9 | Fakta yang Terkuak

37 2 0
                                    

“Sepintar apapun kamu menyembunyikan sebuah kebohongan, niscaya suatu saat akan terbongkar dengan sendirinya.”

—Dear, Makmumku—
©fzyniaa

•••

“Bunda, siapa dia?” tanya Raifa dengan lirih, ia terkejut ada seorang pemuda datang kerumahnya dan sudah akrab dengan Rahma.

Rahma tersenyum kikuk. Ia menyuruh Raifa tuk masuk, Raifa manut dan masuk kedalam rumah kemudian duduk disamping Rahma.

“Ini ... Abangmu.”

Raifa menyernyitkan keningnya. “Abang, siapa? Aku gak tahu, Bun.”

Rahma menghela napasnya dan menatap sendu pada Raifa. “Kamu benar-benar melupakan ya?” Rahma menjeda ucapannya, ia mengelus pundak Raifa. “Dia kakakmu, Fa. Kamu masih ingat namanya?”

Raifa tampak menimang-nimang. Sepertinya ia mengingat lelaki yang disebut kakak. “Kak Rafa?” tanya Raifa ragu.

Rahma tersenyum. “Iya, benar!”

Rafa ikut tersenyum. “Gimana kabarmu?”

“Alhamdulillah,” ucap Raifa singkat.

“Dingin banget kamu ini, Fa, beda gak kayak dulu,” ungkap Rafa terdengar sedih.

“Abang juga tahu gara-gara siapa?” tanya Raifa dengan nada sinis, matanya menghunus tajam pada lelaki itu.

Rafa menggaruk tengkuknya, ia merasa bersalah karena sudah berkata yang membuat Raifa ingat kembali pada masa yang kelam itu.

“Hah...” Rafa hanya bisa menghela napas. Menatap sendu pada adiknya. “Gak tanya kabar Ayah gitu?”

Raifa mendelik, bertanya bagaimana kabar sang Ayah? Sungguh, ia tidak mau!

Raifa tak menjawab.

“Rafa, sudah jangan bahas,” ucap Rahma menengahi.

“Maaf Bun...” lirih Rafa.

Rahma tersenyum. “Kamu ganti baju, nanti kita makan bareng.”

Raifa menatap Rahma seolah bertanya ’apa ada Ayah?’. Rahma menggeleng lemah, tak lama ia tersenyum miris, sampai sekarang terlihat kalau Raifa belum bisa memaafkan kesalahan sang mantan suaminya.

•••

“Adek, Abang anter ya?”

Raifa terkejut, kenapa Rafa masih dirumahnya? Apa dia menginap?

“Abang nginep disini, karena jaraknya jauh Raifa,” ucap Rafa seolah tahu pertanyaab dibenak Raifa.

“Emm...”

“Gimana mau?” tanya Rafa.

Raifa menghela napasnya. “Baiklah, makasih sebelumnya.”

“Kamu ini, terlalu kaku sama Abang sendiri.”

Raifa tak menjawab, Rafa memilih keluar dari rumah untuk memanaskan mesin motor.

“Bun, aku berangkat, assalamualaikum.” Raifa menyalami tangan Rahma.

“Iya, hati-hati dijalan, semangat terus cari ilmunya, waalaikumsalam.”

Raifa keluar dari rumah dan menaiki motor bersama Rafa.

“Dek,” panggil Rafa.

“Hm..”

Rafa menghela napasnya, sebenarnya ia tidak ingin merusak mood Raifa, namun demi amanah ia harus menyampaikan. “Ayah rindu kamu, Dek.”

Dear, MakmumkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang