"Setiap orang memerlukan rumah yang tepat untuk memberikan kenyamanan, dan agar tau kemana harus pulang."
- Reagan Kanziro Adler -
•
•
•[Bagian 33]
****
Sebutir obat penenang kembali diteguk bersama segelas air hingga tandas. Mata sayu itu menatap kosong lampu-lampu kota dari lantai atas apartemennya. Kemudian menghembuskan napas pelan, meresap kesadaran.
Malam ini, bukan mimpi buruk saja. Reagan juga mengalami delusi. Sosok anak kecil yang dulu di sekap bersamanya datang dengan wajah sembab.
"Kenapa kakak selamat sendirian? Saka sakit kak..."
"Kakak harus ikut aku.."
"Kakak tolong..."
Cowok itu meraup wajahnya sendiri dengan napas berat. Ingatan masa kelam itu seolah kembali tereka ulang, saat dia nyaris mati di tempat pengap itu dulu. Sakit yang dia terima karena penyiksaan bukan apa-apa di bandingkan rasa bersalah karena tidak bisa melindungi seseorang rasanya sangat menyiksa.
Reagan benci merasa lemah.
Sungguh.
Jika sudah seperti ini, dia tidak bisa kembali tidur. Lagi-lagi, berkendara di malam hari yang akhirnya dia pilih. Dari dulu selalu seperti itu. Berkendara tanpa arah, menyusuri jalanan kota yang tidak pernah tidur ini, membuatnya cukup tenang.
Tapi sekarang ada yang berbeda, Reagan kembali berhenti di depan sebuah rumah. Dia mematikan mesin motor sportnya, melihat ke lantai 2, pada ruangan yang masih terlihat terang dari jendela.
Sudut bibirnya terangkat saat seseorang keluar dari pintu balkon, menatapnya terkejut dari atas. Pemilik rumah itu kembali masuk dengan buru-buru, Reagan tertawa pelan.
Tak perlu menunggu lama, gadis cantik dengan piyama bermotif kartun beruang putih keluar dari gerbang dengan wajah heran. "Kenapa lo kesini? udah malem banget, tuh liatt." Gadis itu menunjukan jam di ponselnya pada Reagan, yang menunjukkan pukul 1 malam.
Reagan memberikan kantung keresek berisi martabak lagi. "Buat lo."
"Kirain mau di suapin lagi." tukas Anya tersenyum iseng. "Makasih ya,"
Reagan terkekeh, tangannya dengan gemas menangkup wajah Anya, mengapit kedua pipi chubby nya sampai bibir gadis itu sedikit manyun. "Kenapa belum tidur hmm?" tanya Reagan.
"Gwue lawghi bwelajar." Anya kesulitan bicara karena tindakan pacarnya itu.
Kekehan berat itu terdengar lagi, Reagan melepaskan tangannya kemudian mengusap pelan pipi Anya dengan jemari. Anya tidak kesal, dia suka melihat Reagan tersenyum dan tertawa. Tapi guratan lelah di wajah Reagan menyita perhatiannya. Anya menangkup pipi Reagan dengan dua tangannya, membalas apa yang cowok itu lakukan padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
REAGAN • POSSESSIVE BADBOY
General Fiction"Tadi siapa?" "Denger, lo itu cuma milik gue, paham?" Reagan Kanziro Adler seorang ketua dari komplotan geng besar yang menjunjung tinggi kekuasaan. Siapa sangka cowok berandal yang dikenal cuek dan kejam ini jatuh hati pada pesona seorang cewek yan...