Kelihaian sang Iblis

1.2K 36 3
                                    


#seperti biasa dimohon kesadaran dan pengakuan diri. Jika anda belum dewasa jangan baca ini, jika anda berdosa dan sampai melakukan hal yang lain jangan salahkan author. Enjoy the chapter!


Aksa dan Anganita segera mengambil tindakan setelah mengetahui bahwa dua anak kembar bernama Adi dan Aldi yang sedang mengendalikan tubuh Bu Nia. 

"Cepat katakan, dari mana kalian mendapatkan kertas mantra itu?" desak Anganita, matanya menatap tajam pada Adi dan Aldi yang masih berada di dalam tubuh Bu Nia.

Adit dan Radit tampak ketakutan melihat ancaman Anganita. Dengan terbata-bata, mereka mengakui bahwa mereka menemukan kertas mantra itu secara tidak sengaja dan mencoba memanfaatkannya untuk mengendalikan tubuh Bu Nia demi memenuhi fantasi liar mereka.

"Kami... kami hanya iseng mencoba-coba. Kami tidak tahu kalau akan jadi seperti ini," ujar Bu Nia dengan wajah ketakutan.

Anganita menggeram marah, "Kalian pikir ini hanya permainan? Kalian telah melakukan tindakan keji dan memanfaatkan tubuh orang lain untuk kepuasan kalian sendiri!"

Kepala Bu Nia hanya bisa menunduk, seakan dua anak kembar itu tak berani membantah perkataan Anganita yang penuh kemarahan. Selanjutnya aksa menemukan tubuh si kembar adit dan radit yang mengendalikan tubuh Bu Nia di ruangan itu. Aksa yang menyaksikan kemarahan Anganita hanya bisa terdiam, merasa bahwa dirinya sedikit lebih beruntung Anganita tidak tahu banyak apa aja yang pernah ia lakukan.

Dengan lembut, Anganita menekan kepala Bu Nia, berusaha membebaskannya dari kendali anak-anak nakal itu. Bu Nia pun pingsan. Tak berselang lama Bu Nia terbangun. Wajah Bu Nia tampak kacau dengan pakaian yang berantakan. Ia menatap Anganita dan Aksa dengan pandangan bingung dan malu.

Setelah itu Adit dan Radit terbangun. Aksa pun menangkap kedua anak nakal itu dan memastikan Adit dan Radit segera mengakui perbuatan mereka, Anganita pun segera membebaskan Bu Nia dari kendali kedua anak itu. 

"Aksa, tolong bawa anak-anak itu ke ruangan kosong di sebelah. Nanti akan ada anggota Ordo Sakral yang datang untuk memeriksa mereka, aku telah menghubungi mereka" perintah Anganita.

"kita tak bisa menunggunya disini bersama?" kata Aksa melihat ke arah An dan tak sengaja melihat kembali Bu Nia yang sedang merapikan pakaiannya

"Aksa.... kau mesum. CEPAT KELUAR SANA!" teriak Anganita

Aksa mengangguk patuh dan segera keluar, lalu dengan hati-hati menuntun Adit dan Radit serta teman-teman penjahat kecilnya keluar dari ruangan itu. Anganita sendiri membantu Bu Nia merapikan pakaiannya, sementara ekspresi cemberut tergambar jelas di wajahnya. Sepertinya ia masih kesal dengan apa yang telah terjadi.

***

Aksa dengan cepat mengamankan Andi, Budi, dan Dani, menuntun mereka ke ruangan kosong di sebelah. Ia lalu menoleh ke arah Adi dan Radit, meminta mereka untuk menunjukkan di mana kertas mantra itu disimpan.

Namun, tiba-tiba saja tali mistis yang mengikat Adit dan Radit terlepas. Aksa masih tidak sadar dan sempat menoleh karena di dalam ruangan Andi, Budi, dan Dani sempat berisik. Kedua anak kembar itu saling bertukar pandang, lalu Adi berbisik pelan ke Radit, "Ayo, kita kabur bersembunyi!"

Tanpa peringatan, Adit dan Radit segera berlari keluar ruangan, meninggalkan Andi, Budi, dan Dani yang masih terikat. Aksa terkejut melihat aksi kedua anak itu, namun ia segera bergegas mengejar mereka, karena hanya Adi dan Radit yang tahu di mana kertas mantra disimpan.

"Hei, kalian berdua! Jangan coba-coba lari!" seru Aksa sambil berusaha mengejar Adit dan Radit.

Adit dan Radit berlari sekuat tenaga menyusuri koridor sekolah yang sepi. Napas mereka memburu, wajah mereka tampak panik. Tiba-tiba, kedua anak itu berhenti dan menoleh ke belakang. Aksa hampir saja menangkap mereka, namun dengan sigap Adit dan Radit mengelak dan kembali berlari.

Angan AksaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang