22 | Sisi yang Lain

34 2 0
                                    

"Tidak akan... sampai aku memdapatkan apa yang aku mau..." Fadlan bisik pada Raifa dengan diiringi senyuman liciknya. Raifa diam mematung, ia tidak bodoh dengan apa yang dikatakan Fadlan.

Tanpa disadari Fadlan, Raifa bergegas pergi ke dalam kampus kembali, jujur ia sangat takut menghadapi lelaki itu, ia takut jatuh kedalam lubang yang sama tuk kedua kalinya.

Fadlan terus mengejarnya, Raifa panik, ia harus minta tolong pada siapa? Rasanya tidak mungkin meminta tolong pada Afnan, ia tidak ingin merepotkan lelaki itu lagi. Sudah cukup.

Fadlan masih terus mengejarnya bahkan langkah kaki lelaki itu sangat cepat.

"Raifa! Jangan lari kamu!" teriak Fadlan marah.

Tubuh Raifa bergetar hebat, ia terus merapal kan doa agar ada seseorang yang dapat menolongnya.

Ya Allah bantu aku... aku mohon...

Terlihat diujung sana kebetulan ada penjaga kampus disana dengan cepat Raifa menghampirinya.

"Pak, tolong bantu saya!"

Penjaga kampus itu—Pak Adam—terlihat panik melihat Raifa yang tengah ketakutan. "Apa yang terjadi?"

"Tolong bantu saya Pak! Ada lelaki yang mengejar saya dan hendak menculik saya, saya takut Pak!"

"Baiklah, kamu sembunyi disana, insyaallah aman."

Raifa mengangguk. "Baik Pak. " Raifa memutuskan untuk sembunyi, Raifa berharap agar Fadlan tidak dapat mengetahui lokasi dimana ia bersembunyi.

Tak lama, Fadlan muncul.

"Pak ada gadis bercadar disini?"

Pak Adam itu menggeleng lemah, sengaja berbohong demi menyelamatkan gadis itu. "Saya tidak melihatnya."

Fadlan merasakan ada yang tidak beres, terlihat sekali Pak Adam itu menyembunyikan sesuatu. "Tadi saya melihat gadis itu kesini loh Pak? Jangan bohongi saya Pak!"

Pak Adam berusaha untuk tenang. "Saya tidak melihatnya lagian tidak ada siapa-siapa kesini."

Fadlan menghela napasnya dengan berat, gadis itu cepat sekali larinya. "Baiklah." Fadlan bergegas pergi untuk mencari Raifa sampai dapat.

Raifa melihat Fadlan pergi menjauh, hatinya lega, ia diteror kembali oleh lelaki itu. Sungguh, ia benar-benar takut, kemana lagi ia harus pergi?

Raifa menatap langit sejenak, tak lama air matanya pun mengalir begitu saja, selama ini ia selalu memendam apa yang ia rasakan, entah perasaan takut, cemas, amarah apalagi sedih, baru kali ini ia menangis kembali. Menangis dengan keras.

Pak Adam melihatnya, sungguh sakit melihat gadis yang rapuh itu menangis sendirian. Melihat Raifa ia teringat kembali sosok anaknya yang telah lama sudah tiada.

"Nak.. kamu harus kuat, semoga Allah senantiasa melindungimu."

•••

Raifa sudah sampai di rumahnya, setelah ia menangis selama 2 jam lamanya, ia diantar oleh Pak Adam karena khawatir takut terjadi apa-apa pada Raifa. Raifa mengucapkan terimakasih pada pria setengah baya itu.

Raifa masuk kedalam rumah, setelah kejadian insiden saat itu, memori Raifa tiba-tiba saja muncul, dimana saat Ayahnya membawa dirinya secara paksa untuk keluar dari rumahnya.

"Ayah... aku mau dibawa kemana?" tanya Raifa pada saat itu yang masih belia.

Rafif—ayah Raifa—menatap tajam pada Raifa sambil menarik tangan Raifa dengan kasar. "Jangan banyak tanya, Raifa! Ikut Ayah aja!" bentak Rafif

Dear, MakmumkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang