24 | Ada Untukmu

27 2 0
                                    

“Aku disini selalu ada untukmu...”

—Afnan Malik Alkahfi

©fzyniaa
—Dear Makmumku—

[Disarankan : sambil mendengarkan lagu Ada Untukmu - Tyok Satrio]

•••

[“Jangan lupa kalo ada apa-apa tolong hubungi aku ya, Fa.”]

Begitulah kira-kira isi pesan dari Afnan, lelaki itu berhasil mematahkan atensinya tentang bahwa lelaki itu sama saja—dalam artian ‘berengsek’ yang sudah mematahkan setengah hidupnya dan masa depannya—Raifa tersenyum kecil melihat pesan itu. Notifikasi yang selalu ditunggu-tunggu oleh nya.

Saat ini, Raifa dan Afnan sudah resmi melaksanakan lamarannya dengan rahasia, ia tidak ingin orang lain tahu dikarenakan memang lamaran itu diwajibkan untuk tidak diberi tahu pada siapapun agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.

Rencananya, bulan depan mereka akan melaksanakan pernikahan yang sederhana—tidak mencolok, lebih tepatnya, karena Raifa yang memintanya dan Afnan menyetujuinya.

Raifa masih tidak menyangka bahwa Afnan bisa meluluhkan hatinya yang telah lama membeku dan Raifa rasa ... ia mulai mencintai sosok Afnan.

Raifa menggeleng kepalanya dengan cepat, ia tidak boleh terlihat salting dihadapan orang-orang bisa malu nantinya kalo sampai orang lain tahu.

Seperti biasa, Raifa menyerahkan tugasnya keruangan dosen, ia berjalan ke koridor, tak sengaja, matanya bertemu dengan sosok gadis yang tengah duduk berdua dengan Afnan.

Raifa kesal, siapa gadis itu dan kenapa Afnan tidak memberitahunya?

Kalau misalkan dia langsung menghampiri bisa-bisa orang-orang pada curiga. Kalau tidak menghampiri, ia makan hati melihatnya.

Raifa memilih melanjutkan ke ruangan dosen dengan perasaan yang tak karuan.

•••

Raifa tengah duduk sendirian didepan kelas, sekitar setengah jam berlalu waktu pulang telah berlalu, ia duduk disana, menatap lapangan, melihat orang-orang yang tengah beraktifitas disana.

“Kamu gak pulang, Raifa?” tanya Syifa, gadis itu tak kunjung menyerah agar bisa mengobrol dengan Raifa, jujur Raifa bukannya tak ingin mempunyai teman baru, hanya saja ... ia masih takut dalam memulai pertemanan. Ia takut.

Raifa menggeleng lemah.

“Terus ngapain dong disini? Orang udah pada pulang loh?”

Syifa itu sangat cerewet. Raifa sampai kewalahan menjawabnya pada saat itu dan sekarang ia malas menjawabnya.

“Aku mau disini dulu, Syifa.”

Syifa terlihat manggut-manggut. “Oh baiklah... aku pulang dulu ya, assalamualaikum.”

“Waalaikumsalam,” jawab Raifa tanpa menoleh pada Syifa.

Kling!

Notifikasi berbunyi dan suara notifikasi tersebut berbeda dari yang lain. Notifikasi yang selalu ia tunggu-tunggu.

Dear, MakmumkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang