"PENEMUAN JASAD DIDUGA GABRIELLA SOFYA GEMPARKAN SAINTAMA HIGH SCHOOL PAGI INI"
"JASAD GABRIELLA SOFYA DILARIKAN KE SUMMERCARE MEDICAL CENTER, BEGINI TANGGAPAN PUBLIK"
"SEMPAT DIKABARKAN HILANG, GABRIELLA SOFYA DITEMUKAN TAK BERNYAWA DI GUDANG SEKOLAHNYA"
"GABRIELLA SOFYA DIDUGA MENJADI KORBAN PENCULIKAN DAN PEMBUNUHAN BERENCANA"
"AHLI FORENSIK SMC UNGKAP PENYEBAB KEMATIAN GABRIELLA SOFYA KARENA KEKURANGAN OKSIGEN"
Quinn melebarkan mata, buru-buru melompat dari tempat tidur setelah membaca berita terakhir tentang Gabriel yang ia temukan di laman berita resmi wartawan Summerville.
"Papi, what is this?!" tembaknya langsung di depan seorang pria berkemeja putih yang sudah duduk rapi di kursi meja makan dengan iPad menyala terang memperlihatkan dokumen-dokumen kantor.
Tanpa perlu bersusah payah melihat apa yang ditunjukkan oleh si sulung, Sastranegoro sudah bisa menebak seratus persen inti permasalahan anak gadisnya di pagi hari yang cerah dan menenangkan ini. Diliriknya sekilas layar ponsel yang setengah dibanting di atas meja makan berbahan marmer, menampilkan artikel yang baru dirilis dua jam lalu. "Her funeral will be held tomorrow."
"Kan aku udah bilang, Pih, kematian G itu gak wajar. Dia punya lebam di kapala dan goresan panjang di dagu."
Quinn tak gentar meski nada bicara ayahnya terdengar kurang menyenangkan. Keluarganya memang terbiasa seperti itu, biasa bicara dengan nada dingin berintonasi rendah yang membuatnya jadi lebih segan. Cara mengimbanginya adalah dengan tidak banyak bicara kalau tidak diminta.
"You see it?"
Ditanya begitu oleh sang ayah membuat nyali Quinn menciut. Pasalnya dia memang tidak melihat kondisi Gabriel secara langsung, melainkan cerita dari teman-temannya yang secara tidak sengaja melihat keadaan di TKP hari itu.
"No-o, tapi Willa lihat semuanya, Pih. Willa ada di sana!"
"Don't trust too much with your friends!" balas Sastra penuh penekanan namun tetap tenang, masih dengan pembawaannya yang berwibawa.
"Why? Dia gak mungkin bohong soal ini sama aku."
Sastra tidak lagi ingin menjawab. Fokusnya kembali pada dokumen-dokumen penting yang baru dikirim oleh sekretaris kantornya melalui e-mail.
Seorang wanita cantik keluar dari kamar dengan penampilan kantor yang seperti biasa. Dress hitam pendek keluaran The 4our tahun lalu, berlapis blazer croptop berwarna senada dengan aksen putih di bagian lengan yang semakin menambah kesan elegan di tubuh ideal ibu dua anak itu.
Quinn terpana. Sesaat memuji kecantikan ibunya sendiri dalam hati.
"Be careful with your friends. We never know what their secret is." Airine berkata tenang sembari mengolesi roti tawar dengan selai yang ia mau. Bibir merah anggurnya bergerak meneriaki seorang anak laki-laki berseragam Saintama yang berjalan lambat menuruni anak tangga.
"Hurry up, Clay! It's your first day school."
"I thought second." Anak itu berujar tanpa berpaling dari layar Nintendo Switch yang tak pernah lupa ia bawa ke manapun. Clay resmi menjadi siswa Saintama setelah lulus dari Global-Tech International School Singapore semester lalu.
"Ini gak adil, Mih."
Airine mengangkat kepala untuk bertatapan langsung dengan mata sang putri yang masih banyak memancarkan kekhawatiran tak mendasar. Sesuatu yang paling tak ia suka dari darah dagingnya sendiri. "Tahu apa kamu soal keadilan, hm?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Who Killed My G? (END)
Mystery / ThrillerMenghilangnya Gabriel di akhir waktu liburan semester menjadi mimpi buruk bagi teman-teman terdekatnya. Quinn, Noah, Nael, Willa, Belle, dan Rae harus merelakan kepergian sahabat mereka sekaligus menjadi buronan polisi atas meninggalnya Gabriella S...