada pula yang memilih melipir dulu keluar entah kemana sebelum bel masuk.

" Sudah Iza, tidak perlu ... Soal Arya, juga jangan selalu kita anggap negatif selalu. Kamu dari kemarin suudzon terus,Za... " ujar Anisa diakhiri seulas senyum.

Iza mencebik, sia-sia usahanya. Suudzonnya itu juga sudah berulang kali ia tegaskan bukan, Arya itu buaya. Pacar banyak. Gak segampang itu untuk jadi jinak dan mulus tanpa niat lain!

" Anisaa, harus berapa kali gue bilang? Arya gak mungkin sebaik... " Anisa segera menyela, " Emm aku mau ke kantin Iza, menitipkan roti dagangan. Kamu mau ikut? "tanya Anisa.

Iza menghela napas,  sementara sahabatnya itu kini sudah hendak beranjak dari bangkunya. Menggenggam ganggang keranjang berisi roti-roti. Meski sedikit kesal dengan tingkah Anisa yang memilih tak mengambil prasangka apapun kepada Arya, serta tak menerima saran-sarannya itu ia lantas mengikuti langkah Anisa menuju kedai Bu Lastri.

" Emm maaf Farhan. "

Kebetulan yang tepat. Adegan yang terjadi di depan muka pintu kelas cukup singkat waktunya. Iza tersenyum simpul. Farhan, ketua kelas sekaligus menjabat sebagai ketua ROHIS SMA Angkasa hampir bertabrakan dengan sahabatnya, Anisa. Farhan akan masuk, Anisa dan ia yang mengikuti dibelakang Anisa, akan keluar kelas. Tanpa disengaja.

Iza tersenyum simpul karena dua-duanya sama-sama terhenyak kaget. Sama-sama beristighfar lirih. Anisa sudah pasti sekarang menunduk. Farhan, tersenyum sopan memaklumi.

" Ah iya tidak apa-apa Anisa, saya juga minta maaf, " jawab Farhan.

Hanya itu. Iza mengulum senyumnya. Ia lantas berdehem pelan. Memutus kecanggungan sementara yang tercipta. " Lo bawa apa Han? Kimia ada tugas?? "tanyanya melirik kertas serta buku paket yang Farhan bawa.

Assalamualaikum AnisaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang