Sampingan: Pulpen Skinsuit(2)

966 27 11
                                    


#seperti biasa dimohon kesadaran dan pengakuan diri. Jika anda belum dewasa jangan baca ini, jika anda berdosa dan sampai melakukan hal yang lain jangan salahkan author. Enjoy the chapter!

Cerita pun terus berlanjut. Andre, yang kini telah menyatu dengan tubuh ibu Azza, merasakan segala ingatan dan kenangan yang dimiliki oleh wanita itu. Seolah-olah ia adalah ibu Azza yang sesungguhnya. Perasaan yang kini dapat Andre rasakan dipenuhi oleh rasa kemenangan dan kepuasan yang luar biasa.

Dengan senyum puas, Andre - yang kini menjadi ibu Azza - perlahan membuka matanya. Ia menatap cermin di depannya, memperhatikan setiap detail tubuh ibu Azza yang kini menjadi miliknya.

"Hmm, jadi namaku Nuriyah Hidayah, ya?" ujar Andre dengan nada manja. "Umurku 45 tahun, tapi tubuhku masih terlihat seksi. Ukuran BH-ku 36D, lho. Wah, tidak kusangka ibu Azza punya payudara sebesar ini."

Andre lalu mulai menelusuri lekuk tubuh Nurul dengan gerakan sensual. Ia meremas-remas payudara Nurul dengan gerakan menggoda, seolah sedang mempelajari setiap inchi tubuh wanita itu.

"Ah, benar-benar tubuh yang luar biasa," gumam Andre sambil menyeringai. "Tidak heran jika ibu Azza begitu disegani di yayasan kampus... hahaha... Dengan tubuh dan pengaruh seperti ini, jelas aku bisa melakukan apapun yang aku mau."

"Sekarang, saatnya aku memulai rencana besarku," gumam Andre, terkekeh pelan. Tidak ada lagi yang bisa menghalangi rencana jahatnya Andre.

Perlahan, ia membuka satu per satu kancing blus yang dikenakan Nurul, membiarkan payudara sintalnya terekspos. Dengan tatapan lapar, Andre menjilat bibirnya sendiri, membayangkan segala kemungkinan yang dapat ia lakukan dengan tubuh barunya.

Bu Nur, yang kini berada di bawah kendali penuh Andre, mulai menelusuri tubuhnya sendiri dengan gerakan sensual. Meskipun masih mengenakan pakaian kerja yang tertutup, termasuk jilbabnya, wanita itu tampak tak peduli dengan apa yang akan dilakukannya.

Perlahan, tangan Bu Nur mulai meraba-raba area intimnya yang tertutup. Ia membelai dan menekan-nekan dengan gerakan menggoda, membuat ekspresi wajahnya berubah menjadi penuh gairah.

Dengan gerakan sensual, tangan Bu Nurul menjelajahi seluruh tubuhnya sendiri. Jemarinya meremas dan mencubit area payudaranya sensitifnya dengan ganas, membuat wanita itu mengerang penuh kenikmatan. "Aaahhh... Ya, begitu nikmat!" erangnya, suaranya bergetar menahan gejolak hasrat.

"Hmm, rasanya nikmat sekali," desah Bu Nur , mata sayunya terpejam. "Tapi sepertinya masih kurang. tubuh Ibu ini butuh sesuatu yang lebih..."

Tiba-tiba, wanita itu dengan kasar menampar bagian intimnya sendiri, membuat dirinya mengerang kesakitan sekaligus kenikmatan. Ia terus melakukan hal itu, seolah-olah sedang menghukum dirinya sendiri.

Tak puas hanya sampai di situ, Andre yang mengendalikan tubuh Bu Nurul kemudian dengan kasar membuka kemeja wanita itu, membiarkan payudaranya yang sintal terekspos. Tanpa belas kasih, ia menampar area sensitif itu, membuat Bu Nurul menjerit tertahan.

"Argh! Ya... Lebih keras lagi..." pinta Bu Nurul di sela-sela jeritan kesakitannya. Ia menarik-narik putingnya dengan kasar, seolah ingin merasakan sensasi yang lebih menyakitkan "Ah, ya... Seperti itu!" pekik Bu Nur di sela-sela lenguhannya. "DASAR PELACUR...Ibu sepertinya butuh hukuman... Ibu nakal dan kotor, harus dihukum!"

Andre, yang mengendalikan tubuh Bu Nur , menyeringai puas menyaksikan pemandangan itu. Bu Nur , yang dikendalikan sepenuhnya oleh Andre, makin menjadi jadi dan terus menyiksa dirinya sendiri dengan gerakan-gerakan kasar. "Seharusnya kau tadi tidak melawanku Bu... hehe" Tangannya menampar dan memukuli area intimnya dengan kuat, membuat dirinya mengerang penuh kenikmatan. Andre membiarkan jilbab wanita itu tetap terpasang, menambah kesan sensual dan taboo dalam adegan penyiksaan diri ini.

Angan AksaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang