"Ada apa?" Rayya menatap Samael yang sedari terdiam seraya melihat layar ponsel. "Terjadi sesuatu sama Kale?" tanyanya lagi saat sekilas melihat isi chat Samael dan Kale.
"Nggak." Samael tersenyum kecil. "Cuma akhir-akhir ini dia susah banget dihubungi. Dichat lama banget balesnya."
"Mungkin dia sibuk, dia habis ujian, kan. Mungkin baru sekarang santainya."
Samael menghela napas panjang, inginnya percaya pada perkataan Rayya, tetapi dia selalu merasa ada yang janggal semenjak kedatangan Kale malam itu. Itu adalah kali pertama Kale pulang ke rumah tanpa diminta, raut wajahnya seolah sedang putus asa, seolah ingin mengatakan sesuatu yang dipendam.
"Atau gimana kalau kamu ajak Kale tinggal di rumah pas liburan nanti. Tante Rima pasti nggak akan keberatan."
Samael sudah memikirkan hal itu, dia sudah lama berencana untuk mengajak Kale tinggal selama liburan sekolah.
"Eh, apa ini pacarnya Kale itu? Imut, ya." Rayya tersenyum seraya menunjukkan status Whatsapps Kale pada Samael. Sebenarnya foto itu hanya memperlihatkan orang-orang yang sedang bermain basket di lapangan, tetapi sengaja atau tidak, sebenarnya fokus kamera Kale tertuju pada seorang gadis yang duduk di pinggir lapangan sambil membaca buku.
Samael langsung melihat SW Kale lalu tersenyum, ini pertama kalinya Kale menunjukkan foto pacarnya secara terang-terangnya. "Bilangnya nggak akan suka, tapi ternyata malah bucin."
Rayya menatap Samael.
"Kale bilang kalau gadis ini menyukai Daffa, tapi dia salah 'nembak'. Jadinya malah 'nembak' Kale karena baru tau kalau Daffa udah punya pacar."
Rayya tidak bisa menahan kekehannya. "Ahh, apa sekarang gadis ini masih suka sama Daffa? Keliatannya Kale suka banget sama gadis ini." Tatapannya terlihat hangat. "Ini pertama kalinya aku liat Kale suka sama seseorang, biasanya dia dingin banget."
Samael mengangguk. "Aku ngiranya dia nggak normal. Habis dia cuma ngabisin waktunya sama Daffa doang."
Rayya tertawa pelan. "Kapan-kapan kita makan bareng, kayaknya bakalan seru."
Sore itu setelah mengantar Rayya pulang, alih-alih pergi ke kantor seperti biasa, Samael malah pergi ke sekolah Kale, berniat mengajak adiknya makan malam sambil mengajak adiknya tinggal di rumah selama liburan.
Samael sudah berjalan hendak menyeberang ketika dia melihat Kale berjalan keluar dari gerbang sendirian lalu tidak lama kemudian Daffa datang bersama seorang cewek.
"Gue balik duluan." Suara Daffa terdengar sangat keras hingga terdengar oleh Samael. "Entar gue ke kontrakan lo bawa makanan."
Kening Samael berkerut samar mendengar kalimat terakhir Daffa.
"Lo pergi aja. Nggak perlu ke kontrakan." Kale mengalihkan pandangannya dan terus berjalan lurus.
Senyum di wajah Samael langsung menghilang, dia menatap punggung Kale dengan tatapan kosong. Mereka mengatakan soal kontrakan? Kontrakan siapa? Kenapa Kale berjalan berlawanan arah dengan rumah Rima?
Samael meninggalkan mobilnya dan diam-diam mengikuti Kale dari belakang. Untungnya Kale berjalan sambil menundukkan kepala sehingga tidak sadar bahwa di belakang ada seseorang yang mengikuti.
Semakin mengikuti Kale, Samael semakin sadar bahwa tempat yang dituju cowok itu bukan rumah Rima. Alih-alih masuk ke perumahan elit, dia malah dibawa masuk ke gang yang sedikit kumuh dan sempit. Terus berjalan melewati beberapa rumah yang berdempetan, melihat Kale yang sesekali menyapa pemilik rumah seolah sudah saling mengenal cukup lama, seolah cowok itu sudah lama tinggal di sini.
KAMU SEDANG MEMBACA
I WAS FINE
Teen Fiction(Tiga tahun sebelum I Was Here) Kale pikir dia akan baik-baik saja, meski dunianya mulai hancur, meski dia harus kehilangan ayahnya, meski dia ditolak berulang kali oleh Mamanya, meski dokter mendiagnosanya dengan penyakit mematikan, dia akan tetap...