1 | Tatapan yang Berbeda

101 5 1
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم

"Meskipun sulit, berubahlah, perbaiki diri tuk menjadi lebih baik lagi."

-Dear, Makmumku-
©fzyniaa.

•••

TAK mudah Raifa harus mengasingkan diri dari keramaian, tak mudah Raifa harus bersikap individualis, tak mudah Raifa harus bersikap dingin, acuh, tak peduli, karena itu bukanlah sifat Raifa yang sebenarnya namun karena keadaan yang memaksa Raifa harus bersikap seperti ini.

Raifa menatap sekitar, berjaga-jaga agar setiap lelaki tak bersamanya, tidak hanya itu ditatap saja Raifa merasa takut, konsultasi ke psikiater itu adalah hal yang sia-sia baginya.

"Raifa?" Suara itu berada dibelakangnya, tubuh Raifa keringat dingin, suara lelaki, ia beranjak dari duduknya, ia menunduk kebawah seperti biasa.

"Saya panggil kamu berapa kali, ayo ikut Bapak."

Raifa mencoba mengingat suara lelaki itu, ternyata Hamzah, dosen Sistem Komunikasi, Raifa mengambil jurusan Teknik Informatika atau disebut jurusan Komputer.

"I-iya Pak."

Raifa melangkah mengikuti langkah Hamzah, ia tak berani menatap dosennya itu, jujur, ia benar-benar takut. Hingga sampai ke ruang guru.

"Ada apa Pak?" tanya Raifa setelah Hamzah duduk.

"Sampai kapan kamu bicara nunduk seperti itu?" tanya Hamzah tegas. Raifa pun tidak tahu penyebabnya.

"Ma-maaf Pak." Mau tak mau Raifa mendongak menatap Hamzah, ia bernapas lega ia tidak terlalu takut hanya saja ia keringat dingin, lagi.

"Nah, gini kan enak, gini Bapak minta tolong sampaikan kepada Hilman Khalid Yusuf setelah pulang nanti ke ruang Bapak, kamu tahu kan?"

Raifa menggeleng kepalanya.

"Nanti kamu coba tanya sama yang lain, maaf Bapak sangat sibuk."

"Maaf Pak, kenapa tidak mengirim lewat WA?" tanya Raifa sedikit kesal, kenapa harus dirinya? Kenapa tidak yang lain? Sudah tahu, ia benar-benar malas sekali harus mencari lelaki yang tak ia kenal. Rasanya Raifa ingin berteriak menolak, namun ia tidak ada keberanian.

"Sayangnya Bapak tidak punya nomor Hilman, makanya Bapak minta sekalian sama dia. Bisa kan Fa?"

Mau tak mau, Raifa mengangguk, entah apa yang terjadi selanjutnya. Raifa benar-benar pasrah.

"Baiklah, terimakasih Raifa."

•••

Raifa ragu tuk bertanya karena dari awal ia masuk kedunia kuliah hingga sekarang, ia sama sekali tidak punya teman, bahkan mereka tanpa jelas menjauhinya, harusnya kan Raifa, kenapa mereka?

Raifa menoleh kesamping kanan, ia harap gadis itu menolongnya. "Anu... maaf..."

Gadis itu menoleh padanya. "Iya?"

"Maaf saya tanya, apa kamu tahu Hilman Khalid Yusuf?" tanya Raifa hati-hati.

"Hilman? Maksudnya Kak Hilman? Lancang sekali kamu!" Gadis itu tak sengaja menaikan suaranya, Raifa terkejut, ia menghela napasnya, lagi-lagi ia salah bicara.

"I-iya maaf, saya diminta sama Pak Hamzah buat manggil Kak Hilman."

"Kenapa lewat WA aja sih?!" tanya gadis itu kesal. Raifa membeliak, harusnya ia tidak meminta pertolongan pada gadis disampingnya.

Dear, MakmumkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang