Ada yang berbeda dengan sikap Kale akhir-akhir ini. Setelah pemakaman Gia beberapa Minggu yang lalu, alih-alih bersikap marah seperti yang lalu-lalu, kali ini sikapnya menjadi lebih tenang dan terkendali. Tapi entah mengapa Samael merasa janggal dengan sikap adiknya.
Samael tidak banyak bertanya karena tahu Kale tidak akan pernah menjawab apalagi menjelaskan isi otaknya yang mungkin sudah penuh. Hanya saja dia merasa sedikit khawatir, selain menjadi sangat pendiam, Kale juga sering pulang larut malam hingga pernah tidak pulang.
Seperti malam ini, ketika Samael pulang. Rumah masih gelap padahal jam sudah menunjukkan pukul sebelas malam. Dia mengambil ponsel dan menghubungi Kale, namun seperti biasa, adiknya tidak pernah lagi menjawab panggilannya.
Saat melewati kursi di ruang tamu, tatapannya tidak sengaja melirik sebuah kertas di atas meja. Awalnya dia berpikir bahwa kertas tersebut miliknya yang tidak sengaja ditaruh disana, tetapi entah mengapa dia merasa aneh. Dengan ragu dia mengambil kertas tersebut yang berisi catatan hukum yang dilanggar oleh seorang jaksa terkenal.
Kening Samael berkerut dalam, apa ini perbuatan Kale? Apa selama ini Kale sibuk kesana kemari untuk mencari hal ini? Tapi untuk apa? Kenapa Kale harus mencari kelemahan orang lain?
Saat Samael sibuk dengan pikirannya sendiri, tiba-tiba ponselnya bergetar. Bukan telepon dari Kale melainkan dari nomor yang tidak dikenal.
"Ha—"
"Mas Samael," ujar seseorang memotong sapaan Samael. "Ini saya, Adrian. Temennya Kale."
Entah mengapa perasaan Samael menjadi tidak enak. "Ya."
Napas Adrian terdengar memburu diantara suara gaduh di sekitarnya. "Kale. Kale kecelakaan." Suaranya tidak terdengar jelas karena suara teriakan yang semakin terdengar jelas. "... Sekarang Kale lagi dalam perjalanan ke rumah sakit."
Tanpa pikir panjang Samael langsung mengambil kunci motornya dan pergi ke rumah sakit tempat Kale dibawa. Seluruh kepalanya terisi penuh oleh penjelasan Adrian yang membuatnya tidak bisa berkata-kata.
"Kale sengaja menabrak motor Darren saat balapan."
Samael teringat bahwa Darren adalah satu satu orang yang menyebabkan Gia meninggal. Apa selama ini Kale merencanakan balas dendam pada orang-orang yang melecehkan Gia tanpa sepengetahuannya?
"Awalnya saya nggak setuju waktu Kale bilang dia mau ikutan balapan sama gengnya Darren. Tapi dia maksa, terus saya terpaksa setujuin. Tapi Mas, saya beneran nggak tau kalau Kale bakalan senekat itu nabrakin diri."
Samael berlari ke ruang UGD dan melihat Adrian juga sedang duduk di kursi tunggu. Dia menghampiri laki-laki itu sambil menahan diri untuk tidak memperlihatkan wajah kesal atau amarah yang dia rasakan sejak tadi.
"Kale masih di dalam." Adrian terlihat ragu-ragu. "Kondisi Kale nggak terlalu parah, tapi kondisi Darren yang mengkhawatirkan."
Rahang Samael mengeras, membayangkan apa yang akan terjadi pada Kale jika orangtua Darren tahu bahwa anaknya ditabrak oleh orang lain.
"Wali dari Kale Rashad?" Tiba-tiba dokter keluar dengan wajah serius. Dia melihat antara Samael dan Adrian.
"Saya." Samael melangkah maju. "Bagaimana kondisi Kale?"
"Kondisi pasien tidak terlalu parah hanya saja ada yang mau saya bicarakan berdua dengan Anda di ruangan saya."
Samael hanya mengangguk lalu mengikuti dokter ke ruangannya.
Di dalam ruangan, dokter menunjukan sebuah gambar CT-scan milik Kale yang berhasil membuat Samael merasa seolah jantungnya berhenti berdetak. Dia bahkan hanya bisa terdiam ketika dokter menjelaskan bahwa sel kanker yang tubuh di kaki Kale termasuk ganas dan harus segera angkat agar tidak menyebar ke bagian tubuh lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
I WAS FINE
Teen Fiction(Tiga tahun sebelum I Was Here) Kale pikir dia akan baik-baik saja, meski dunianya mulai hancur, meski dia harus kehilangan ayahnya, meski dia ditolak berulang kali oleh Mamanya, meski dokter mendiagnosanya dengan penyakit mematikan, dia akan tetap...