Sampingan: Trio Pengelana di Tubuh Bu Rara 3

270 12 3
                                    

Bro ingat ya :D sepert biasa dimohon kesadaran dan pengakuan diri. Jika anda belum dewasa jangan baca ini, jika anda berdosa dan sampai melakukan hal yang lain ya jangan salahkan author. Enjoy the chapter


Kadek, Adit, dan Said menikmati keistimewaan kekuatn yang mereka temukan. Biasanya 3 hari salah satu dari mereka akan merasuki secara penuh 24 jam tubuh Bu Rara. Mereka menikmati menjadi Bu Rara secara penuh. Biasanya mereka akan membawa Hape mereka sendiri juga saat masuk di tubuh Bu Rara. Batas 3 hari adalah batas mereka dapat merasuki Bu Rara. Salah satu akan masuk ke Lemari yang mereka mantrai itu. Setelah itu biasanya tubuh teman mereka yang lain akan terjatuh keluar dari lemari ruangan itu yang sudah mereka mantrai. 

Mereka memanfaatkan tubuh Bu Rara untuk skripsi mereka. Terkadang kalau bosan mereka akan memainkan Tubuh Bu Rara. kadang bersama-sama, kadang sendiri-sendiri. Mereka memakainya hingga mereka sidang.

Hari sidang akhirnya tiba, Pagi ini adalah Sidang Skripsi dari Adit. Ini akan menjadi sidang yang paling terakhir diantara Ketiga mahasiswa tersebut. Meskipun begitu mereka masih terlihat saling memberikan dukungan satu sama lain. Dukungan yang dimaksud adalah bahwa jika salah satu dari mereka sedang menjalani sidang, para mahasiswa yang lain akan merasuki tubuh Bu Rara dan memberikan jawaban yang tepat dan terperinci atas pertanyaan yang diajukan oleh dosen penguji. 

Bu Rara juga menjabat sebagai sekretaris jurusan, mereka yakin bahwa perkataannya akan didengar dengan cukup serius. Dengan keyakinan ini, mereka memasuki sidang dengan rasa percaya diri yang tinggi.

Di ruang sidang yang sunyi itu, Adit berdiri dengan gugup di depan para penguji dalam sidang skripsinya. Di antara mereka, Bu Rara (yang dirasuki oleh Said) duduk dengan tenang, memperhatikan jalannya sidang.

Adit memulai presentasinya dengan nada sedikit gemetar, "Sebelumnya, terima kasih kepada Bu Nurul sebagai tim penguji dan Bu Rara sebagai pembimbing saya atas kesempatan ini. Penelitian saya berfokus pada dampak perubahan lingkungan perkotaan terhadap kesehatan mental masyarakat. Pertama-tama apa itu kesehatan mental? kesehatan mental ialah...." 

Adit mengolah nada bicaranya dengan baik selama presentasi itu. Tak lama setelah itu Adit menutup Presentasinya dalam waktu 15 menit. Lalu inilah saatnya tanya jawab. Dosen penguji tersebut melihat Bu Rara seakan meminta izin bertanya duluan. Dosen tersebut bernama Bu Nurul. Ia tidak terkenal kejam tapi teliti. Dosen tersebut pun mulai bertanya.

Bu Nurul, salah satu penguji, mengangguk dengan ekspresi serius. "Menarik. Coba anda jelaskan lebih rinci metodologi yang anda gunakan dalam penelitian ini."

Adit menarik napas panjang sebelum menjawab, "Dalam penelitian ini, saya menggunakan pendekatan kuantitatif dengan menyebarkan kuesioner kepada sampel masyarakat di beberapa wilayah kota terdampak perubahan lingkungan. Kami mengevaluasi tingkat stres, kecemasan, dan depresi yang dialami oleh responden."

"Ah, begitu ya. Lalu, bagaimana anda memastikan bahwa faktor-faktor lain tidak mempengaruhi hasil penelitian anda?" tanya Bu Nurul dengan alis berkerut.

Sebelum Adit sempat menjawab, tiba-tiba Said (yang merasuki tubuh Bu Rara) angkat suara, "Bu Nurul, Sebelumnya Adit telah melakukan pengendalian terhadap faktor-faktor yang berpotensi mempengaruhi hasil penelitian. Dia memperhatikan variabel-variabel seperti usia, jenis kelamin, dan status sosial ekonomi responden. Dalam analisisnya, ia juga mempertimbangkan pengaruh dukungan sosial dan gaya hidup yang dapat mempengaruhi kesehatan mental."

Adit menatap Bu Rara (Said) dengan tatapan lega, seolah-olah mendapat bantuan yang tak terduga. Bu Nurul mengangguk-angguk, tampak cukup puas dengan penjelasan tambahan tersebut.

"Baik, terima kasih Bu Rara. Lalu, bagaimana anda menyimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara perubahan lingkungan dan kesehatan mental masyarakat?" tanya Bu Nurul lagi.

Angan AksaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang