AL : 12

421 39 23
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم

~~~

HAPPY READING

~~~

Kini Agnia dan Laura tiba di ndalem, Rafan, Aisyah, dan Adnan segera berpamitan kepada Laura, tak lupa keluarga Kyai Umar.

Sebelum pergi Rafan berpesan pada Laura, "Laptop dan hp kamu ada di Bu Nyai Trisha, jadi kamu hanya boleh pakai ketika berada di ndalem itu pun jika ada tugas dari kuliah kamu. Dan kamu juga masih bisa kuliah offline dengan syarat di antar jemput Abang kamu."

"Satu lagi, kamu harus nurut semua aturan yang ada di pesantren terutama perintah Bu Nyai Trisha dan Kyai Umar."

"Tapi Pa, kenapa laptop dan hp Laura gaboleh Laura bawa ke asrama aja sih, kalo gini kan Laura gabisa dengerin musik, nonton film. Terus juga Laura harus bolak balik ke sini buat ambil barang Laura."

"Karena aturan disini, setiap santri/santriwati dilarang membawa alat elektronik," Rafan berkata menyakinkan Laura.

"Santri dan santriwati disini juga gaada yang membawa alat elektronik mereka, kecuali yang sedang berkuliah, mereka tidak membawanya ke asrama melainkan pihak keamanan yang menjaga alat elektronik mereka. Bersyukurlah kamu laptop dan hp kamu yang mengamankan Bu Nyai Trisha bukan pihak keamanan," Rafan berkata dengan suara tegasnya.

"Iyah deh Pa." Laura menjawab dengan nada sedih nya.

Kini mobil pajero hitam yang membawa keluarga Laura meninggalkan pesantren Al Farizi, dengan Laura yang senantiasa menatap kepergian mobil keluarganya yang perlahan keluar dari halaman pesantren.

Nyai Trisha yang berada disebelah Laura berusaha menenangkannya agar tidak bersedih, "Mulai sekarang anggap saya sebagai orang tua kedua kamu dan kamu boleh memanggil saya dengan sebutan Umma."

Senyuman terbit di bibir Laura, kesedihannya sedikit berkurang meski di benaknya masih merasa sedih, "Iyah Umma, terimakasih Umma sudah menghibur Laura." ucapnya dengan senyuman yang memperlihatkan lesung pipinya, senyum yang terlihat manis dan yang memandangnya dibuat terpesona.

Kyai Umar mendekati Laura dan mengusap kepala gadis itu yang tertutup kain hijab, sejak kehadirannya di pesantren Kyai Umar sudah dibuat nyaman dengan Laura, menganggapnya sebagai putrinya, "Kamu juga boleh memanggil saya dengan sebutan Abi. Anggap saja kami adalah keluarga baru kamu disini." ucap Kyai Umar yang berada disamping Athalla.

Kehidupan Laura kini kembali berwarna tempat yang ia anggap menyeramkan justru menjadi tempat ternyaman nya berkat perhatian Nyai Trisha dan Kyai Umar.

Nyai Trisha memeluk Laura dan mengusap kepala gadis itu dengan lembut,"Tenang aja kamu boleh menggunakan barang elektronik kamu jika ada tugas dan hanya boleh kamu gunakan di ndalem saja. Karena kalo kamu bawa ke asrama takutnya santriwati disana iri sama kamu, paham kan maksud Umma, Laura?"

Laura mengangguk dan menjawab, "Paham Umma."

"Yasudah kembali ke asrama bersama Agnia yah." Nyai Trisha berucap sambil tersenyum dibalik cadarnya.

"Yasudah Nia sama Laura kembali ke asrama dulu yah Abi, Umma, Bang Athalla, Bang Farras."

"Tunggu!!" Suara tegas seseorang berucap sebelum Agnia dan Laura meninggalkan halaman pesantren.

Semua orang yang ada disana seketika membalikkan badan ketika suara itu terdengar, Athalla lah yang menghentikan kedua gadis itu pergi.

ATHALLAURA [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang