AL : 20

131 10 2
                                    

****

Happy reading

****

Setelah mendengar semua penjelasan dari abang nya Agnia dengan sahabat-sahabatnya berusaha mencari bukti dan membebaskan Laura dari segala fitnah.

Mereka berusaha mencari saksi yang melihat kejadian itu, belum ada hasil sama sekali. Ntah memang saat itu hanya Ustadzah Hera dan satu santriwati yang menolong nya saja yang sedang berada disana. Atau ada orang lain juga.

Agnia sempat mengintrogasi santriwati yang membantu Ustadzah Hera. Namun, jawabannya tetap sama, Saya tidak tahu, saya datang selepas Ustadzah Hera terjatuh.

"Tapi aku yakin kalo santriwati itu tahu semuanya," ucap Agnia pada salah satu sahabatnya.

Una lalu berucap kepada sahabat-sahabatnya. "Terus kalo dia tahu sesuatu kenapa gamau jujur ke kita?"

Dari samping Agnia Kinan menjawab, "Disuruh Ustadzah Hera mungkin."

Mereka semua yang mendengar ucapan Kinan merasa kaget, terutama Aura.  "Apa Ustadzah Hera sejahat dan selicik itu ya?" ucapnya.

Agnia berusaha berikir positif mengenai Ustadzah Hera agar tidak timbul fitnah lagi, "Sudah kita gaboleh asal menuduh begitu saja, apalagi menuduh guru kita sendiri. Alangkah baiknya kita mencari bukti saja untuk menyelesaikan masalah ini."

"Agnia bener harusnya kita gaboleh menuduh sembarang orang, apalagi ini Ustadzah kita sendiri." Kinan berucap berusaha meyakinkan sahabat nya.

Di tengah obrolan mereka, Athalla menghampiri Agnia dan bertanya apakah sudah berhasil menemukan bukti, "Assalamualaikum, Gimana dek udah kamu temuin buktinya?" tanya Athalla pada adiknya.

"Waalaikumussalam, belum Bang. kita udah berusaha cari tapi belum ketemu," Agnia menjawab dengan raut wajah sedihnya karena merasa gagal membantu Athalla.

Athalla hanya menghela nafas nya, ia pun juga berusaha mencari bukti kebenara ini. Namun, juga belum berhasil. "Yaudah gapapa, sebelumnya Abang mengucap terimakasih ke kalian yang sudah membantu Agnia,"

Kinan menjawab dengan nada bicara yang sopan,"Sama-sama, Gus. Tidak perlu berterimakasih ke kita karena apapun masalahnya Nia itu juga jadi masalah kita, iya kan Aura, Una?"

"Iya." ucap si kembar secara bersama.

Athalla hanya tersenyum melihat kedua sahabat kembar Agnia, "Kalian lucu deh, bisa bareng gitu jawab nya,"

"Kan mereka kembar, Bang." sahut Agnia, perkataan yang Agnia katakan membuat semua orang yang berada disana tertawa.

"Yasuda kalian lanjutkan yah, saya pergi dulu. Assalamualaikum."

Mereka berempat menjawab salam Athalla.

Kini Athalla memilih untuk kembali ke ndalem dan beristirahat sejenak. Rasanya hari ini sangat melelahkan sekali. Ia pun memilih membaringkan tubuhnya di atas kasur sambil memejamkan matanya sejenak.

****

Saat mereka berjalan menuju kembali ke asrama, Agnia melihat dua orang tengah mengobrol secara diam-diam di tempat yang sepi, mereka pun mendekati dua orang itu dengan langkah kaki yang pelan, "Itu bukannya Ustadzah Hera ya?' tanya Una pada ketiga sahabatnya.

Kinan yang berada di samping Agnia menjawab pertanyaan Una, "Iya itu Ustadzah Hera, sedang apa mereka mengobrol di tempat yang sepi gini diam-diam pula,"

Sebuah ide muncul di pikiran Aura yang mungkin saja ide ini akan berguna, "Nia, kamu bawa hp kan? kamu rekam aja obrolan mereka."

"Ide bagus, rekaman ini bisa jadi bukti juga kan nantinya." ucap Agnia yang saat itu membawa ponsel nya untuk memudahkan mereka merekam hal-hal yang bisa menjadi bukti nantinya.

ATHALLAURA [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang