01. Disappeared G

1.3K 86 0
                                    

"Pemirsa, kasus menghilangnya Gabriella Sofya sampai saat ini masih belum menemukan titik terang. Sejumlah aparat kepolisian dikerahkan untuk melakukan pencaria---"

Suara helaan napas berat terdengar lebih kencang daripada pembawa berita yang---untuk kesekian kalinya---tetap menyiarkan kabar tentang menghilangnya Gabriella meski sampai detik ini masih belum ada perkembangan apapun. Pihak kepolisian berkali-kali muncul melalui media untuk menyampaikan bahwa gadis muda bernama Gabriella Sofya yang mereka cari tidak pernah ada di setiap wilayah yang mereka datangi. Tidak ada satupun dari mereka yang tahu di mana keberadaan Gabriella sejak satu Minggu lalu terhitung dari tanggal 10 bulan ini.

Quinn memejamkan matanya, mencoba untuk membebaskan diri dari perasaan bersalah yang terus menghantui sejak sahabat baiknya dinyatakan menghilang. Awalnya dia pikir semua itu bohong. Gabriel bisa saja sekadar main-main demi sebuah kejutan mengesankan di hari ulangtahun Rae---kekasihnya yang sampai saat ini masih linglung, kebingungan setiap dimintai keterangan oleh pihak kepolisian. Bukan hanya merasa sedih sebab Gabriel menghilang, kedekatan mereka juga tidak luput dari perhatian polisi yang selalu menaruh curiga.

"Harusnya waktu itu gue gak egois."

Satu hari sebelum Gabriel menghilang, perempuan itu sempat mengajak Quinn mendatangi sebuah tempat yang tak ia sebutkan di mana lokasinya. "Well, gue gak bisa kasih tahu di mana tempatnya sih, rahasia, Sist!"

"Sok rahasia banget deh."

Suara tertawa Gabriel menggema dari ujung sana. Katanya perempuan itu sedang berada di kamar mandi untuk ritual sebelum tidur, terbukti dengan suara gemericik air mengalir dan sesekali tepukkan di kulit setelahnya. "Just say, Quinn, lo bisa atau enggak? Hm?"

"Gak bisa, G. Sorry ya? Lo sih ngomongnya telat, gue jadi keburu submit deh." Quinn hari itu merasa lomba esai internasional yang dia ikuti lebih penting dari apapun. Termasuk Gabriel atau teman-temannya yang lain.

"Its okay kalo emang lo gak bisa, Quinn. Gue bisa sendiri kok."

"Serius sendiri, G? Willa mungkin bisa nemenin lo?"

"Hei, tomorrow is her grandma's birthday!" balasnya dengan setengah mengomel karena perayaan ulangtahun nenek Willa sudah ia rancang jauh-jauh hari sebagai bentuk hadiah kepada nenek baik hati itu.

Quinn menghela napas karena ia tidak mungkin menyebut nama Yssabelle dan jadwal padatnya mengikuti ramah tamah bersama keluarga pebisnis lain sebagai kolega sang ayah. Noah, Nael, dan Rae juga bukan jawaban.

"Berhenti nyalahin diri sendiri, Quinn. Kita semua gak pernah tahu kalau kejadiannya bakal kayak gini."

Suara berat Noah dari dapur menyadarkan pikiran gadis berambut panjang yang terus-terusan menyesali percakapan terakhir mereka.

"Kalau tahu semuanya berakhir kayak gini, gue juga mending batalin penerbangan ke Singapur demi G," sambungnya. Laki-laki itu berjalan mendekat sembari membawa secangkir kopi yang baru ia buat untuk dirinya sendiri di dapur Nael.

Aroma kopi yang khas menguar dari cangkir Noah setelah pemiliknya menjatuhkan bokong di sebelah Quinn. Memilih duduk di dekat gadis itu untuk sekedar mengusap punggung tangannya, merasa simpati. "You're not alone, Quinn. Kita semua juga merasa bersalah banget."

