10. Silver-White Card

349 48 1
                                    

Sebuah ruangan kecil tak jauh dari private gallery milik Rae menjadi tempat untuk Kiar dan Yssabelle bertemu. Pihak sekolah dengan begitu mudah memperbolehkan Kiar masuk ke dalam wilayah Saintama dan diberi kebebasan untuk melakukan investigasi lanjutan. Meski begitu, akses yang dia punya hanyalah Guess Card biasa yang sifatnya sementara.

Yssabelle tersenyum mengejek secara tiba-tiba. Gadis itu mengeluarkan kartu Saintama dari saku seragam, lalu meletakkannya di atas meja tanpa ragu. Setiap kartu memiliki desain yang sama tanpa beda. Antara kartu biasa atau VIP hanya bisa dibedakan saat kartu-kartu tersebut dibaca oleh sistem.

"Well, you just wanna know about this card, right?"

Kiar melipat kedua tangan di depan dada setelah memujinya pintar.

"VIP S-card have unlimited access to all of Saintama's rooms, include for the private rooms which generally only be opened by the owner ... itself," papar Yssabelle di depan Kiar seolah tanpa beban. "I know you know about G's private room, already."

"Then, you can open that room?" tanya Kiar tanpa basa-basi. Pihak sekolah bisa saja membantunya untuk membuka pintu ruang belajar sebagai bentuk kooperatif mereka dalam proses investigasi kasus kematian Gabriel, namun semua itu jelas tidak gratis. Laki-laki itu akan diawasi selama proses penggeledahan berlangsung, terlalu dini untuk mengacak-acak ruangan itu.

Yssabelle tertawa. "Actually, no!"

Hari di mana Quinn menyuruhnya membuka pintu ruang belajar Gabriel, berakhir dengan banyak tanda tanya baru karena pintu ruangan itu tak dapat dibuka bahkan dengan kartu VIP-nya. Mereka mencoba tiga kali dan dalam tiga kali itu juga suara sensor gagal memindai kartu terus-menerus muncul.

Quinn mencegah Yssabelle mencoba untuk kali keempat. Tangannya ditahan sebelum mencapai permukaan pintu. "Don't! Your card can be blocked after three attemps."

"Bener Bell, kita cuma punya tiga kali kesempatan. Kartu lo bisa bermasalah." Noah ikut menjelaskan. Sebagai School President laki-laki itu lebih banyak tahu tentang kasus pelanggaran siswa-siswi Saintama tentang penyalahgunaan kartu.

Tapi di sini ia adalah seorang VIP. Yssabelle tidak melakukan pelanggaran apa-apa sebagai pemilik kartu yang bahkan bisa menerobos masuk ke ruang apapun, kapanpun ia mau.

"Gini, kartu VIP lo emang punya semua akses masuk ke ruangan di sekolah ini, termasuk kalau lo dateng after midnight." Nael berkata setelah mereka kembali ke study room milik Quinn. Laki-laki itu menautkan alis merasa serius dengan obrolan mereka. "Tapi lo gak pernah kepikiran untuk menerobos masuk ke ruangan kepala sekolah kita, kan?"

Yssabelle menggeleng. Ia tidak pernah suka merepotkan Zara dengan menciptakan banyak masalah di sekolah. Perempuan itu sudah cukup merasa kerepotan saat mengasisteni pimpinan dan mengurus hidup Yssabelle sebagai tugas tambahan.

"Mr. Joseph selalu di sana setiap gue datang."

"Lo gak akan bisa masuk ke sana tanpa izin karena Mr. Jo juga pemilik kartu VIP. Did you guys think about it?" Tatapan Nael beredar ke arah teman-temannya satu persatu.

Willa menyelipkan rambutnya ke belakang telinga. "Maksud kamu G juga pemilik kartu VIP?"

Pertanyaan perempuan itu lantas dibalas dengan anggukan. "Kartu VIP punya seluruh akses ruangan, kecuali ruangan pribadi pemilik kartu VIP yang lain."

Yssabelle mengulang kalimat Nael hari itu di depan Kiar sekarang.

Pria itu tampak berpikir keras.

Di balik fokusnya memperhatikan kuku-kuku jarinya yang panjang dibalut kutek warna-warni serupa warna kupu-kupu, Yssabelle masih bisa menangkap sorot mata Kiar yang kentara sekali menginginkan kartu Saintama miliknya.

