Mobil polisi dan ambulance datang secara bersamaan tak selang berapa lama dihubungi oleh pihak sekolah. Acara orientasi dihentikan secara paksa karena ketua penyelenggara mereka langsung pergi begitu kabar mengejutkan itu tersebar. Hiruk pikuk suara sirine bersahut-sahutan di luar gedung sekolah diperparah dengan berisik kerumunan siswa-siswi yang digiring untuk menjauh dari area sekolah secepat mungkin. Mereka masih tak bisa percaya akan peristiwa yang terjadi. Sebagian lainnya sibuk bertanya-tanya, sulit untuk mencari informasi valid di tengah kekacauan.
Gabriella Sofya, sosok yang belakangan ini ramai diberitakan media karena dilaporkan hilang, secara tiba-tiba ditemukan meninggal di dalam gudang sekolah Saintama.
"Saudari Auilla silahkan ikut kami ke kantor untuk melakukan pemeriksaan." Dua petugas kepolisian menghampiri empat remaja di lorong gedung serba guna tak jauh dari area gudang yang sekarang dikelilingi garis polisi. Ruangan itu langsung diamankan bahkan sebelum polisi dan tim forensik tiba di tempat kejadian.
Mr. Joseph---Pemimpin Saintama High School---bertanggungjawab penuh atas peristiwa yang terjadi di wilayah sekolahnya. Beliau menceritakan kronologi penemuan sosok G kepada pihak kepolisian dengan bijaksana. "Kami akan membantu proses penyelidikan semampu kami, rekaman CCTV akan segera kami kirim."
Willa semakin menangis sesenggukan. Apa yang sebelumnya dia lihat masih belum sepenuhnya bisa diproses. Pikiran mengenai kemungkinan paling buruk yang hari itu dicetuskan oleh Rae mendadak jadi kenyataan di depan matanya. Lalu, pemikiran tak masuk akal ketika polisi memintanya ikut ke kantor untuk diintrogasi berdesakan memenuhi kepalanya yang mulai berdenyut. Bagaimana kalau polisi menangkapnya tanpa aba-aba? Bagaimana kalau ia harus mendekam di penjara? Bagaimana kalau ia akan dihukum mati?
Jauh di dalam sana Willa sudah menyiapkan pembelaan yang akan ia utarakan, namun semua itu menyatu tak beraturan bak benang kusut yang begitu panjang. Alih-alih mengatakan sesuatu yang mampu membungkam seluruh kepanikan teman-temannya, gadis itu hanya bisa menangis.
Telapak tangan besar Nael mengusap-usap punggungnya, semakin kencang ia menangis, maka telapak tangan itu akan semakin cepat bergerak. "Bukan akuuu, Naa, bukan akuuu!" katanya dengan suara putus-putus diselingi tangis.
Nael mengusapkan janggutnya di atas kepala Willa. "Iya Sayang, kita semua tahu kok, bukan kamu orangnya. Kamu tenang aja ya? Oke?"
Gadis itu semakin erat memeluk tubuh tinggi Nael. "Aku takuuut."
"Saya boleh ikut?" Pertanyaan Nael ditujukan untuk dua petugas kepolisian yang meminta kekasihnya ikut ke kantor polisi. Mencoba menegosiasi mereka dengan bantuan Mr. Joseph.
Sementara itu Quinn menghubungi keluarganya. Dengan jari jemari bergetar panik dan napas tak beraturan sehabis berlari mengimbangi kecepatan Nael dari study room ke gudang yang cukup jauh jaraknya, perempuan itu menelepon sang ibu untuk mengabarkan berita penemuan Gabriel. "Mih, Gaby ketemu, tapi she's not alive anymore, Mih. She died."
Sambil menengadah menahan agar air matanya tidak jatuh, Quinn menghadap lorong panjang bermaksud untuk menghindar dari pemandangan Willa menangis. Ia melihat Noah dan Rae berlari mendekat dengan wajah panik.
"G di mana?"
Bersamaan dengan pertanyaan itu, petugas forensik keluar dari gudang membawa kantung jenazah ke ambulance untuk dibawa ke rumah sakit.
"G!!!"
Rae berteriak histeris menangisi kantung jenazah yang mereka bilang berisi tubuh tak berdaya Gabriel. Meluapkan sejuta penyesalan di dalam dadanya mengingat semua kesalahan yang dia buat sebelum perempuan itu menghilang. Tidak pernah berpikir bahwa kekasih cantiknya akan pergi secepat itu, bahkan tanpa sempat mendengar kata maaf darinya. Ia tidak pernah sungguh-sungguh mengatakan 'kalau gadis itu tidak baik-baik saja' hari itu. Hanya menuruti apa kata ketakutannya tanpa benar-benar bersiap. Rae tetap hancur melihat bagaimana ini terjadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Who Killed My G? (END)
Mystery / ThrillerMenghilangnya Gabriel di akhir waktu liburan semester menjadi mimpi buruk bagi teman-teman terdekatnya. Quinn, Noah, Nael, Willa, Belle, dan Rae harus merelakan kepergian sahabat mereka sekaligus menjadi buronan polisi atas meninggalnya Gabriella S...