Quinn lagi-lagi hanya bisa menghela napas berat, mengangguki kalimat Noah sebelum melirik teman-temannya yang lain. Yssabelle diam-diam memperhatikan Rae dari sofa yang ia duduki. Merasa khawatir akan laki-laki yang sudah hampir seharian ini hanya meringkuk lesu di atas karpet bulu tanpa melakukan aktivitas apapun---termasuk makan siang. Mereka jelas dilingkupi perasaan bersalah puluhan kali lipat sebab sebelum berita itu muncul ke permukaan, keduanya justru menghabiskan malam menyenangkan di belakang Gabriel. Menancapkan pisau berbentuk pengkhianatan yang sekarang berbalik menusuk dada masing-masing.

"Re, supnya keburu dingin loh. Mau makan sekarang gak, biar gue panasin lagi?"

Nael membujuk Rae untuk kesekian kali. Tangannya sibuk mengusap-usap rambut Willa yang berbaring di atas pahanya, sementara penglihatannya tak luput dari sesosok manusia yang terbaring di karpet ruang tengah. Nael sudah kegirangan waktu Tante Wanda menelepon pagi-pagi untuk mengabari bahwa Rae sudah on the way ke rumahnya. Ia sampai masak tiga menu makanan kesukaan Rae sekaligus demi menyambut kedatangan laki-laki itu setelah beberapa hari ini mengabaikan panggilan dan pesan-pesan yang dia kirim. Meski makanan yang ia masak berakhir tak tersentuh di meja makan, hanya sedikit dicicipi oleh Quinn, Noah, Belle, dan kekasihnya sendiri---Willa.

Nael tetap senang. Apalagi waktu Rae mau mengangkat kepala dan menatap matanya,  kemudian bersuara.

"Kalau misalnya G gak baik-baik aja, gimana?" Rae memutus pandang dengan Nael. Matanya berkeliling menatap satu persatu temannya di sana dan berakhir bertemu dengan sorot khawatir dari manik Yssabelle yang Rae pandangi sedikit lebih lama.

"Lo gak boleh ngomong kayak gitu! G pasti baik-baik aja!" bentak Willa yang tiba-tiba bangkit dari tidur meringkuknya di sofa panjang di sebelah Nael.

Rae mengangkat bahu. Pandangannya turun ke arah meja, memburam, lalu kosong karena tidak ada objek yang benar-benar ia lihat secara fokus. "Gue cuma lagi mikirin kemungkinan terburuknya."

Yssabelle membuang pandang, enggan melihat Rae yang semakin tampak menyedihkan.

"G bisa aja beneran di Summerville, kita semua tahu dia punya semua akses tempat itu." Noah mencoba memberi kemungkinan-kemungkinan baik yang masih bisa dijadikan sedikit harapan. Kawasan Summerville merupakan tempat yang terakhir kali ia sebut sebelum benar-benar menghilang. Gadis itu bisa saja bersembunyi di tempat yang hanya ia yang tahu untuk menenangkan diri dan menjauh dari peradaban sampai merasa lebih tenang. "Mungkin G juga udah tahu tentang hubungan lo berdua."

Rae dan Yssabelle yang sadar bahwa kalimat Noah tertuju kepadanya merasa semakin terpojokkan. Meski tidak diutarakan secara terang-terangan, tetapi ia tahu bahwa teman-temannya yang lain menyalahkan mereka berdua atas menghilangnya Gabriel pada malam itu.

"Lo yakin G gak mergokin kalian berdua di kelab?"

Rae menggeleng tak yakin. Mana mungkin dia tahu Gabriel melihatnya dengan Yssabelle atau tidak malam itu. Tempat yang mereka datangi jelas ramai, ada sekitar dua ratus manusia di dalamnya dan Rae tidak mungkin mengenali mereka satu persatu.

Noah hendak melayangkan pertanyaan yang lain andai Quinn tidak buru-buru mencegah. Gadis itu menahan lengannya, mengisyaratkan bahwa ini bukan waktu yang tepat untuk menghakimi Rae atas kesalahan yang ia perbuat.

"Polisi bilang mereka nemuin barang bukti di Summerville."

"Jadi G beneran ke sana?"

Quinn mengangguk. Orang tuanya berurusan langsung dengan pihak kepolisian karena Gabriel dan dia masih saudara sepupu. Gadis itu jelas mendapat informasi paling cepat dari pada yang lain di sini. "Kita ke kantor polisi sekarang!"

***

Who Killed My G? (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang