4 | Tak Terduga

53 1 0
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم

“Bahkan kita tak tahu apa yang terjadi
detik kemudian.”

—Dear, Makmumku—
©fzyniaa.

•••

MENATAP jejalanan yang semakin padat dan ramai, membuat Raifa malas pulang naik bus maupun angkot, ia memilih pulang naik ojol atau ojek online. Baru saja ia mengklik aplikasi ojol, seseorang menepuk bahunya cukup keras menbuat Raifa terkejut sekaligus sakit. Ia menoleh kesamping.

“Khalifa?” Khalifa, gadis itu yang awalnya bersikap jutek dan dingin sekarang berubah derajat menjadi hangat dan supel, secepat itu sikap seseorang berubah.

“R-a-i-f-a!” Khalifa sengaja mengeja nama Raifa, ia tersenyum. “Yuk main! Aku ajak kamu ke sesuatu yang seru loh.”

“Tapi---”

“Tapi apa? Ayolah Fa, itung-itung refreshing, kamu ini jarang main ya?”

“Bukan jarang tapi gak lagi.”

Khalifa kaget bukan main mendengar jawaban Raifa. “Serius kamu?”

Raifa mengangguk. Suasana hening lagi, Khalifa tidak suka, ia menarik tangan Raifa agar ikut bersamanya.

“Khalifa, saya---”

Khalifa memotong ucapan Raifa. “Udah pokoknya ikut aja.”

Raifa menghela napasnya, ia berharap tidak ada kejadian yang membuatnya malu ataupun kesal, semoga saja.

Setelah berlari-larian, mereka akhirnya pun sampai di sebuah kafe yang tak jauh dari kampus, Raifa melihat-lihat keadaan sekitar, Raifa rasa ia tidak akan betah. Khalifa terus-terusan menariknya hingga masuk kedalam kafe. Khalifa melambaikan tangan ke teman-temannya disana.

Raifa hanya menunduk. Ia malu.

Sorry ya, gue baru dateng.”

Raifa membatin. Gue? Maksudnya?. Raifa tak berani mendongak.

“Gak papa santuy, jadi lo bawa temen kelas lo?” tanya gadis tak berjilbab, rambutnya dibiarkan terurai, memakai kaus pendek dengan celana jeans.

“Jadi nih, namanya Raifa.” Khalifa sedikit mendorong tubuh Raifa maju kedepan, Raifa kaget, namun ia masih setia menunduk, kalau dimata mereka mungkin dirinya ini terlalu pemalu.

“Raifa ya?” tanya gadis itu sembari berpikir. Ia mendekati Raifa. “Jadi lo yang lagi deket sama Hilman?”

Mata Raifa membulat sempurna, ia menggeleng lemah, lantas tujuan Khalifa mengajaknya kesini untuk apa? Hanya untuk menginjak dirinya?

Shit!” Gadis itu mengumpat. “Lihat ke gue! Jangan nunduk muak gue liatnya.” Gadis itu memaksa Raifa untuk mendongak, Raifa menatap gadis itu.

Khalifa, apa tujuanmu?

“Jangan sok geer lo bisa deket sama Hilman ya?! Enak banget, gue dari dulu deketin dia malah diacuh, lo yang kayak gini malah dilirik sama Hilman?! Kurang ajar!”

P L A K !

Deg! Hati Raifa sakit bersamaan dengan pipinya yang ditampar.

Raifa melihat Khalifa meninggalkannya sendirian. “Khalifa?!!” teriak Raifa, ia berharap ini hanya mimpi, ia harap Khalifa datang lagi.

“Gue mau balas dendam sama lo!”

Raifa menggeleng lemah, ia berjalan mundur perlahan-lahan, namun tubuhnya terpentok dengan seseorang yang dibelakangnya.

“Mau kemana lo?!” ucap gadis yang berada dibelakang Raifa lalu ia mendorong Raifa hingga berada didepan gadis bernama Gladis.

“Sini ikut gue!” Gladis menyeret Raifa dengan kasar, Raifa berusaha sekuat tenaga untuk melepaskan kepalan dari Gladis, namun gagal, gadis itu benar-benar kuat.

Air mata Raifa tak hentinya mengalir, kalau ia tak memakai cadar mungkin ia akan terlihat menangis.

Gladis membanting Raifa hingga menyentuh tembok, Raifa merasakan tulangnya remuk. Gladis menghampiri bersama dengan kedua temannya tak lupa mengunci pintu, Raifa semakin takut.

“Tolong, hentikan, saya mohon...” lirih Raifa.

Gladis tertawa. “Enak saja, masa gadis populer kalah sama gadis misterius kayak lo?!” Gladis menghampiri Raifa, ia berjongkok berhadapan dengan Raifa. “Gue muak sama benda ini!” Gladis tak segan membuka cadar Raifa dengan kasar dan memlemparnya dengan asal.

“Tidak!” Raifa merangkak meraih cadarnya, namun terlambat, gadis satunya meraih cadar Raifa dan membakarnya. Raifa terkejut sekaligus marah. Matanya menatap tajam kepada ketiga gadis itu.

“Mau apa? Mau marah? Atau gue ekspos wajah lo?” ancam Gladis.

Raifa yang tadinya ingin memarahi ketiga gadis itu niatnya ia urungkan, bagaimana pun ia tidak ingin wajahnya terekspos secara publik.

“Ikuti saran gue, jauhi Hilman atau wajah lo gue post?”

“Jauhi Kak Hilman...” jawab Raifa dengan tegas.

Gladis pun tersenyum menang karena berhasil mengancam Raifa. “Bagus, gue catet janji lo. Foto lo aman sekarang tapi ingat gue bisa tahu lo berduaan sama Hilman!”

Raifa hanya diam, lalu memeluk dirinya sembari menutup wajahnya, wajah yang selama ini ia jaga telah diketahui, ia malu sekaligus merasa berdosa karena tidak bisa menjaga diri.

“Yuk cabut!”

Raifa mendengar derap langkah yang semakin menjauh. Raifa tak tahu yang harus ia lakukan besok nanti, ia pikir Khalifa teman yang baik namun ternyata gadis itu teman yang munafik.

“Ya Allah ampuni aku...”

•••

“Ya Allah, Raifa!” Rahma memeluk anak perempuan satu-satunya, bagaimana tidak ia melihat Raifa terlihat berantakan apalagi cadarnya tidak terpasang di wajah Raifa.

“Hiks... Bunda...”

“Ya Allah, ada apa Nak? Cerita sama Bunda.” ucap Rahma khawatir.

“Mereka membenciku lagi Bun, salah aku apa Bun?”

“Tidak selamanya semua orang itu menyukaimu Raifa, selalu saja ada yang membencimu.”

“Padahal aku tidak membuat mereka kesal apalagi marah.”

“Rasulullah manusia yang mulia ada saja yang membencinya apalagi kita hanya manusia yang pendosa.”

Raifa menunduk, ia tak tahan dengan sikap mereka tadi kepadanya, air matanya berjatuhan kembali. “Sabar, karena Allah menyukai orang-orang yang bersabar.”

•••

Note!

Maaf kalau ada dialog atau adegan yang kasar, untuk memperkuat feel~

Assalamualaikum!

Hai, minna-san, bagaimana dengan cerita chapter 4?

Seru atau justru membosankan?

Next atau engga?

Ditunggu komentar kalian^^

Syukran, terima kasih, hatur nuhun, arigatou~

...

Dear, MakmumkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang