Bohong.
Bohong kalau Rae bilang dia lupa terhadap manusia di balik kamera ponsel yang merekamnya dengan Yssabelle di kelab beberapa Minggu lalu. Rae---secara kebetulan---masih ingat seperti apa orang itu berkat beberapa barang yang dia pakai. Mereka berpapasan sebelum turun ke lantai dansa, sekitar sepuluh menit sebelum peristiwa dalam video itu terjadi.
Setengah wajahnya tertutup topi Celine yang seketika itu mengingatkannya pada sosok Noah karena laki-laki itu kerap memakai topi yang sama. Pakaiannya tak terlihat begitu niat, tetapi tetap stylish berkat bantuan leather jacket yang dikombinasikan dengan celana jeans robek di bagian paha. Mirip outfit sehari-harinya bocah Arctic yang sekarang menjabat jadi presiden di sekolahnya. Rae jadi membayangkan bagaimana kalau Noah ada di tempat yang sama dengannya sambil diam-diam memikirkan bagaimana dia akan menceritakan kejadian ini kepadanya.
Berhasil mendapatkan hati Yssabelle dan membawanya ke Dominators Club---tempat rekomendasi Noah sendiri, Rae pasti jadi orang paling beruntung malam itu. Seketika itu juga otak bangsatnya berpikir untuk menikmati momentum yang lebih banyak, membuatnya seolah kehilangan akal saat berciuman dengan Yssabelle di lantai dansa sangking bersemangatnya dia. Lagi-lagi Rae merasa menang atas Noah setelah mencicipi manis bibir gadis itu.
Ia memandangi sketsa dasar sebuah wajah yang baru ia buat di atas selembar kertas gambar. Seingatnya, di bawah topi Celine yang ia lihat waktu itu, terdapat sepasang mata biasa yang pada umumnya dimiliki oleh sebagian besar orang Indonesia. Tak terlihat begitu istimewa atau berbeda layaknya mata Noah yang sipit atau mata hazel Nael, dan beberapa teman Tionghoanya yang memiliki bentuk mata monolid yang khas.
Rahangnya tegas ... dan kulitnya berwarna cokelat kekuningan seolah menunjukkan darah Indonesianya yang murni tanpa campuran.
Rae mengernyit melihat hasil gambarnya yang semakin familier ketika hampir menyentuh sempurna. Orang itu seperti pernah dilihatnya belum lama ini tetapi bukan di kelab. Tempat yang sama-sama ramai tetapi bukan Dominators Club. Matanya terpejam kuat.
Ramai.
Di dalam ruangan.
Rumah duka.
Benar! Wajahnya mirip kakak laki-laki Gabriel yang berbicara sambil menangis sesenggukan waktu upacara tutup peti. Yang pertama kali dia temui---secara langsung---saat mereka duduk di ruang rapat Summerville Medical Center, waktu laki-laki itu memanggil Quinn untuk ikut rapat keluarga di ruangan lain.
"Dia siapa?" tanya Rae begitu Quinn keluar ruangan membuntuti seorang laki-laki yang baru pertama kali ini dia lihat.
Noah menatapnya skeptis. "Lo gak kenal Hesa? Serius?"
"Ooh itu yang namanya Hesa? Gue ngerti dia, tapi baru pertama kali ini meet in person sama dia."
"Dia udah pindah ke Aussie waktu lo masuk Saintama," jelas Nael yang langsung diangguki oleh pacarnya. "Hesa juga gak terlalu suka menonjolkan diri ya, Sayang, makanya dia gak terkenal gitu." Gadis itu menambahi.
Rae mencari nama Hesa di kolom following Instagram Gabriel. Berbeda dengan akun adiknya yang memiliki ribuan pengikut, akun Antara_Mahesa06 hanya diikuti oleh---mungkin---teman-temannya yang berjumlah tak lebih dari seratus orang. Unggahannya pun masih bisa dihitung jari, berupa jalanan kota Sydney yang minim pengeditan, atau foto sudut ruangan yang monoton dan tidak begitu menarik dipandang mata.
Sekilas Hesa hanyalah sosok anak laki-laki biasa yang kebetulan diangkat oleh keluarga kaya pemilik Summerville sejak kecil, lalu memilih hidup tenang tanpa sorotan.
Gabriel yang secara teknis merupakan adik Hesa---meski tak memiliki hubungan darah---juga hampir tidak pernah menceritakan soal laki-laki itu selain dari memberitahunya bahwa ia memiliki seorang kakak angkat bernama Hesa yang tengah melanjutkan pendidikan di Australia. Rae pikir hubungan di antara keduanya memang tak sedekat yang ia bayangkan. Makanya waktu laki-laki itu menangis tersedu-sedu saat penyampaian pidato perpisahan, Rae sedikit merasa aneh.
Hesa pasti marah besar kepadanya karena telah mengkhianati adik kesayangannya andai hubungan mereka memang sedekat itu. Rae pantas menerima hukuman atas ini.
Kalau rekaman video itu memang benar milik Hesa, berarti ada kemungkinan bahwa pemegang ponsel Gabriel sekarang juga Hesa. Mengingat semua pesan yang dikirim dari nomor itu selalu berhubungan dengan peristiwa yang baru terjadi. Tapi, kenapa laki-laki itu justru menyerang Yssabelle dan menyebutnya gadis pengkhianat? Bukankah seharusnya Rae juga dicap sebagai pengkhianat seperti yang sedang ramai dibicarakan dunia maya? Kenapa hanya Yssabelle?
Di tengah pikirannya yang semrawut, Rae ingat lukisan cantik wajah Gabriel yang sudah selesai dibuat akan tetapi masih belum dipindah ke wall gallery utama.
"Sekarang aku menang, G, lukisan aku lebih bagus, kan?" Rae bertanya pada lukisan. "Aku lukis kamu secantik mungkin di sini. Gak kayak kamu yang lukis aku asal-asalan dan baru sebentar udah ngeluh capek," lanjutnya disertai kekehan kecil meski tenggorokannya sudah hampir sakit.
Jemarinya menelusuri setiap warna yang terpoles apik di atas kanvas, sembari menetralkan perasaan di dadanya yang tiba-tiba bergemuruh.
"Kita gak putus, kan, G?"
"Kamu udah gak mungkin bisa minta putus sama aku dan aku juga gak akan mungkin mutusin kamu secara sepihak gini. Jadi, kita gak akan pernah putus."
"Aku beruntung banget jadi cinta terakhir kamu."
Rae merogoh celana seragamnya untuk menarik keluar sebuah kartu berwarna biru-krem berlogo perusahaan Summerville yang ia temukan di balik kanvas lukisan dirinya saat ingin memindahkan benda itu ke main wall gallery.
Helaan napasnya nampak seberat beton.
"Tell me what should I do with this card, G."
"Aku sama sekali gak tahu."
"Kamu tahu Summerville Mini House aku gak?" Gabriel selalu mendatangi kekasihnya dengan senyum sampai kedua matanya juga ikut melengkung lucu. Gadis berponi itu menghampirinya di lorong rak perpustakaan saat jam istirahat baru akan dimulai lima menit dari sekarang. "Kamu kenapa ikut ke sini?"
Gabriel terkikik. "Nyusulin kamu."
Laki-laki yang masih belum selesai dengan urusannya menata kembali buku-buku yang dipinjam kelas mereka langsung menatap galak gadis itu. "Ini belum waktunya break, ya."
"Dipotong sedikit kan gak apa-apa waktu belajarnya."
Rae tak menjawab, masih menyelesaikan tatanan buku di rak bagian Sains yang harus rapi tanpa cela.
"Kamu tahu Summerville Mini House aku, kannn?" ulang si perempuan. Kali ini disertai dengan gerakan kepalanya yang miring menjauhi rak, berusaha menarik perhatian lawan bicaranya.
Setelah buku di tangannya habis, Rae berputar menghadap Gabriel sepenuhnya. "Tahu. Kan kita pernah bikin acara Summerville Camp di sana, dulu. Waktu kita tahun pertama masuk Saintama."
"Aku lagi bikin sesuatu di sana tahu," katanya bangga.
"Bikin sesuatu apa tuh? Aku boleh tahu?" Rae menghargai antusias kekasihnya dengan membalasnya dengan antusias yang sama.
Gabriel menggeleng ribut.
"Kok gitu?" Perempuan itu yang tadi menghampirinya duluan, tidak ada angin tidak ada hujan tiba-tiba membicarakan Summerville House. Lalu sekarang menolak untuk memberitahu setelah berhasil membuatnya penasaran. Ajaib sekali kekasih cantiknya ini.
"Nanti kamu boleh dateng ke sana kalau udah selesai."
"Terus tadi maksudnya cuma mau pamer aja?"
Anggukan Gabriel diiringi suara intro pengumuman waktu istirahat yang sudah dimulai detik itu. Dilanjut pengumuman masing-masing ketua kelas yang diminta datang ke ruang sekretariat SSC selesai waktu istirahat untuk membahas ketentuan class meeting bersama presiden sekolah mereka---Noah.
"Kamu mau aku dateng ke sana, G?"
***
Bekasi, 23 Juli 2023
KAMU SEDANG MEMBACA
Who Killed My G? (END)
Mystery / ThrillerMenghilangnya Gabriel di akhir waktu liburan semester menjadi mimpi buruk bagi teman-teman terdekatnya. Quinn, Noah, Nael, Willa, Belle, dan Rae harus merelakan kepergian sahabat mereka sekaligus menjadi buronan polisi atas meninggalnya Gabriella S...