"Takdir sudah menuliskan pertemuan kita, jauh sebelum terjadi. Tapi, apakah ini akan
menjadi takdir baik atau malah
sebaliknya?"- Anya Levionna -
•
•
•[Bagian 04]
****
Bel istirahat baru saja berbunyi beberapa menit yang lalu. Namun kantin telah dipenuhi banyak manusia yang perutnya sudah keroncongan minta diisi. Seperti Mayang dan Anya saat ini, mereka tengah mencari tempat duduk yang strategis dan nyaman.
"Disana aja yuk, Anya."
Mayang menarik lengan Anya, dia memilih meja yang letaknya paling pinggir dan cewek itu hanya mengikuti kemanapun Mayang pergi, seperti anak yang membuntuti ibunya. Jujur saja, Anya hanya tidak ingin tersesat lagi.
Raut kagum lagi-lagi tercetak di wajah cewek itu. Kantin disini mungkin 3 kali lipat, lebih luas dari kantin sekolah Anya dulu. Disini letaknya di belakang gedung utama dan terdapat taman yang indah di perjalanannya tadi.
"ELIZA WOY, ELII SINI."
Mayang berteriak cukup keras sambil melambaikan tangannya. Anya lihat seorang cewek cantik berambut panjang dan agak bergelombang diujung rambutnya, berjalan mendekati meja mereka sambil tersenyum lebar.
"Eli, kenalin dong ini temen baru gue." Mayang menggandeng lengan Anya. Pandangan Eliza jatuh pada cewek berambut sebahu tengah terseyum padanya.
"Anya, ini Eliza temen gue dari SMP. Dia anak Sosial."
"Ohhh gue tadi pagi liat lo, sama ka Erin kan?" Eliza tampak antusias, sebenarnya Eli sudah penasaran siapa cewek cantik dan menggemaskan yang berjalan disamping kakak kelasnya tadi pagi.
Anya tertawa kecil. "Iya tadi gue sempat nyasar, terus kak Catherine nganterin gue ke ruang tata usaha."
Mayang memukul ringan sebelah tangan Eliza, "Nah kan, apa gue bilang. Sekolah sebesar ini harusnya ada denahnya." Mayang kesal pernah di marahin kakak kelas saat MOS, hanya karena lupa letak toilet berkali kali.
Eliza terbahak, "Lo masih kesel karena kejadian itu?" tanyanya tak percaya.
"Diem deh. Gue malu sama Anya,"
Setelah meredakan sisa tawanya, Eliza melihat Anya yang hanya tersenyum memperhatikan interaksi mereka. "Halo Anya, gue Eliza, kelas gue di gedung Sosial lima."
"Dia udah tau kali," cibir Mayang.
"Berisik lo, tadi belum resmi perkenalanya."
Eliza meraih tangan Anya dan menganyun ayunkannya, "Hati hati ya, sama monyet ragunan ini, dia ringan tangan." bisik Eliza yang bisa didengar oleh Mayang.
"Enak aja lo, anak gorila."
"Tuh kan, agresif banget lo jadi temen."
"Emangnya gue ngapain pake disebut agresif segala!?"
"Udah guys udah," Anya terkekeh ringan, mencoba melerai keduanya. Eliza menangkup kedua tangannya meminta maaf, walaupun Mayang masih misuh misuh kesal.
"Wey itu liat geng cogan dateng tuh."
Terdengar kehebohan di meja yang lain. Ketiga cewek itu berkerut heran, mereka menengok bersamaan dan akhirnya Mayang ikut heboh melihat sumber kehebohan kantin.
"Duhh ayang guee."
Terdengar juga ungkapan kagum saling bersahutan dari para kaum hawa disini.
"Bian kok makin ganteng sih."
KAMU SEDANG MEMBACA
REAGAN • POSSESSIVE BADBOY
General Fiction"Tadi siapa?" "Denger, lo itu cuma milik gue, paham?" Reagan Kanziro Adler seorang ketua dari komplotan geng besar yang menjunjung tinggi kekuasaan. Siapa sangka cowok berandal yang dikenal cuek dan kejam ini jatuh hati pada pesona seorang cewek yan...