Aksa melesat ke udara dengan kecepatan yang tak terbayangkan, meninggalkan jejak cahaya biru bercahaya di belakangnya. Tubuhnya terasa ringan seperti angin, namun kekuatannya bagai badai yang tak tertahankan. Dari kehampaan, ia menarik pedang gaib, senjata mistis yang tampak seperti berkabut biru pekat dengan ujung tajam berkilauan. Tanpa ragu, Aksa menghunuskan pedangnya dan menerjang Kalikamaya dengan presisi mematikan.
Benturan epik terjadi di udara. Setiap tebasan dan tusukan pedang Aksa bertemu dengan pedang besar Kalikamaya, memercikkan percikan cahaya dan kegelapan yang membelah langit di atas mereka. Ledakan energi dari benturan itu mengguncang tanah di bawah mereka, menyebabkan retakan besar yang seakan ingin menelan dunia.
Setiap gerakan Aksa sempurna—cepat, tepat, dan terkendali. Tak ada amarah yang mengaburkan pikirannya, hanya fokus dan ketenangan. Ia adalah perpaduan sempurna antara kekuatan gaib dan jiwa manusia. Kalikamaya, meski masih kuat, mulai merasa terdesak. Ia tahu bahwa sosok di depannya bukan lagi sekadar manusia—ini adalah lawan yang diberkahi kekuatan dari masa lalu.
Kalikamaya memutar pedangnya dan meluncurkan tebasan besar penuh amarah. Aksa menangkis serangan itu, tapi tiba-tiba, seperti yang ia alami dalam mimpinya, tubuhnya terjerat benang mistis yang kuat dan tak terlihat. Benang itu melilit tubuhnya erat-erat, menahannya di tempat.
"Aku sudah pernah melihat ini..." gumam Aksa, teringat pada mimpi buruk yang terus menghantui pikirannya.
Kalikamaya tertawa keji. "Kau akan berakhir di sini, Aksa. Sama seperti mimpimu... kau takkan lolos kali ini!" Dengan senyum jahat, ia mengangkat pedangnya, bersiap menebas Aksa yang terperangkap.
Kedatangan Tombak Sumatera di langit.
Namun tepat saat pedang Kalikamaya hampir menghunus tubuh Aksa, sebuah tombak misterius melesat dari kejauhan, berputar di udara seperti kilat. Tombak itu menembus pertahanan Kalikamaya dan menghantam tubuh Anganita yang dikuasai iblis dengan kekuatan dahsyat. Iblis itu meraung, kehilangan kendali atas tubuh yang ia huni.
Aksa melihat sekilas simbol unik di tombak itu dan segera mengenalinya. Itu adalah tombak Sumatera. Keberadaan tombak ini seolah menegaskan bahwa sejarah keluarganya dan takdirnya telah lama dirajut bersama dalam perjalanan melawan iblis ini.
Dengan tombak Sumatera yang menusuk tubuh Anganita, ikatan mistis yang melilit tubuh Aksa seketika mengendur dan pecah. Kebebasannya datang pada saat yang tepat.
Aksa menggenggam kembali pedang gaibnya. Ia menatap Kalikamaya dengan mata yang bersinar tajam. "Seperti yang kakekku mulai denganmu," katanya dengan nada tegas, "kini aku, keturunannya, akan mengakhiri kisahmu."
Dengan teriakan penuh kekuatan, Aksa melesat ke depan dan menghunuskan pedang gaibnya. Senjata itu menembus tubuh Anganita, tapi anehnya, tak ada darah yang mengalir. Pedang gaib itu langsung menyentuh esensi iblis Kalikamaya yang tersembunyi di dalam tubuhnya. Dalam sekejap, energi kegelapan yang menyelimuti Anganita bergetar, lalu terkoyak oleh cahaya dari pedang Aksa.
Iblis itu meraung kesakitan. Cahaya biru terang dari pedang Aksa memotong Kalikamaya hingga ke inti keberadaannya. Energinya hancur, terurai, dan menguap seperti asap dihembus angin. Dalam hitungan detik, wujud iblis itu benar-benar lenyap, meninggalkan tubuh Anganita yang melayang tak berdaya di udara.
Dengan lenyapnya iblis itu, tubuh Anganita jatuh ke tanah, diikuti oleh kitab gaib yang merosot dari tangannya. Aksa melompat turun, menangkap tubuh Anganita sebelum ia terbanting keras ke tanah. Dengan napas tersengal, Anganita membuka matanya. Ia tampak bingung dan ketakutan.
"Apa yang terjadi?" tanya Anganita dengan suara lemah.
"Kau sudah bebas," kata Aksa lembut, membantu Anganita berdiri. "Iblis Kegelapan itu tak akan menyentuhmu lagi."
Anganita menatap Aksa dengan ekspresi penuh syukur. "Terima kasih..." bisiknya, terlihat tulus.
Namun, di balik senyuman lembutnya, sesuatu yang gelap bersembunyi. Sebelum Aksa bisa bereaksi, Anganita dengan cepat melilitkan benang mistis ke tubuh Aksa, membuatnya kembali terperangkap. Aksa terkejut, tapi tubuhnya sudah terikat terlalu rapat untuk melawan.
