23. The G's Fault

366 41 18
                                    

"Lo baru aja kehilangan partner, kan? Gimana rasanya?" Quinn duduk di depan seorang laki-laki yang menyambutnya dengan senyum merekah seolah mereka adalah dua orang yang kenal dekat. "Puas udah nusuk partner lo sendiri dari belakang?" tuduhnya diiringi dengan seulas senyum mengejek.

Kiar tergelak tanpa alasan.

Mereka membuat janji bertemu di salah satu kedai kopi Starbuck dekat wilayah Saintama untuk membicarakan sesuatu yang sangat penting---menurut Kiar---yang mau tak mau disetujui oleh putri sulung pemilik Summerville. Laki-laki itu mendorong segelas es kopi untuk Quinn yang secara inisiatif sudah ia pesankan sebelum bocah sekolah itu datang.

"Gak lo kasih racun kan ini?" sarkasnya, serta merta menuduh Kiar melakukan tindak kejahatan lagi.

"Saya gak akan membunuh seseorang tanpa alasan, Nona. Tidak seperti kamu."

Kali ini Quinn yang tergelak. Ia meminum es kopi yang dipesankan Kiar tanpa perasaan ragu atau takut. Kalau ia mati di tangan Kiar, Kiar juga pasti akan mati di tangan ayahnya. Quinn tidak perlu repot-repot menggentayangi laki-laki itu untuk membalas dendam. "Lo gak lebih tahu dari yang gue kira ternyata," oloknya.

"Saya gak mungkin dibayar kalau saya gak tahu apa-apa," sangkal Kiar. "Saya tahu kamu dalang di balik semua ini, kamu pura-pura bingung dan ketakutan di depan teman-temanmu supaya mereka percaya bahwa pelakunya adalah pihak luar. Kamu juga menggiring opini mereka untuk mencurigai saya sebagai tersangka, kan?"

Kiar tersenyum, merasa menang atas apa yang dia utarakan sendiri.

Quinn mengangguk tanpa beban. "Terus?"

Ekspresi wajah Kiar sedikit meredup setelahnya. Laki-laki itu berpikir bahwa Quinn akan memiliki banyak alasan untuk menyangkal, menyudutkannya seolah-olah dialah yang bersalah. Ia tak berekspektasi bahwa gadis belasan tahun ini akan secepat itu mengakui kejahatannya. Meski begitu, Kiar tetap akan melanjutkan perbincangan mereka. "Kalau kamu berpikir bahwa saya dibayar untuk menangkap pembunuh Gabriel, kamu salah. Tuan Sastra menyuruh saya untuk melindungi putri sulung tercintanya: Nona Moanaro."

Kepercayaan diri Kiar kembali setelah Quinn tak menanggapi apa-apa. Gadis itu diam tak berkutik mencerna kalimat yang laki-laki itu ucapkan satu menit lalu.

"Dan, soal video itu ... saya gak melakukan apa-apa. Saya memang ditugaskan untuk melindungi kamu, tapi membuntuti pasangan di bawah umur seperti mereka ke diskotik rasanya cuma buang-buang waktu saya aja. Lagi pula, Yssabelle juga partner yang baik dan manis, saya gak akan tega melukainya."

Quinn berdecih. Omong kosong macam apa itu. "Sejak kapan lo punya hati nurani?"

"Sejak kamu dengan bodohnya menuduh saya sebagai pemilik video aneh itu. Kamu terlalu baper sama skenario yang kamu buat sendiri. Seharusnya tugas kamu itu cuman bikin mereka percaya kalau saya penjahatnya, bukan ikut percaya kalau saya beneran penjahatnya."

Perempuan itu mengepalkan tangan di atas paha. Ia seperti sedang diejek habis-habisan oleh laki-laki dewasa yang tertawa di akhir kalimatnya tadi.

"Saya dengar informasi video itu diacak-acak, ya?"

Quinn hanya menatapnya tanpa memberikan jawaban apa-apa. Dia tidak perlu bicara apapun soal kasus ini sekarang di hadapan Kiar. Biar hanya laki-laki itu yang banyak bicara.

"Kamu gak curiga siapa yang bisa mengacak-acak video itu dengan rapi?" tanyanya yang juga tidak memerlukan jawaban apa-apa. "Wah, tugas saya bertambah satu lagi, bayaran saya juga harus lebih mahal dari pada ini. Mungkin senilai isi silver-white card milik Gabriel? Gimana menurutmu, Nona Moanaro?"

"Jangan pernah macem-macem!" Quinn tahu ayahnya bukan orang yang sembarangan bisa diperas, ayahnya tak takut ancaman---kecuali itu menyangkut keluarganya. Arah pembicaraan Kiar jelas merujuk pada Clay. Anak itu pasti mulai dicurigai karena banyak ikut campur urusannya.

Who Killed My G? (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang