“Karena dengan bersembunyi adalah cara yang paling aman dalam hidupku.”
—Raifa Shabira Hanafi——Dear, Makmumku—
©fzyniaa•••
Raifa meminta pada Rahma kalau ada Hilman yang datang kerumah, jangan direspon, jangan dibuka pintu. Raifa menunjukkan foto Hilman pada Rahma.
Rahma semakin bingung, kenapa anaknya ini bersikeras sekali?
"Nak, ada apa?"
Raifa menggeleng. "Pokoknya jangan dibuka apalagi disahut Bunda!"
Rahma menghela napasnya. "Ada apa? Cerita sama Bunda!"
Raifa menggeleng lagi, terlalu sakit untuk diceritakan. "Aku mohon Bun," pinta Raifa. Matanya sudah berkaca-kaca.
Rahma sungguh khawatir. "Fa, cerita sama Bunda, ada apa dengan Hilman? Apa dia menyakitimu?"
Tak tahan lagi, air mata Raifa berlinang, ia memeluk Rahma. "Bun ... dia mempermainkan aku, dia katanya mau ngelamar aku tapi nyatanya aku dijadiin taruhan sama dia."
Deg! Sontak dada Rahma terasa sesak. Mendengar itu, Rahma kesal sekaligus sakit hati, tega sekali, ia takut terjadi lagi sama halnya lima tahun yang lalu.
"Nak... Ya Allah... kenapa bisa gitu?"
"Ka-karena aku dijuluki 'gadis es' di kampusku Bun, Kak Hilman itu orangnya populer dia merasa tertantang sama aku, gimana caranya buat aku luluh, aku gak kuat lagi, Bun."
Rahma mengelus bahu Raifa. "Ya Allah!" Rahma ikut menangis. Untung saja, rahasia lelaki itu terbongkar, jika tidak, ia tak tahu lagi, pasti anaknya merasa tertekan, ia bersyukur Allah masih melindungi anak perempuan satu-satunya.
"Ya sudah, Bunda tutup gordennya dan kunci pintu pagar maupun pintu sekalian sendalnya juga. Biar nyangkanya kamu itu gak ada."
Raifa mengangguk lemah.
•••
Di jejalanan Hilman tersenyum bangga karena bisa menaklukan hati Raifa, semudah itu, untung saja sudah sampai sebulan sesuai dengan rencana.
Akhirnya ia sudah sampai di rumah Raifa, ia heran kenapa terlihat rumah ini seperti tidak ada? Benarkah gadis itu memberikan alamatnya? Apakah bohong?
Mana mungkin.
Hilman langsung menelpon nomor handphone Raifa.
Nomor yang Anda tuju, tidak dapat dihubungi.
"Sial!" umpat Hilman. Ia tak putus asa, ia menelpon kembali.
Hilman berdecak kesal. Nomor Raifa tak dapat dihubungi.
"RAIFA! INI SAYA! TOLONG BUKA!" teriak Hilman.
Raifa melihat dibalik gorden, air matanya kembali bercucuran, jika saja Hilman tak mempermainkannya, ia tak akan berbuat seperti ini.
"Assalamualaikum, Raifa!" teriak Hilman.
Hilman kesal, Raifa tak kunjung keluar, ia cemas, ia takut kalau Raifa memberikan alamat yang salah.
"Raifa! Saya datang untuk mengkhitbah kamu!"
Raifa tak tahan lagi, ia bersembunyi dikamarnya. Rahma mendengarnya sangat kesal, sudah tahu salah lelaki itu seolah merasa paling benar, datang untuk khitbah. Ia kecewa pada lelaki itu.
"Kekeh banget ya lelaki itu?" gerutu Rahma dengan kesal.
Raifa mengangguk lemah.
"Apa dia selalu begitu setiap hari?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear, Makmumku
Spiritual[Drama-Spiritual-Teenfiction] Karena terbelenggu pada masa kelamnya, Raifa menjadi sosok yang menjauhi diri dari segala hal, termasuk lelaki. Ya, ia memang membenci dengan namanya lelaki. Membuat semua orang tanpa alasan membenci Raifa karena sifat...