“Jangan sesekali membuat orang lain kecewa karena sekalinya kecewa ia tidak akan pernah menerimamu lagi meskipun ia telah memaafkanmu.”
—Dear, Makmumku
©fzyniaa•••
Semenjak kejadian itu, Hilman berubah, tak seharusnya ia memaksa seseorang untuk mencintai dirinya, ia sadar, cinta tak selamanya harus memiliki, namun bukan berarti menyerah. Ia akan mengejar Raifa dengan cara yang baik, tak seperti kejadian kemarin.
Hilman menjalani hidupnya seperti biasa, bahkan Zidan terperanga melihat perubahan Hilman, yang biasanya terobsesi pada kepopuleran namun kini sebaliknya.
“Lo kagak kayak biasanya.”
Dahi Hilman mengerut. “Maksudnya?”
“Biasanya lo ambisi banget sama kepopuleran sekarang? Ck, malah sebaliknya, lo ogah-ogahan difoto sama fans lo itu.”
Hilman tersenyum tipis. “Gue sadar, Dan. Setelah kejadian kemarin, gue gak seharusnya maksa Raifa buat cinta sama gue.”
Zidan kaget namun senang, karena Hilman berubah dengan sendirinya. “Terus rencana lo gimana?”
“Gue kejar Raifa lagi lah.”
“Kagak kapok lo?” tanya Zidan heran.
Hilman menggeleng. “Engga, gue akan memulainya dari awal.”
Zidan menepuk bahu Hilman. “Gue dukung keputusan lo, jangan paksa dia, kalo dia nolak lo.”
Hilman mengangguk paham.
•••
Hilman meregangkan tubuhnya yang terasa pegal, sehabis bermain volly ditambah berlari-larian menghindari fans fanatiknya, Hilman hanya bisa menghela napasnya dengan berat.
Tiba-tiba ada seseorang yang menepuk bahunya cukup keras, lantas Hilman menoleh ke belakang. Ia berdecak kesal, gadis itu datang lagi.
“Kamu disini ternyata, aku nyari kamu kemana-mana,” ucapnya manja.
Hilman mendesis, “terserah gue dong.”
“Kata Papa kamu, aku harus jagain kamu, ih!”
“Emangnya gue bayi apa?!” sarkas Hilman.
“Bukannya gitu, kan gak lama lagi kamu jadi suamiku.”
Hilman berdiri, rahangnya mengeras, enak saja, ia tidak mencintai gadis itu, percaya diri sekali. “Enak saja! Ogah gue.”
Gadis itu menatap jari manis Hilman, tak ada cincin lamaran, wajahnya berubah menjadi sendu. “Cincinnya kemanain?”
“Gue buang,” jawab Hilman dengan malas.
“Kok tega sih?!”
“Terus mau lo apa hah?!”
Gadis itu berdiri, menatap penuh marah pada Hilman, tangannya ia silangkan pada dada. “Ya pake dong!”
Hilman tak tahan lagi dengan sifat gadis itu, manja, kekanak-kanakan, egois, mau enaknya, keras kepala. “Gue capek sama lo, Naira!” Hilman pergi meninggalkan Naira dengan kesal, tanpa memperdulikan Naira yang tengah menahan rasa sakit yang telah Hilman torehkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear, Makmumku
Spiritual[Drama-Spiritual-Teenfiction] Karena terbelenggu pada masa kelamnya, Raifa menjadi sosok yang menjauhi diri dari segala hal, termasuk lelaki. Ya, ia memang membenci dengan namanya lelaki. Membuat semua orang tanpa alasan membenci Raifa karena sifat...