"Kau sungguh naif, Aksa," kata Anganita dengan suara licik. Ia meraih kitab gaib yang jatuh di dekat mereka dan menggenggamnya erat-erat.
Anganita, dengan senyum licik di wajahnya, melilitkan benang mistis semakin erat di tubuh Aksa. "Terima kasih, Aksa, kau sudah mengatasi iblis itu" ucapnya dengan nada puas, "berkatmu, kitab ini kini milikku." Ia tertawa puas sembari menggenggam erat kitab gaib yang baru saja ia ambil.
Namun, di dalam tubuh Anganita, Andre—yang masih bersembunyi dan menunggu kesempatannya—tak sabar untuk mengaktifkan kekuatan besar dalam kitab itu. Dengan penuh kegembiraan, Anganita membuka halaman-halaman kitab tersebut.
Tapi begitu lembar pertama terbuka, wajah Anganita langsung berubah pucat. Kitab itu kosong.
"Tidak... ini tidak mungkin!" Anganita bergumam bingung, berusaha membalik halaman-halaman dengan cepat, tapi tak ada satu pun mantra atau kekuatan di dalamnya.
Aksa tersenyum sinis. "Kau benar-benar berpikir bisa mengendalikan kekuatan itu?" tanyanya dengan nada mengejek.
Seketika, Aksa meretakkan dan menghancurkan benang mistis yang menjerat tubuhnya dengan satu tarikan kuat, membuat lilitan itu meleleh menjadi serpihan energi. Anganita, menyadari bahwa Aksa sudah bebas, tak punya banyak waktu untuk berpikir.
Dengan cepat, ia meraih pulpen ajaib dari sakunya. Pulpen itu tampak sederhana, tapi memancarkan aura mistis. Anganita menatap Aksa dengan tatapan penuh kebencian dan menusukkan pulpen itu ke arahnya. Pulpen ini memiliki kekuatan mengerikan: siapa pun yang tertusuk akan mengempis dan berubah menjadi kostum kosong.
Namun, sesuatu yang mengejutkan terjadi—Aksa tak terpengaruh sama sekali. Ia berdiri tegak, tanpa rasa sakit atau perubahan. Anganita tertegun, matanya membelalak tak percaya.
"Sayang sekali," kata Aksa sambil menyeringai, "pulpen ini hanya bekerja pada perempuan."
Ekspresi wajah Anganita langsung berubah menjadi ketakutan yang mendalam. Ia mundur selangkah, tapi sudah terlambat.
Aksa merampas pulpen itu dari tangannya dengan gerakan cepat dan menusukkannya kembali—kali ini tepat ke tubuh Anganita.
"Aaaahhh!" Anganita menjerit, tubuhnya mulai menyusut. Wujudnya mengempis, kulitnya seolah kehilangan nyawa, dan dalam hitungan detik, ia berubah menjadi kostum kosong yang jatuh ke tanah dengan suara lembut.
Saat kostum itu mendarat, Andre muncul dari dalamnya, tubuh aslinya terlempar keluar seperti dipaksa melintasi celah dimensi. Ia terjatuh dengan bunyi gedebuk keras, terengah-engah dan kebingungan. Sebelum Andre bisa bereaksi, Aksa sudah di hadapannya.
"Dimana bajingan yang tadi mengancamku dengan badan Anganita hah!?"
Tanpa memberi kesempatan bagi Andre untuk berbicara, Aksa menghajarnya habis-habisan. Setiap pukulan Aksa tepat sasaran, menghantam dengan kekuatan yang penuh amarah namun terkontrol. Andre tak bisa melawan; tubuhnya sudah terlalu lemah dan tak siap menghadapi kekuatan Aksa yang sekarang.
"Aku sudah memperingatkanmu," kata Aksa sambil menarik Andre dari tanah dan menatapnya tajam. "Kisah kakekku dengan iblis itu berakhir di sini—dan kau, Andre, adalah bagian terakhir yang harus kutuntaskan."
Andre hanya bisa mengerang kesakitan saat Aksa melemparkannya ke tanah dengan satu pukulan terakhir. Dengan Andre yang terbaring tak berdaya dan kitab kosong di sampingnya, Aksa mengembuskan napas panjang.
Langit di atas mereka kini mulai cerah kembali, seperti memberikan pertanda bahwa ancaman kegelapan telah berakhir—untuk sekarang. Namun Aksa tahu, ini bukanlah akhir dari segalanya.
Ia menatap kostum kosong Anganita di tanah, lalu menatap Andre yang tak sadarkan diri. Ada banyak pertanyaan yang masih tersisa, dan mungkin lebih banyak ancaman yang menunggu di masa depan. Tapi untuk saat ini, pertempuran telah dimenangkan.
Aksa menyimpan pulpen ajaib itu di sakunya, memutar pedangnya kembali ke dalam kehampaan, dan melangkah pergi dengan tenang, meninggalkan Andre terbaring dalam kekalahan total.
KAMU SEDANG MEMBACA
Angan Aksa
ParanormalAksa adalah seorang remaja laki-laki yang cukup nakal. Sekarang ia akan mengikuti sebuah magang yang diadakan oleh SMK tempat dia sekarang belajar. Tidak pernah dibayangkan di tempat dia magang, Aksa akan mendapatkan sesuatu yang aneh. Apakah Angan...