"Humphh ... " Si perempuan hampir tertawa. Tangannya dibawa ke atas meja, menarik kursi sedikit lebih dekat untuk meraih kartu silver-white berisikan foto cantiknya dengan sangat mudah.

Kiar mendelik, merasa tak terima karena ditertawakan oleh bocah SMA di hadapannya.

"You want this?" ledek gadis itu. "Meski gak bisa dipakai untuk membuka tempat yang lo mau, something over here is always tempting, right?"

"Saya bisa menggeledah tempat itu kapanpun saya mau!" tegas Kiar, menolak keras persepsi Yssabelle tentang keinginan untuk memiliki kartu di tangannya. Meski dengan memiliki kartu itu, ia sama saja seperti melompati dua anak tangga sekaligus dan tugasnya akan lebih cepat selesai.

Kiar tetap harus waspada. Bocah di hadapannya ini lebih menyeramkan dari seorang pembunuh bayaran.

Yssabelle terdiam sambil mengetuk-ngetuk ujung kartu Saintama di atas permukaan meja. "Kapanpun ya? Hmm ... I don't think you can. Soalnya satu-satunya cara untuk membuka ruangan itu cuma pakai G's card! Bisa sih dibuka paksa, tapi tetap harus dengan persetujuan sistem yang pengurusannya gak sebentar. Maybe a month?"

"Are you sure you can wait that long?"

Pria itu lama tak bersuara.

"Bukannya detektif lebih gampang menemukan sesuatu ya dari pada menunggu sesuatu. Iya, kan?"

Yang dimaksud Yssabelle adalah kartu Saintama milik Gabriel yang masih belum ditemukan. Quinn bilang perempuan itu sudah menggeledah kamar sepupunya---secara diam-diam---dan kartu silver-white yang ia cari tak pernah ada di setiap sudut kamar. "Kemungkinan G bawa kartunya waktu dia hilang. Jadi, bisa aja kartu itu sekarang ada di tangan si pembunuh bajingan."

"Pembunuh G pakai access cardnya untuk masuk Saintama. Itu artinya Belle gak salah karena dia bukan satu-satunya pemegang kartu VIP. Orang itu pakai VIP S-card G!" Rae berkata menggebu-gebu hari itu.

Memikirkan bagaimana namanya tak lagi dituding-tuding menjadi tersangka yang ikut terlibat dalam pembunuhan Gabriel membuatnya sedikit merasa ringan. Yssabelle bisa bernapas sedikit lebih leluasa dari pada hari-hari sebelumnya. Mendengar update kasus setiap hari dari Zara yang ikut mati-matian membelanya, pewaris tunggal 4Seasons tak lantas merasa lega. Ia tetap merasa terbebani setiap keluarga atau teman-temannya menyinggung kartu VIP atas namanya.

Yssabelle ketakutan. Takut sekali rasanya sampai ingin menangis setiap waktu. Namun tak pernah ada yang tahu.

"Gue bisa bantu lo mecahin kasus ini," katanya serius setelah beberapa lama ikut termenung diam bersama Kiar. "Apa lo bisa dipercaya?"

Kiar memandanginya cukup lama. "Apa kamu juga bisa dipercaya?"

Perempuan itu sudah memikirkan ini sejak lama. Siapa yang harus ia percaya agar tak terjebak dalam permainan yang mereka mainkan. Kalimat Rae berputar-putar di kepalanya hampir semalaman.

'Kalau dia ingin bermain-main dengan kita, kenapa gak kita permainkan dia juga.'

Yssabelle sudah memutuskan. Ia mengangguk penuh keyakinan.

"Hubungi gue kapan pun lo butuh bantuan. Zara gak perlu tahu." Didorongnya sebuah kartu nama minimalis yang memuat alamat pribadi di luar kendali asisten keluarganya.

Kiar menerimanya tanpa banyak bicara. "Jangan terlalu percaya dengan teman-temanmu. Mereka semua berbahaya," katanya sebelum pergi meninggalkan ruang konseling yang tak pernah ramai, apalagi di jam belajar seperti sekarang.

Bertepatan dengan menghilangnya Kiar di balik pintu, sebuah notifikasi pesan masuk menyeret kembali kesadaran Yssabelle yang sempat kosong.

'Good girl, Yssabelle!'

Yssabelle menangis sejadi-jadinya.

***

Who Killed My G? (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang